Taaruf Online vs Pacaran, Apa Bedanya

Taaruf Online vs Pacaran, Apa Bedanya

taaruf onlline

Suaramuslim.net – Dunia online manawarkan berjuta kemudahan. Ada jual beli online, ada game online, sampai taaruf online. Apa itu taaruf? Taaruf dari bahasa Arab artinya perkenalan. Istilah ini bisa dipakai dalam umumnya pergaulan pertemanan atau persahabatan. Namun kemudian istilah taaruf ini menyempit yang maknanya sebuah usaha penjajakan untuk saling mengenal di antara dua pasang manusia pria dan wanita untuk menuju jenjang pernikahan.

Istilah taaruf awalnya ini dipakai untuk proses berkenalan antara pria muslim dan muslimah untuk saling kenal yang ditemani seorang pendamping, bisa kerabat si wanita atau kerabat pria. Atau bisa juga pendamping itu adalah seorang ustadz atau tokoh agama yang membina kedua kandidat itu.

Taaruf adalah sebuah cara untuk menghindari cara pacaran sebelum jenjang pernikahan. Karena dalam praktik pacaran banyak pelanggaran norma agama maupun susila. Pacaran zaman sekarang lebih banyak berduaan antara dua sejoli. Mereka pergi berdua ke mal, bioskop, taman hiburan atau pun tempat wisata.

Inilah yang disebut berkholwat yang dilarang agama. Nabi Muhammad mewanti-wanti janganlah pria wanita berduaan saja. Karena yang ketiganya adalah syetan. Allah juga telah memberi peringatan, “Jangan dekati zina.” Mendekati saja dilarang, apalagi sampai melakukannya.

Banyak juga pasangan pacaran yang kemudian sampai berduaan hingga sekamar berdua dan melakukan hubungan seks di luar nikah. Tentu ini perbuatan dosa besar. Bagaimana bisa pernikahan mencapai berkah jika diawali dengan dosa?

Kembali ke istilah taaruf. Maka saat beberapa situs menawarkan pelayanan taaruf online. Penggunaan nama taaruf menunjukkan itikad baik dari pengelola. Bahwa proses mencari jodoh menggunakan cara yang dibenarkan dalam agama Islam yang benar. Bukan cara dosa dan maksiat.

Namun ada beberapa kritik yang perlu kita cermati dalam praktik taaruf online. Umumnya proses taaruf diawali dengan pengumpulan bioadata diri masing-masing kandidat. Lalu biodata ini ditukar oleh perantara atau pendamping. Jika ada minat, maka keduanya dipertemukan oleh sang perantara tadi.

Begitu juga dalam proses taaruf online. Para peserta harus mengirimkan biodata diri secara online. Maka pihak admin melakukan verifikasi dan kemudian menampilkan biodata tersebut di laman situsnya. Ada situs taaruf online yang menampilkan biodata hanya inisial saja atau nomor kode tertentu tanpa menyebutkan nama peserta. Hanya ada ciri-ciri dan harapan calon yang diinginkan.

Jika ada yang saling berminat, maka admin melakukan pertukaran biodata. Jika ada minat, kedua peserta taaruf online itu bisa dipertemukan. Nah di sinilah titik kritisnya. Jika perantara itu berada di kota yang sama dengan kedua peserta itu, maka perantara bisa mempertemukan keduanya. Sang perantara menjadi penengah keduanya. Kedua peserta taaruf online itu tidak dibiarkan bertemu berduaan. Sehingga menjauhi perbuatan kholwat dan jauh dari zina.

Namun bagaimana jika perantara atau admin situs taaruf online berada berjauhan dengan para peserta lainnya? Misalnya pengelolanya ada hanya ada di Jakarta sedangkan ada peserta yang di Malang? Apalagi jika ada dua sejoli yang sama-sama berdomisili di Sumatera atau Kalimantan, Sulawesi, Madura, Bali, Maluku dan Papua? Tentu sangat sulit bagi perantara untuk mendampingi mereka.

Beberapa situs taaruf online hanya mewadahi pengumpulan biodata diri para peserta. Pengelola situs taaruf online hanya menuliskan sangkalan (disclaimer). Misalnya: pengelola hanya menyediakan wadah, maka segala bentuk perbuatan dosa dan pelanggaran  norma susila menjadi risiko masing-masing peserta.

Jika dua sejoli yang saling berminat dan berjauhan, pengelola hanya menayangkan profil peserta taaruf online di situs. Para peserta diharapkan bisa menjaga diri masing-masing jika domisili keduanya jauh dari pengelola. Tidak ada pendampingan selama pertemuan. Taaruf model seperti ini hampir tak ada bedanya dengan pacaran. Bahkan bisa dianggap sama saja.

Tentu ini sangat riskan. Karena belum tentu semua peserta memahami batasan-batasan dosa dan pelanggaran norma susila. Masih banyak muda-mudi yang perlu diarahkan dan didampingi dalam proses jalinan asmara dan pranikah. Karena gejolak syahwat sangat besar dan godaan untu berbuat mesum sangat massif. Harus ada pihak yang terus dan telaten mendampingi kaum muda menuju pernikahan yang berkah dan menuju keluarga sakinah. Pernikahan adalah ibadah yang sangat lama durasinya. Maka harus disiapkan dengan cara yang benar dan baik.

Pernikahan yang berkah tentu diawali dengan cara yang berkah pula. Keluarga sakinah pasti dilandasi amalan yang penuh amanah. Karena diri dan tubuh kita ini amanah dari Tuhan. Janganlah dikotori dengan perbuatan dosa.

Kontributor: Oki Aryono
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment