Suaramuslim.net – Menarik untuk mencetak generasi Islam berbasis masjid. Hal ini karena basis kegiatan anak-anak dan pemuda muslim kebanyakan tidak di masjid, tetapi di warung kopi atau warung lesehan. Kalaupun ke masjid, mereka hanya saat salat saja, khususnya salat Maghrib dan Isya.
Realitas inilah yang mendorong salah satu takmir masjid mengadakan kegiatan yang membuat generasi muda Islam ini tertanam jiwa Islam. Takmir masjid memanfaatkan keberadaan anak-anak dan pemuda muslim saat salat Maghrib dan Isya dengan memberikan kegiatan yang merangsang ghirah keislamannya. Meski tidak banyak, namun efektivitas kegiatan ini sangat besar, hasil yang didapatkan juga tidak kecil.
Masjid merupakan tempat yang mudah dijangkau serta dekat dengan rumah mereka, sehingga mudah untuk menggerakkan mereka mengikuti kegiatan ini. Pembinaan dan bimbingan untuk azan, salat, dan ceramah singkat ternyata terbukti efektif dalam menanamkan hati mereka untuk terpaut dengan masjid.
Lewat kegiatan inilah diharapkan muncul mubalig-mubalig muda yang diharapkan bisa beraktivitas di masjid serta menggerakkan masjid untuk menyadarkan umat Islam.
Potret Generasi Berbasis Masjid
“Mencetak Mubalig Sejak Dini” itulah judul yang ditawarkan takmir masjid di sebuah perumahan Sidoarjo. Program ini menarik karena berupaya menyiapkan anak-anak muda untuk menjadi imam, muazin, dan dai.
Teknisnya, untuk calon imam salat dibina seorang guru khusus yang menguasai bacaan Al-Qur’an dengan baik dan benar. Anak-anak muda yang dibina diberikan kesempatan untuk menjadi imam salat wajib secara bergiliran. Kemudian dievaluasi lagi bacaannya, dan diberikan kesempatan lagi untuk menjadi imam.
Untuk anak-anak yang menjadi muazin, juga dibina seorang guru yang memiliki bacaan dan suara yang bagus. Anak-anak yang sudah ikut pembinaan diberi jadwal sebagai muazin. Kemudian dievaluasi kembali dan diberikan kesempatan menjadi muazin lagi. Bahkan bapak-bapak yang biasanya azan pun ikut pembinaan dan praktik bersama dengan anak-anak.
Adapun untuk dai kultum (kuliah tujuh menit) juga dibina seorang guru. Dua pekan sekali mereka dibina. Rata-rata mereka adalah anak-anak SD, SMA dan mahasiswa. Anak-anak muda yang ikut pembinaan kultum sudah beberapa kali tampil.
Hasilnya cukup signifikan. Respons jemaah pun sangat antusias mendengarkan kultum hingga selesai dan kegiatan kultum ini sangat ditunggu para jemaah terutama ibu-ibu. Masing-masing anak sudah mendapatkan jadwal kultum dan materi yang akan disampaikan, sehingga mereka bisa latihan di rumah masing-masing.
Implikasi yang terlihat, anak-anak sangat antusias, bahkan ada orang tua yang melaporkan, sejak ikut pembinaan kultum anaknya sekarang rajin ke masjid dan latihan kultum sendiri di rumah. Untuk mematangkan kader mubalig ini, ada rencana mengajak anak-anak untuk studi banding ke Yogyakarta dan sekitarnya. Hal ini untuk menambah semangat mereka dalam mempelajari Islam.
Program ini merupakan terobosan baru di tengah marginalisasi umat Islam di panggung politik. Umat Islam harus bergerak terus untuk melahirkan generasi muslim yang terdidik dengan agamanya, sehingga lahir generasi yang memiliki kepedulian terhadap masjid dan lingkungan sekitarnya.
Masjid harus dijadikan sebagai basis utama kegiatan, bila ingin mencetak pemuda muslim yang tangguh. Marginalisasi umat Islam dari panggung politik tidak lepas dari upaya sistematis dari mereka yang tidak ingin umat Islam maju dan memimpin bangsa ini.
Kemuliaan Berbasis Masjid
Mendekatkan pemuda dengan masjid bukan persoalan mudah, karena tantangan yang dihadapi pemuda juga tidak ringan. Arena hiburan atau sarana untuk menyalurkan bakat para pemuda juga banyak. Namun mereka jauh dari masjid, sehingga hati dan pikiran mereka sulit untuk membela kepentingan umat Islam.
Kecintaan terhadap masjid dan basis kegiatan di masjid merupakan sarana untuk mencintai Allah, rasul dan berjihad di jalan kebenaran. Kecintaan kepada Allah, rasul, dan jihad di jalan yang benar inilah yang mendatangkan petunjuk dan bantuan dari Allah. Sebagaimana firman-Nya:
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At-Taubah: 24).
Situasi buruk telah berlalu, saat banyak tokoh dan pemuka agama Islam lupa terhadap pembinaan umat yang berbasis masjid. Mereka tergiur pada kepentingan politik praktis. Tujuan awalnya ketika terjun ke politik sangat mulia, yakni memperjuangkan kepentingan umat secara lebih cepat dan luas. Namun politik telah menggiurkan syahwat mereka dan melupakan perjuangan awal. Alih-alih untuk memperjuangkan umat, mereka justru memperalat umat untuk kepentingan politiknya.
Aktivitas pemuda berbasis masjid sebagaimana yang dilakukan takmir di perumahan Sidoarjo merupakan salah satu contoh membekali pemuda untuk mengaitkan hatinya kepada masjid.
Hanya pemuda yang mengaitkan hati dan aktivitasnya kepada masjid yang akan mendatangkan pertolongan Allah kepada agama dan bangsa ini. Allah lah yang akan membantu kepentingan kaum muslimin dan akan membebaskan kehinaan yang saat ini berlangsung. Kaderisasi pemuda berbasis masjid inilah yang bisa memuliakan kaum muslimin di masa yang akan datang.
Inilah janji Allah yang harus kita imani sebagaimana firman-Nya:
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang yang kafir. (QS. At-Taubah: 26).
Dr. Slamet Muliono Redjosari
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya