Meneladani Jejak Brilian Pahlawan Indonesia

Meneladani Jejak Brilian Pahlawan Indonesia

Meneladani Jejak Brilian Pahlawan Indonesia

Suaramuslim.net – Bagi yang membaca secara mendalam jejak para pahlawan di bumi pertiwi, maka ada banyak teladan yang bisa ditiru. Padahal, zaman mereka hidup diliputi oleh halangan, rintangan dan situasi yang serba sulit dan berat, namun perjuangan dan capaiannya begitu berbobot serta luar biasa. Sudah sepatutnya, di era digital ini jejak teladan mereka diaktualisasikan demi kemaslahatan bangsa dan negara.

Dari jejak kepahlawan mereka ada beberapa poin yang bisa diteladani:

  1. Mereka rata-rata gila baca

Ayu Lestari dalam buku “Kiat-Kiat Cerdas Cendekiawan Muda Islam” (2016: 132) mencatat bahwa minat baca tokoh-tokoh besar di Indonesia terkenal sangat tinggi. Buya Hamka misalnya, uang yang dimilikinya sering dihabiskan untuk membeli buku. Moh Hatta, pahlawan proklamator, yang begitu sukanya membaca sampai mas kawin yang diberikan kepada istrinya adalah buku karangannya sendiri (Alam Pikir Yunani).

Lebih dari itu, Soekarno –presiden pertama RI—juga dikenal gila membaca. Begitu antusiasnya dalam membaca, sampai penjaranya penuh dengan ribuan buku bacaan. Syahrir pun demikian. Hari-hari yang dimilikinya tak pernah dilewatkan tanpa membaca buku.

Maka tidak mengherankan, rata-rata pahlawan, karena sedemikian suka membaca, memiliki wawasan dan tingkat intelektualitas yang tinggi dibanding orang pada umumnya.
Hobi baca yang begitu tinggi ini seringkali berbanding lurus dengan usaha mereka untuk membeli buku hingga memiliki perpustakaan pribadi. Hatta misalnya, adalah seorang yang memiliki koleksi buku yang cukup banyak.

Saat dalam pengasingan di Banda Neira (1 Februari 1942) misalnya, beliau membawa 16 peti yang semuanya berisi buku. Dalam buku edisi khusus Tempo berjudul “Hatta Jejak yang Melampaui Zaman” (2010: 9), buku-buku tersebut dibawa sebagai amunisi yang cukup untuk meluncurkan tulisan-tulisan salvon-nya ke koran di Batavia maupun di Den Haag. Di samping itu, buku juga dijadikan hiburan untuk mengisi waktu senggangnya saat di tanah pengasingan.

2. Menguasai banyak bahasa asing

Sebagai contoh adalah Agus Salim sang diplomat jenaka yang jasa-jasanya untuk negeri begitu luar biasa. Beliau –menurut catatan Bima dalam buku “Pahlawan Indonesia” (2008: 56)— menguasai tujuh bahasa asing. Tidak mengherankan jika diplomasi-diplomasi yang dilakukannya seringkali dipungkasi dengan begitu cemerlang.

Contoh lain adalah Ir. Soekarno. Menurut Prof. Dr. Sudjoko – dalam buku “Soekarno: Gramatikal” (2017: 55) bisa berbahasa Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Sunda dan Jawa dengan begitu meyakinkan. Pantaslah dengan penguasaan bahasa yang baik dan dipadu dengan kepiawaian dalam beretorika, membuat Soekarno menjadi salah satu pahlawan besar di masanya. Masih banyak lagi contoh yang lain seperti Hatta, Syahrir dan Natsir dan lain sebagainya.

3. Aktif dalam organisasi

Bisa dicek dalam sejarah kehidupan para pahlawan bangsa. Ir. Soekarno sudah aktif berorganisasi sejak muda. Bahkan, akibat dari aktivitasnya tak jarang keluar-masuk penjara.

Demikian juga Hatta, sudah aktif berorganisasi sejak muda. Ketika di Belanda misalnya, ia adalah seorang organisatoris yang perannya cukup diperhitungkan. Cokro Aminoto, Agus Salim, M. Natsir, Buya Hamka dan lain sebagainya adalah pahlawan yang aktif dalam organisasi.

4. Suka menulis di berbagai media

Kegemaran membaca seringkali mendorong mereka untuk menjadi penulis. Tulisan adalah satu corong yang bisa mewakili aspirasi mereka. Soekarno adalah penulis; Hatta adalah penulis; Agus Salim penulis; Cokroaminoto penulis; Natsir penulis dan masih banyak lagi yang lainnya.

Melalui media tulisan mereka berpolemik dan memperjuangakan kemerdekaan bangsa. Di antara mereka bahkan ada yang mendirikan surat kabar untuk mewadahi para penulis untuk menyampaikan aspirasi demi kepentingan bangsa, negara ataupun golongannya.

5. Berani mengambil risiko

Dalam menjalankan perjuangan, mereka seringkali menghadapi risiko yang begitu besar. Namun, itu dilalui dengan ketegaran. Soekarno, Hatta, Natsir, Hamka dan lain sebagainya adalah contoh pahlawan yang pernah mendekam di penjara.

Haji Agus Salim, demi idealisme, selama hidupnya memilih mengambil risiko hidup melarat. Padahal, dengan keahlian dan jasa-jasanya sebenarnya bisa saja meraih fasilitas yang layak, namun itu tak dipilihnya dan lebih nyaman dengan kehidupan bersahaja.

Bila diamati memang, para pahlawan adalah mereka yang memiliki keberanian ekstra tinggi untuk mengambil risiko. Apapun yang dihadapinya akan terus diperjuangkan. Sampai nyawa pun bila perlu akan mereka korbankan.

Para pahlawan sudah lama gugur. Namun, dari mereka kita bisa meneladani mutiara berharga:

  • Gemar baca
  • Menguasai banyak bahasa
  • Aktif organisasi
  • Suka menulis
  • Berani mengambil risiko

Di era digital ini, kesempatan untuk meneladani mereka jauh lebih mudah dibandingkan kondisi para pahlawan masih hidup. Tinggal, maukan kita meneladani mereka?

Kontributor: Mahmud Budi Setiawan
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment