Menghidupkan Kembali Dunia Anak Melalui Permainan Tradisional

Menghidupkan Kembali Dunia Anak Melalui Permainan Tradisional

Menghidupkan Kembali Dunia Anak Melalui Permainan Tradisional
Congklak, salah satu permainan tradisional di Indonesia.

Suaramuslim.net – “Rangga! Ayo mainnnn” kita tunggu di lapangan.

Panggilan yang sangat akrab mewarnai masa kecil ketika jam-jam sore sudah tiba atau ketika hari libur tiba. Jika libur, bisa-bisa sejak pagi main tanpa peduli makan kalau tidak dipanggil pulang. Bermain menjadi salah satu agenda liburan menyenangkan selain menonton kartun di televisi.

Setelah sarapan dan menyelesaikan seluruh kartun di televisi, beberapa menit kemudian sudah ada saja yang mengajak bermain. Memanggil nama dengan nada yang sama setiap harinya. Permainan yang dimainkan tentunya yang menyenangkan seperti petak umpet, lompat tali, engklek, hingga benteng-bentengan.

Namun, apa yang terjadi sekarang? Seiring dengan majunya teknologi, kini banyak anak-anak zaman sekarang yang tidak mengenal namanya permainan tradisional. Selain karena ogah bila harus kotor atau berpanas-panasan, godaan gagdet juga sangat menggiurkan.

Kini, petak umpet, congklak, egrang, engklek, seolah sudah terganti dengan segala permainan game di komputer maupun gadget, baik berupa smartphone atau tablet. Bagi mereka mungkin hal biasa, namun bagi kita yang pernah merasakannya, seolah ada yang hilang dari anak-anak generasi ini.

Aktifitas bermain game online yang terlalu banyak, sangat mungkin membuat anak-anak kecanduan permainan yang satu ini. Oleh karena itu, perlu peran serta orang tua dalam membatasi penggunaan gadget demi kesehatan jiwa anak secara aktif maupun pasif, seperti membuat aturan dalam penggunaan dan memberi teladan.

Tidak hanya pada orang tua, anak-anak perlu diperkenalkan kembali pada beragam permainan tradisional agar jiwa sosial pada anak semakin berkembang. Melalui permainan tradisional, khususnya yang melibatkan kelompok, anak dapat belajar bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain.

Menurut Aristoteles, Plato dan Frbel (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2007: 2) bermain memiliki nilai praktis artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Pendidikan karakter juga bisa dilakukan melalui permainan tradisional, karena dalam pembentukan karakter diperlukan tiga hal, yaitu ngerti (mengetahui dan memahami), ngroso (merasakan), dan nglakoni (melakukan) (Akbar, 2013:107).

Berikut ini 6 permainan tradisional sebagai alternatif untuk mereduksi game online

  1. Lompat Tali

Permainan tradisional lompat tali. Tali yang digunakan untuk bermain biasanya menggunakan karet yang disambungkan satu persatu sehingga menjadi panjang. Setelah itu, ujung karet diikat dan siap kamu gunakan untuk bermain lompat tali. Permainan ini biasanya dimainkan oleh lebih dari dua orang dan ada dua orang yang akan bertugas memegang tali. Namun jika tidak ada yang ingin memegang tali, bisa diikatkan pada tiang atau pohon. Lompat tali ini adalah permainan yang sepele. Namun ternyata ada nilai yang terkandung di dalamnya yang tidak sesimpel itu. Kita pasti ingat saat bermain lompat tali, semakin kita bisa melompati suatu level, tentunya akan ada tingkatan yang lebih sulit yang menanti.

  1. Congklak

Permainan yang satu ini sepertinya hampir ditemui di seluruh Indonesia. Ya, permainan yang menggunakan media kayu dan biji ini, intinya adalah membuat pemain satu sama lain berlomba paling banyak lubang induk yang terisi. Masih ingat berapa biji yang ada dalam permainan itu? Ya, masing-masing lubang diisi dengan 7 biji. Sadar atau tidak, angka tersebut mewakilkan jumlah hari dari dalam satu minggu. Setiap satu biji diambil, nantinya akan mengisi lubang lain termasuk yang induk. Itu artinya setiap hari berganti, pastinya apa yang kita lakukan akan berpengaruh pada esok hingga kemudian.

  1. Gobak Sodor

Permainan semacam ini hampir tidak ditemukan lagi di zaman sekarang. Ya, permainan yang dimainkan 3-5 orang ini, butuh ketangkasan dan strategi yang cepat untuk menerobos pertahanan lawan. Namun ketika diamati, inti dari permainan itu bukan hanya melatih fisik dan pikiran, namun juga kepribadian. Nilai yang terkandung dalam permainan ini adalah kebersamaan dan kontrol diri, terutama tim yang bertahan. Satu sama lain harus kompak agar tim penyerang tidak sampai lolos dari penjagaan mereka.

  1. Bentik atau patok lele

Permainan tradisional kedelapan yaitu, gatrik atau disebut juga bentik. Dimainkan oleh dua kelompok masing-masing terdiri dari minimal dua orang. Alat yang dibutuhkan yaitu dua potong bambu, pertama dengan ukuran kecil dan satunya lagi buat bambu berukuran 30 cm. Setelah alat sudah di persiapkan, letakkan bambu besar diantara dua batu, lalu pukul dengan bambu kecil. Jika ada pemain yang tidak memukul bambu dengan baik, beri dia hukuman. Hukuman untuk yang kalah biasanya disuruh untuk menggendong yang menang.

  1. Engklek

Permainan legenda satu ini merupakan salah satu permainan tradisional yang sampai saat ini masih sering dimainkan hampir di seluruh wilayah Indonesia, walaupun setiap daerah memiliki sebutan yang berbeda-beda namun cara memainkannya tetap sama. Engklek bisa dimainkan oleh perempuan maupun laki-laki, bisa dimainkan hanya dua orang saja.

Cara memainkannya yaitu dengan menggambar kotak-kotak di lantai seperti pada gambar dengan menggunakan kapur. Akan lebih asik jika dimainkan di lapangan dengan permukaan lantai yang rata, jadi mudah untuk menggambarnya. Setiap pemain akan melompati kotak-kotak tersebut secara bergiliran. Melompatnya harus dengan satu kaki, jika terjatuh maka pemain harus menandai kotak terakhir dengan menaruh batu.

  1. Kelereng atau Gundu

Kemungkinan anak jaman milenial sekarang tidak banyak yang tahu bagaimana cara memainkan permainan ini. Kelereng merupakan kaca bening yang berbentuk bulat dan biasanya dimainkan oleh anak laki-laki. Cara mainnya juga cukup mudah, hanya dengan menyentil kelereng yang kita punya dengan target mengenai kelereng lawan. Jika kamu berhasil mengenai kelereng lawan, maka kelereng miliknya jadi milikmu. Permainan ini akan semakin asik jika dimainkan ramai-ramai.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment