Mendambakan Tokoh Agama Pemersatu Umat

Mendambakan Tokoh Agama Pemersatu Umat

Mendambakan Tokoh Agama Pemersatu Umat
Said Aqil Siradj (Foto: islami.co)

Suaramuslim.net – Untuk kesekian kalinya, Said Aqil Siradj mengucapkan pernyataan yang memberi celah bagi pihak-pihak tertentu untuk membelah persatuan umat. Meskipun pernyataan tidak dimaksudkan untuk memecah belah, namun implikasi dari pernyataannya berpotensi besar untuk membuat gejolak di tengah masyarakat. Di tengah suasana yang mulai memanas karena menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 dibutuhkan figur pemimpin atau ulama yang memberi rasa tenteram dan nyaman. Hal ini sangat penting, karena umat sudah terbelah dalam membela salah satu pasangan calon presiden, sehingga potensial sekali untuk mencari celah kesalahan dari pihak lawan. Dalam situasi terbelah ini, diperlukan pemimpin atau tokoh agama yang mampu merajut umat membingkai persatuan.

Celah Pembelahan Umat

Sebagaimana beredar luas di masyarakat bahwa dalam Harlah Muslimat NU di Gelora Bung Karno (GBK), Ahad, 27/1/2019, Said Aqil Siradj mengatakan agar NU harus bisa mengambil peran di masyarakat. Peran agama yang harus dilakukan oleh NU adalah dengan  memegang imam masjid, khatib, KUA-KUA, dan Menteri Agama. Kalau dipegang selain NU salah semua. Belakangan Said Aqil menunjukkan bahwa yang dimaksud salah semua adalah ketika peran diambil orang selain NU, maka amaliah-amaliah akah disalahkan semuanya.

Celah yang dimasuki pihak lain, yang berpotensi besar masyarakat, adalah ucapan bahwa imam masjid, khatib, KUA, Menteri Agama selain NU salah semua. Apalagi ucapan itu disampaikan di hadapan presiden Jokowi, yang saat ini mencalonkan diri untuk periode yang kedua. Tentu saja gorengan media ini sangat menarik dan menimbulkan polemik, dan masyarakat mau tidak mau terpengaruh dan ikut dalam ranah konflik ini.

Salah satu di antara tokoh yang bereaksi atas ucapan ketua umum PBNU itu adalah Anwar Abbas, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dia menilai ucapan Said Aqil jadi ancaman persatuan umat Islam sehingga pernyataan itu harus dicabut. Kalau ini juga menjadi sikap NU, maka negeri ini akan dalam bahaya. Untuk itu dia meminta Said untuk menarik ucapannya agar negeri ini tidak rusuh. Karena ucapannya jelas-jelas sangat mengancam persatuan dan kesatuan umat. Uniknya, Said Aqil merespon dan menyatakan tidak akan mencabut pernyataannya. Alasannya, dia atau NU bukan bawahan MUI.

Tokoh yang merespon ucapan Said Aqil adalah Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah. Haedar menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah hasil konsensus bersama. Karenanya, ia berharap semua instansi pemerintah berasaskan Meritokrasi atau dasar kepantasan dan karier, jangan di atas kriteria primordialisme atau sektarianisme. Jika Indonesia ingin menjadi negara modern yang maju, maka bangun good governance dan profesionalisme, termasuk di Kementerian Agama. Jangan berdasarkan kriteria golongan, apalagi dijadikan milik golongan tertentu. Dia berharap warga Muhammadiyah dan umat Islam menyikapi ucapan Said Aqil itu dengan bijak dan tidak terbawa suasana polemik. Haedar ingin menegaskan bahwa Indonesia jangan didominasi oleh satu golongan apalagi bermadzhab tertentu. Apalagi pandangan golongan itu menegasikan komponen bangsa lainnya. Dengan menganggap dirinya paling benar. Hal ini merupakan fanatisme dan menjurus ke radikalisme.

Ungkapan Anwar Abbas dan Haedar Nashir menunjukkan harapan para tokoh agama untuk menciptakan kedamaian dan menjauhkan prasangka yang buruk dari umat terhadap tokoh yang berbeda dengan dirinya. Apa yang disampaikan Said Aqil berpotensi besar dan memberi peluang kepada pihak lain untuk mencari keuntungan dari keterbelahan dan konflik di kalangan umat Islam ini.

Peran Tokoh Menyatukan Umat Islam

Apa yang diucapkan Said Aqil tidak sepenuhnya salah, namun pernyataannya itu berpotensi besar untuk dimanfaatkan kelompok lain untuk melakukan politik adu domba guna membelah umat Islam. Terlebih lagi pernyataan Said Aqil ini disampaikan di hadapan presiden, sehingga bisa ditafsirkan oleh kelompok lain secara berbeda-beda.

Kita berharap ada tokoh sekaliber NU yang bisa mengingatkan Said Aqil agar mempertimbangkan secara matang sebelum menyampaikan pandangannya tentang sesuatu. Sehingga umat ini tidak selalu terbelah dan terlibat dalam konflik yang berkepanjangan. Bahkan Said Aqil sering dan berkali-kali mengumbar pernyataan yang kemudian mengundang polemik di masyarakat. Dia pernah menyatakan laki-laki berjenggot itu goblok, shaf shalat tidak perlu rapat supaya setan bisa masuk dan beribadah. Tentu saja pernyataan ini tak sepantasnya keluar dari mulut tokoh agama.

Umat Islam ini membutuhkan tokoh yang memiliki wawasan global sehingga mengutamakan persatuan dan kesatuan umat, serta menunjukkan contoh terbaik untuk ditiru umatnya. Umat Islam yang sudah terbelah ini tidak selayaknya dijualbelikan dengan menciptakan konflik di kalangan internal umat Islam. Sudah saatnya umat disadarkan untuk menjauhkan diri dari konflik. Untuk mewujudkan hal ini, hendaknya dimulai dari tokoh agama dengan mengeluarkan pernyataan yang menyejukkan, merajut hati dan pikiran umat.

Umat Islam seolah tidak selesai dipermainkan oleh kepentingan politik, untuk meraih keuntungan, sehingga harus merekayasa dan menciptakan permusuhan di antara umat Islam. Permusuhan di kalangan umat Islam, khususnya di kalangan grassroot, tidak akan terjadi bila para tokoh umat ini bersatu dalam pikiran, ucapan, dan perilaku. Sebaliknya perpecahan dan konflik yang terjadi di kalangan umat Islam ini disebabkan ketidakmampuan tokoh agama ini dalam menjaga lisannya dan tidak memberi teladan yang baik.*

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment