Mengapa Menikah di Bulan Syawal?

Mengapa Menikah di Bulan Syawal?

Mengapa Menikah di Bulan Syawal
Ilustrasi cincin pernikahan.

Suaramuslim.net – Selain identik dengan hari raya Idul Fitri, bulan Syawal juga erat kaitannya dengan membanjirnya pernikahan. Nikah, menurut Ensiklopedia Muslim, adalah akad yang menghalalkan kedua belah pihak (suami dan istri) menikmati pihak satunya. Nikah merupakan perintah Allah dan Rasulullah. “Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian, dan orang-orang yang layak (nikah) dari budak-budak laki-laki kalian dan budak-budak wanita kalian.” (Q.S. An-Nuur : 32). Lebih lanjut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hai para pemuda, barang siapa di antara kalian sanggup menikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menahan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.” (Muttafaq Alaih).

Pernikahan yang dilangsungkan di bulan Syawal hukumnya sunah dan baik untuk dilakukan berdasarkan anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menikahi Asiyah dan membangun rumah tangga dengan Aisyah di bulan Syawal. Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan Syawal pula. Maka, istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang manakah yang lebih beruntung dariku?” (H.R. Muslim).

Dilansir dari muslimah.or.id, Ibnu Katsir menjelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yang tidak suka menikah di antara dua ied (bulan Syawal berada di antara Idul Fitri dan Idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar. (Al-Bidayah wan Nihayah 3/253).

Imam An Nawawi juga menjelaskan “Di dalam hadis ini terdapat anjuran untuk menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Para ulama kami (ulama Syafi’iyah) telah menegaskan anjuran tersebut dan berdalil dengan hadis ini. Dan Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika menceritakan hal ini bermaksud membantah apa yang diyakini masyarakat jahiliyyah dulu dan anggapan takhayul sebagian orang awam pada masa kini yang menyatakan kemakruhan menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Dan ini adalah batil, tidak ada dasarnya. Ini termasuk peninggalan jahiliyyah yang ber-tathayyur (menganggap sial) hal itu. Dikarenakan penanaan Syawal dari kata al-isyalah dan ar-raf’u (menghilangkan atau mengangkat) (yang bermakna ketidakberuntungan menurut mereka).” (Syarh Shahih Muslim 9/209).

Pada zaman jahiliyyah, ketidakberuntungan yang dimaksud dikaitkan dengan unta betina yang mengangkat ekornya sebagai tanda tidak mau dikawini oleh unta jantan. Masyarakat saat itu pun beranggapan bahwa menikah, menikahkan dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal bisa mendatangkan kesialan.

Anggapan masyarakat jahiliyyah tersebut bertentangan dengan kebiasaan masyarakat saat ini. Kini, justru banyak pasangan yang menikah dan orang tua yang menikahkan anaknya di Bulan Syawal. Bulan Syawal malah dianggap sebagai waktu yang baik untuk melangsungkan pernikahan.

Sejatinya, tidak ada hari baik atau hari sial dalam Islam. Mengganggap sesuatu hal adalah sial malah akan menjerumuskan pada kemusyrikan.

Wallahu a’lam.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment