Menghadirkan Gagasan Pemberdayaan Masjid

Menghadirkan Gagasan Pemberdayaan Masjid

Menghadirkan Gagasan Pemberdayaan Masjid
Ilustrasi seorang dai memberikan tausiah. (Foto: republika.co.id)

Suaramuslim.net – Hari ini Saya mendapatkan potongan liputan media dari DKM Masjid Nursiah Daud Paloh. Durasinya cukup singkat, namun dengan cermat dapat menangkap semangat dan tujuan dari Konferensi Masjid Indonesia (KMI) 2018. Saya mengucapkan terima kasih ke Kang Iman dan kawan-kawan.

Setelah KMI 2018, beberapa masjid bergerak mengadakan pelatihan masjid di masing-masing masjid yang ada. Ini yang mahal. Efek domino dari sebuah gagasan mulai menggelinding perlahan di negeri ini.

Inilah yang saya maksud dengan menghadirkan gagasan. Gagasan, ide atau inspirasi adalah hal yang sangat dibutuhkan masjid-masjid kita hari ini.

Saya berkunjung ke masjid yang menjadi tempat besar Saya. Relatif tahun 2004, saya meninggalkan masjid ini, dan 2019 awal tahun ini saya kembali menjejak setiap sudut di masjid ini. Berarti sudah 15 tahun.

Saya merasakan hampir tidak ada yang berubah secara fisik. Baik ornamen, kaligrafi, sound system, semua nampak sama. Yang berbeda hanya beberapa kipas angin remote yang ditambahkan. Selebihnya sama.

Bahkan papan tulis yang ada, nampaknya cara penulisan pelaporannya masih sama dengan 15 tahun yang lalu. Yang saya kaget saldonya 267 juta rupiah. Masjid kecil ini menabung saldo umat sebanyak itu.

Begitu saya keluar, sekelompok anak muda berkumpul main mobile legend. Hati saya bergumam, harusnya ada kelas tahsin, kelas halaqah untuk anak muda, kelas taklim untuk anak gaul, kelas bimbingan belajar di dalam masjid. Tapi ini mirip seperti 15 tahun yang lalu.

Padahal dengan saldo 267 juta tersebut, banyak program yang bisa dieksekusi.

Saya kembali merenung, nampaknya ini juga yang terjadi di ratusan ribu masjid di Indonesia. Mengalami stagnansi pertumbuhan. Mengalami stagnansi fungsi. Mengalami stagnansi program. Dari segi jemaah insyaallah mulai paham Islam dengan baik. Saya menemukan cara shalat yang sudah disiplin mengikuti sunnah Nabi. Namun masih jauh dari segi fungsi sosial masjid.

Lalu bagaimana ikhtiar kita selaku generasi muslim yang ingin melakukan reformasi budaya di masjid?

Kuncinya Adalah Menghadirkan Gagasan

Kita harus bekerja menyemai gagasan positif tentang masjid. Kita harus bergerak mendorong narasi masjid agar tersampaikan maksimal. Kita harus bergerak mengampanyekan konsep masjid yang seharusnya hadir.

Ketika masjid bergerak melayani jemaah, insyaallah jemaah akan terbantu.

Pemahaman Islamnya akan terpahamkan. Pendidikannya akan terbantu. Bisnisnya akan terbimbing. Pekerjaannya akan dicarikan. Pernikahannya akan terjaga. Tumbuh kembangnya akan terperhatikan. Kemiskinan akan diatasi. Pengangguran akan dicarikan solusi. Begitu seterusnya.

Bayangkan jika ide dan gagasan seperti itu yang terus didengungkan. Insyaallah lambat laun masjid akan mengalami banyak perubahan.

Inilah semangat dari tulisan-tulisan di grup WA aktivis Jejaring Masjid Titik Cahaya (JMTC). Kami bergerak meresonansikan gagasan. Dalam kerja 8 hari, Alhamdulillah sudah terhimpun 2.500 pengurus masjid di dalam 10 grup WA masjid. Dan insyaallah akan terus bertambah. Semoga menjadi manfaat bagi umat.**

Risalah Masjid Cahaya
Selasa, 8 Januari 2019

Penulis: Rendy Saputra*

*Ketua Jejaring Masjid Titik Cahaya
**Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment