Suaramuslim.net – “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah, apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”. Firman Allah dalam QS Al-Ma’arij: 19-20 ini membuktikan bahwa kita memang suka sambat atau mengeluh tiap kali ada hal yang dirasa bertolak belakang dengan apa yang kita harapkan. Lantas menyalahkan keadaan atau orang lain yang membuat kita merasa tidak nyaman atasnya.
Memang, mengeluh adalah sifat yang dimiliki manusia pada umumya, mulai dari remaja, dewasa hingga orang tua. Ada banyak hal yang menyebabkan kita mengeluh atas segala problematika hidup yang seolah-olah tidak bisa diselesaikan. Kecuali dengan memendamnya dalam hati atau menceritakannya pada orang yang kita anggap dapat dipercaya dalam menyelesaikan segala lika-liku hidup, baik persoalan hidup yang ringan maupun berat. Karenannya, pada titik tertentu, mengeluh dapat menyebakan stres dan depresi, yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan fisik dan psikis.
Dalam hal ini dua perspektif, medis dan Islam menjelaskan tentang bagaimana mengeluh dapat membuat seseorang menjadi hilang kendali atas emosi yang berlebihan serta bagaimana jalan keluar agar keluh kesah ini dapat sirna dalam lingkaran kehidupan.
Mengeluh dalam Perspektif Medis
Jika dilihat dari segi medis, mengeluh yang sifatnya berkelanjutan, dapat memicu depresi kronis. Pada orang yang mengalami depresi kronis, ukuran hippocampus otak yang berkaitan dengan emosi dan ingatan akan mengecil. Sel otak yang berkaitan dengan komunikasi juga ikut terpengaruh. Produksi serotonin dan kemampuan tubuh juga akan berkurang secara drastis. Akibatnya, fungsi otak akan menjadi tak maksimal dan bisa membuat seseorang tak fokus pada pekerjaan, bahkan pada hal semudah menentukan kemana akan pergi pada liburan akhir pekan, dan pilihan-pilahan yang membuatnya berpikir berkali-kali.
Lebih parahnya lagi, keluhan atas persoalan hidup manusia yang mudah dijumpai seperti masalah keuangan, pribadi, hingga asmara dapat menimbulkan stres dan depresi, yang jika tidak ditangani secara tepat. Hal ini akan berakhir dengan kematian seseorang dengan cara bunuh diri.
Tapi, bukankah setiap penyakit ada obatnya? Benar, depresi tentu memiliki obat penawar yang biasa dikenal sebagai antidepresan. Tetapi sayangnya, penawar ini hanya akan menurunkan gejalanya, namun tidak dapat mengobatinya secara total. Oleh karenanya, selalu ingat akan Tuhan dalam setiap keluh kesah menjadi penting bagi setiap insan yang menginginkan ketenangan dalam hidup.
Mengeluh dalam Pandangan Islam
Mengeluh adalah hal yang wajar dan manusiawi. Sebab Allah subhanahu wa ta’ala sendiri berfirman dalam QS Al-Ma’arij: 19 yang artinya, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”. Maka, didasari atau tidak, mengeluh adalah sifat dasar manusia yang timbul saat ia tertimpa masalah dan kesulitan dalam hidup.
Kita tentu telah mengetahui bersama bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah sosok manusia paling sempurna, tetapi sebagai manusia biasa, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah mengeluh.
Pada saat itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengalami sebuah kondisi yang jauh dari kondisi yang beliau inginkan. Para kaum musyrikin mengabaikan seruannya dan juga mencampakkan Al Quran. Mereka telah mengacuhkan Al Quran dalam beberapa bentuk, di antaranya; mereka tak mau mengimani, mendengarkan, dan lebih-lebih menolak Al Quran, dengan mengatakan bahwa “Al Quran adalah karangan dan bualan Muhammad si tukang sihir!”. Kaum musyrikin pun mencegah orang-orang yang berusaha mendengarkan Al Quran dan dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam kondisi tertekan tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluh dan mengadu kepada Allah subhanahu wa ta’ala, yang tertuang dalam QS Al Furqon: 30. “Dan rasul (Muhammad) berkata, Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al Quran ini diabaikan”.
Allah SWT pun telah berpesan, jika kita kembali dan mengingat-Nya maka hati yang dirundung kegelisahan akan sirna. Maka siapa pun yang merindukan akan ketenangan batin dan jiwa, hendaknya selalu mengingatNya dalam setiap langkah. (QS Ar-Rad: 28)
Tetapi jika kesabaran kita habis dalam menghadapi setiap musibah, Allah SWT dengan lembutnya menyuruh kita untuk bersabar dengan sabar yang baik, “Fashbir shabran jamiila, Fashbir shabran jamiila” (QS Al Ma’arij: 5)
Oleh karenanya, jika kita ingin mengeluh, mengeluh kepada Allah adalah langkah tepat bagi seorang muslim, sebab solusi yang diberikan Allah kepada kita hanyalah setitik. Mari meraih rahmat itu sebanyak-banyaknya, dan selagi Allah SWT masih memberikan kita kesempatan, mari berusaha untuk memahami wahyu Ilahi dengan sebaik-baiknya. Sungguh, apabila hati kita telah diterangi oleh Al Quran, maka dengan izin-Nya akan muncul semangat, optimisme, dan keyakinan kuat, bahwa Dia selalu menyertai setiap ikhtiar dan akan muncul ghirah dalam diri kita untuk selalu istiqomah menajadi insan yang bertaqwa.
Kontributor: Rusydan Fauzi
Editor: Oki Aryono