Mengelola panik saat pandemi dengan religious coping

Mengelola panik saat pandemi dengan religious coping

Jurus 4M untuk Menjaga Hafalan Al Quran
Pengagungan Al-Qur’an dan terwujudnya impian kebaikan.

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Pengasuh program Tilawah by Phone Suara Muslim Radio Network, Dr. Heri Rifhan Halili, M.Pd.I., tampil memberi ceramah dalam webinar berjudul “Mengelola Panik di Masa Pandemi dengan Religious Coping”, yang diikuti pensiunan PLN Se Jawa Timur (Kamis, 26/08/2021).

Ketua Ikatan Keluarga Pensiunan/IKA PLN Daerah Jatim Ir. Dyananto, S.H., M.M., M.T., M.H., mengatakan, IKA PLN Daerah Jawa Timur terus mengadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, khususnya sebagai penguatan di masa pandemi.

“Sebelumnya kami juga mengadakan webinar mengelola panik dari sisi medisnya, dan kali ini kami juga ingin mendapat pencerahan mengelola panik dari sisi spiritual dengan menghadirkan narasumber pakar keagamaan, untuk semakin memberikan rasa tenang, dan mengupayakan kesehatan lahir batin bagi para pensiunan PLN se Jawa Timur” ujar pria yang pernah menjabat sebagai General Manager PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara tersebut.

Sementara itu dalam paparannya saat mengisi webinar, Dr. Heri Rifhan Halili, M.Pd.I., menyatakan, salah satu cara utama mengelola panik adalah dengan religous coping, yang menurut para ahli Psikologi diartikan sebagai upaya memahami dan mengatasi sumber-sumber stres dengan cara mempererat hubungan dengan Tuhan.

“Kedekatan kita kepada Allah akan menjadi benteng pertahanan yang sangat kuat untuk menghambat datangnya stressor. Banyak penelitian ilmiah menyebutkan bahwa agama sangat berperan dan dibutuhkan utamanya saat seseorang mendapati dirinya tidak mampu menghadapi kenyataan, atau saat menginginkan sesuatu yang tidak bisa didapatkan dari sesama manusia. Agamalah yang justru bisa menjadi sandaran yang sangat kokoh bagi seseorang dalam menghadapi keadaan yang penuh dengan ketidakpastian” ujar Dosen STAI Muhammadiyah Probolinggo ini menjelaskan.

Lebih lanjut Doktor Rifhan menyampaikan, salah satu hal mendasar yang menjadi strategi dalam mengelola panik berdasarkan nilai-nilai agama, adalah dengan menguatkan tawakkal, menghadirkan rasa ridho atas segala ketentuan Allah dalam musibah yang menimpa.

“Hadapilah musibah itu bukan dengan kalimat ‘kenapa harus saya?’, ‘kenapa harus suami saya?’ kenapa harus istri saya?’, ‘kenapa harus orang tua atau anak-anak saya?’ Tapi sambutlah musibah itu langsung dengan kalimat ‘Inna Lillah Wa Inna Ilaihi Roji’un’, sesungguhnya kita ini milik Allah, dan kita juga akan kembali kepada-Nya. Kalimat istirja’ inilah yang membawa ketenangan, kedamaian, dan ketegaran, yang justru akan meningkatkan imunitas, membawa pada kesehatan jiwa dan raga seseorang,” ujar Doktor bidang Pendidikan Agama Islam ini dengan mengutip firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 156-157.

Lebih jauh pria yang juga aktif membina pengajian di lingkungan Muhammadiyah dan Aisyiyah ini menambahkan, bahwa untuk semakin menguatkan rasa ridho atas ketetapan ujian Allah, maka seseorang perlu merenungkan tentang hak mutlak Allah atas hamba-hamba-Nya dan seluruh alam semesta.

Mari kita renungkan, jika ada teman kita memiliki mobil, tetangga kita punya rumah, maka dengan penuh kesadaran kita menyatakan bahwa pemilik mobil atau rumah itu berhak melakukan apapun atas yang dimilikinya, apakah dia mau memilih mobil dengan warna tertentu, memasang asesoris, rumahnya mau dicat warna apa, dimodel bagaimana, kita pun mengakui dan menghargai haknya.

Seharusnya jauh lebih dari itulah juga pengakuan dan penghargaan kita atas hak Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, apa saja ketetapan Allah itulah yang terbaik, dan Allah tidak akan menzalimi hamba-Nya.

“Maka jika kepada hak manusia saja kita bisa fair mengakui dan menghargai haknya, apalagi kepada Allah yang hak-Nya bersifat mutlak berbeda dengan hak manusia yang terbatas”, jelasnya.

Menurutnya, keyakinan untuk ridho dan berserah diri kepada Allah inilah yang akan menghadirkan banyak hal positif pada diri seseorang.

“Rasa ridho kepada Allah akan membangkitkan optimisme, sehingga muncul perasaan yang positif seperti tenang, nyaman, merasa aman, bahagia, dan terus semangat berikhtiar bangkit dari musibah yang menimpa”, ujarnya.

Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment