Membidik Pasar Muslim Zaman Now

Membidik Pasar Muslim Zaman Now

Membidik Pasar Muslim Zaman Now
Gita Savitri, vlogger asal Indonesia yang berkuliah di Jerman. (Foto: berkuliah.com)

Suaramuslim.net – Sesaat lagi kita akan memasuki Tahun Baru 2019 Masehi. Bagi kamu para pebisnis atau yang akan memulai bisnis, pasti sudah punya target pasar dan konsumen kan ya. Nah, pasar muslim terlebih middle class moslem menjadi target yang sangat besar. Pertumbuhannya signifikan dan daya belinya bagus. Bagi kamu-kamu yang sudah memutuskan akan membidik mereka, perlu mengetahui beberapa hal berikut untuk memudahkan menggaet konsumen dari pasar kelas menengah muslim sebagai berikut.

Yuswohady, penulis dari sekitar 40 buku mengenai pemasaran termasuk Marketing to the Middle Class Moslem bersama tim Inventure.id; Iryan Herdiansyah dan Farid Fatahillah merilis e-book karakteristik “muslim zaman now” sebagai insight bagi para pebisnis dan yang ingin melihat perkembangan pasar muslim urban saat ini.

Sebelum memaparkan beberapa karakteristik muslim zaman now, mereka memulai dengan menjelaskan evolusi pasar muslim di Indonesia yang dibagi menjadi empat fase.

Fase Evolusi Pasar Muslim di Indonesia

Tahap pertama adalah sebelum tahun 2010; pasar muslim dianggap masih tidur panjang (long sleep). Berikutnya era tahun 2010 adalah euforia pasar (market euphoria) yang bisa diihat dari perkembangan pasar hijab, kosmetik halal, budaya pop, perbankan syariah, travel, dan ziswaf (zakat infaq sedekah wakaf).

Memasuki 2015 ada pendalaman pemahaman dan praktik syariah (sharia deepening) yang terlihat pada kesadaran pentingnya menjauhi riba, edukasi halal, pasar muslim yang semakin terfragmentasi (market fragmentation) dan pemisahan konsumen (consumer segregation).

Berikutnya Yuswo menilai era 2019-2020 adalah booming halal berupa terbentuknya rantai pasokan halal (halal supply-chain).

Who is Muslim Zaman Now?

Muslim zaman now adalah yang memenuhi dua F (faith and fun) tapi patuh pada ajaran agama. Mereka juga mengikuti perkembangan terbaru dari fashion, musik, seni, dan teknologi. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut.

#1. Halal of Things: The Hot Label

Halal of everything. Apapun produk dan layanannya, semua harus pakai label halal. Ini menjadi semacam magic word yang bisa “menghipnotis” konsumen muslim zaman now. Pemilik merek pun berlomba-lomba menggunakan label halal.

#2. Riding the Conversations: High Risk, High Return and High Loss

Pemilik brand non-makanan/minuman berlomba-lomba mengomunikasikan logo halal yang telah dikantonginya. Mereka mencuri perhatian muslim zaman now. Tetapi, tantangannya, ini bisa menguntungkan atau merugikan.

#3. Hijrah: The New Way of Life

Hijrah menjadi pilihan baru hidup muslim zaman now. Bagi mereka, hijrah bukan lagi sekadar kesadaran menggunakan kerudung. Mereka rela meninggalkan pekerjaan demi keyakinan. Yang bekerja di bank, mereka rela meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan untuk hijrah ke jalan hidup yang sesuai syariah.

#4. The Rise of Riba Awareness

Seiring naiknya kesadaran riba di kalangan muslim zaman now, pemilik merek pun harus siap-siap untuk sharia-friendly. Go-Pay yang sempat dianggap riba, kini mulai ancang-ancang meluncurkan produk Go-Pay syariah.

#5. Umat-nomic: The New Movements

Umat-nomic muncul sebagai kekuatan baru untuk menjawab kegelisahan dan keinginan muslim zaman now. Mereka muncul dengan konsep syariah. Muslim zaman now pun menyukai geliat pergerakan ini karena mengukuti kaidah syariah, modern, dan profesionalitas.

Kesadaran Ekonomi Umat. Gerakan ekonomi umat hadir untuk menandingi kekuatan ekonomi Barat atau kapitalisme. Bank wakaf mikro dirancang untuk membantu kelompok segmen bawah-menengah dengan akad yang menguntungkan nasabah.

Masih dalam kriteria ini adalah Capitalism Antithesis. Kapitalisme adalah momok. Muslim zaman now pun menciptakan gerakan ekonomi umat alternatif. 212 Mart adalah fenomena untuk menandingi sistem ekonomi kapitalis dengan sistem baru: amanah, jamaah, dan izzah (kemuliaan harga diri).

#6. Saleh-Smart-Kids: The New Paradigm of Parenting

Muncul tren bahwa mama muda muslim zaman now lebih menyukai anak-anaknya mendapatkan pendidikan di sekolah Islam. Kini, SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) jadi favorit mama-mama muda karena menerapkan pembelajaran 2 in 1: sains dan karakter Islam. Saleh-Smart-Kids adalah anak idaman muslim zaman now.

#7. Lei-Sharia: Muslim-Friendly Leisure

Muslim zaman now menyukai destinasi wisata yang bersahabat bagi mereka. Ini disebut Lei-Sharia. Karena itu, muncul berbagai aplikasi yang memandu muslim zaman now dalam kegiatan halal trip: destinasi, tempat makan, penginapan, fasilitas ibadah, dan panduan doa.

Mipster: The New Role Model. Fenomena muslim zaman now telah menghadirkan sosok role model baru, yang muda, pintar, gaul, saleh/salehah dan terkenal. Sosok seperti ini secara global disebut sebagai “mipster” atau Muslim Hipster yaitu kombinasi dari muslim dan hipster, mereka adalah sosok yang memiliki mindset global, toleran, inklusif dan digital-savvy, pun relijius. Seimbang antara faith dan fun.

Tak ketinggalan di Indonesia, sosok seperti ini begitu diidolakan oleh muslim zaman now. Sebut saja Muzammil Hasballah, sosok muda lulusan ITB yang suaranya sangat merdu melafalkan ayat-ayat Alquran, dengan penampilan yang sangat stylish. Di kalangan muslimah, juga sangat populer sosok-sosok hijabers yang menjadi seleb di media sosial seperti @dwihandaanda, @megaiskanti, @bellattamimi atau hijabers dari Korea yang viral, @xolovelyayana. Mereka adalah role model baru, Mipster!

#8. Sportyjab: The New Hype

Gaya hidup sehat kini semakin menjadi pilihan bagi muslim zaman now. Berolahraga sambil narsis seolah sudah menjadi kewajiban. Bagi muslimah zaman now, menjalankan syariat Islam seperti memakai hijab tak serta merta membatasi aktivitas berolahraga. Mereka tetap ikut lari, ngegym, zumba atau berenang dengan hijab yang sporty, sehat dapat, syar’i pun dapat.

Melihat tren tersebut, Nike sampai mengembangkan produk khusus hijab yang dilabeli Nike Pro Hijab. Produk tersebut diperuntukkan bagi hijabers yang aktif berolahraga tapi tetap ingin stylish dengan hijabnya. Tak hanya Nike, produk lokal seperti Specs juga mengeluarkan lini produk yang sama. Brand lokal lainnya seperti Sporte, juga mengembangkan produk pakaian renang khusus muslimah. Sportyjab? The new hype!!

#9. Muslizen: the New Digital Lifestyle

Perkembangan teknologi dan dunia digital telah turut mengubah perilaku dan gaya hidup muslim zaman now. Sebagai segmen yang digital savvy, muslim zaman now tidak mudah lepas dari bagian gaya hidup digital, khususnya media sosial. Mereka mencari informasi, mendapatkan kabar, berbagi pengetahuan, dan pamer apa yang mereka miliki melalui media sosial.

Aktivitas kehidupan sehari-hari pun juga mulai beralih di digital. Mulai dari mencari informasi melalui media-media digital, belanja melalui e-commerce, aktivitas finansial dengan fintech, traveling hingga ta’aruf secara online. Hal ini membuat munculnya banyak start-up digital yang spesifik membidik muslim milenial seperti Halaltrip, Muslimarket, Hij-Up, IndVes, Kitabisa, Minder dan sebagainya.

#10. Ngaji-gital: The Rise of Ustadz Socmed

Dakwah sebagai salah satu misi Islam berkembang dengan cepat melalui media konvensional sampai dengan digital. Dakwah yang selama ini dilakukan dengan metode pendekatan ceramah dan tablig atau komunikasi satu arah (one way), menjadi tidak cool lagi di mata muslim milenial.

Bagi mereka, dakwah yang keren adalah melalui WA group, ustadz yang gaul ceramah melalui Snapchat atau Facebook Live. Mereka menginginkan experience yang lebih dari sekadar nonton Mamah Dedeh di TV. Digital memungkinkan dakwah menjadi komunikasi dua arah. Fenomena ini membuat ustaz gaul yang berdakwah digital di socmed menjadi naik daun, sebut saja Ustaz Abdul Somad, Adi Hidayat, Salim A. Fillah dan lain sebagainya.

#11. Muz-match: The New Way of Ta’aruf

Mencari jodoh memang susah-susah gampang. Diperlukan kesabaran dan sikap pantang menyerah karena jodoh memang sudah diatur oleh Allah SWT dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Jalan yang dianjurkan agama Islam dalam mencari pasangan yaitu melalui proses ta’aruf bukan pacaran.

Di era digital, konsep ta’aruf pun berkembang dari offline ke online. Kini bermunculan apps-apps yang menawarkan dating untuk muslim, secara Islami tentunya. Misalnya Minder yang mengadaptasi konsep Tinder, Muzmatch, Crescent, dan Salaam Swipe.

#12. I-living: Integrated Muslim-Friendly Living

Dalam hal mencari tempat tinggal, muslim zaman now mendambakan sebuah konsep hunian Islami yang terintegrasi. Lingkungan tempat tinggal harus memberikan kenyamanan dan keamanan, dan tentunya memberikan ketentraman dan kedamaian dalam menjalankan syariat Islam.

Tak hanya membeli properti secara syar’i dengan menghindari pola riba, tapi juga lingkungan sekitarnya terintegrasi dengan atmosfer Islami seperti sekolah, masjid, perbelanjaan, hingga tempat leisure serta aktivitas-event Islami. Misalnya Damai Living di Yogyakarta yang sedang mengembangkan “Superblock Islami”, sebuah konsep hunian terintegrasi dengan fasilitas lengkap seperti masjid, sekolah, pesantren, perpustakaan, museum hingga business center.

#13. The New Muslimpreneur: The New Cool

Menjadi pengusaha atau entrepreneur kini semakin menjadi pilihan bagi generasi kekinian, termasuk muslim zaman now.  Mulai banyak muslim zaman now yang memilih menjadi entrepreneur, terutama di sektor kreatif seperti kuliner, fashion, travel hingga digital. Bisnis yang digeluti pun tak hanya menawarkan produk Islami, tapi juga dikelola dengan cara yang Islami.

Ria Ricis misalnya, adalah sosok muslimpreneur muda kreatif yang menjadi jutawan melalui bisnis digital (youtuber) serta punya beberapa produk kue kekinian. Jannah Corp yang diinisiasi oleh Irwansyah dan Zaskia Sungkar cukup sukses mengembangkan bisnis kue kekinian dan kini berekspansi ke bisnis travel. Menjadi muslimpreneur adalah the new cool!

#14. Be Part of Pop Culture

Muslim zaman now adalah konsumen yang modern dan memiliki mindset global. Mereka tumbuh dengan budaya pop sebagai identitas, walaupun Islam dan budaya pop yang identik dengan Barat, sering digambarkan saling bertentangan. Namun, fenomena muslim zaman now membalikkan anggapan itu. Islam dan budaya pop bisa berjalan beriringan.

Apa artinya? 

Untuk memenangkan segmen ini, brand kamu harus menjadi bagian dari budaya pop tersebut. Brand kamu harus menjadi brand yang cool bagi mereka. Sampaikanlah core message brand kamu dengan cara yang dianggap kekinian oleh mereka.

Contohnya Yuna Zarai seorang penyanyi berhijab yang mampu menembus pasar musik global, berkolaborasi dengan musisi-musisi papan atas di Amerika. Hijab tak membatasi dirinya untuk berkarya, malah menjadi unique selling point yang menjadi pembeda dengan penyanyi lainnya.

#15. Beyond Halal Logo & Go to Halal Value Chain

Bagaimana cara brand mengomunikasikan kehalalan kepada muslim zaman now? Hingga hari ini, banyak brand yang masih mengomunikasikan kehalalan produknya melalui logo sertifikasi dari MUI. Tentu saja, hal ini tidak salah, tetapi kami menilai kurang efektif.

Jika banyak brand menggunakan cara yang sama, maka hal ini akan menciptakan red ocean dalam komunikasi pemasaran halal. Oleh karena itu, sudah seharusnya brand harus kian sadar untuk dapat mengomunikasikan kehalalannya dengan cara melampaui logo itu sendiri secara lebih inovatif.

Umpamanya, brand dapat melakukan komunikasi pemasaran melalui menunjukkan proses bisnisnya secara transparan atau penerapan nilai-nilai bisnis yang Islami. Seperti yang dilakukan oleh Lulu Hypermarket atau TipTop Swalayan, tanpa menonjolkan logo halal atau simbol-simbol Islam, mereka bisa mengomunikasikan nilai-nilai perusahaan yang sangat Islami dengan lebih komprehensif.

Sumber: E-book Muslim Zaman Now
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment