Menilik Peristiwa Tahun Gajah

Menilik Peristiwa Tahun Gajah

Menilik Peristiwa Tahun Gajah

Suaramuslim.net – Istilah “Tahun Gajah” tentu tidak asing di telinga kita, tapi sudahkah Anda tahu bagaimana berlangsungnya peristiwa tersebut hingga disematkan menjadi nama tahun? Berikut ini penjelasan yang kami rangkum dari Sirah Ibn Hisyam dan Buku Atlas Agama Islam karya Sami bin Abdullah Al Maghluts.

Siapa Abrahah?

Setelah runtuhnya kerajaan Himyar, Yaman menjadi daerah menjadi daerah yang berada di bawah kekuasaan Raja Nejus (Najasyi). Gubernur Yaman kala itu bernama Abrahah Al Asyram, ia membangun sebuah gereja megah dari gading dan kayu berlapis emas untuk mengalihkan tujuan haji bangsa Arab dari Ka’bah ke gereja tersebut.

Abrahah mengirimkan surat kepada Raja Negus, “Hamba telah mendirikan sebuah gereja untuk Paduka Raja, gereja yang tidak pernah didirikan untuk seorang raja pun sebelum Paduka. Hamba tidak akan pernah berhenti bekerja sebelum bisa mengalihkan tujuan haji bangsa Arab ke gereja tersebut.”

Namun, bangsa Arab menolak keinginan Abrahah itu. Mereka adalah keturunan Nabi Ibrahim As. dan Nabi Ismail As.. Bagaimana mungkin mereka akan meninggalkan Baitul Haram yang dibangun oleh kakek moyang mereka sendiri, untuk kemudian melakukan haji ke gereja yang dibangun oleh seorang gubernur Nasrani?

Serangan Pasukan Gajah

Dari tempat bernama Al Mughammas sekitar 24 kilometer di sebelah timur Kota Suci Mekah, tepatnya dari arah Gunung Kabkab, Abrahah mengirim sebagian pasukannya untuk merampas harta suku Quraisy dan beberapa suku lainnya. Diantara harta rampasan itu terdapat 200 ekor unta milik kakek Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abdul Muthalib bin Hasyim yang menjadi tokoh sekaligus pemimpin suku Quraisy.

Pada saat itu, suku Quraisy, Kinanah. Hudzail dan beberapa suku lainnya sempat ingin menyerang pasukan Abrahah. Namun setelah menyadari bahwa kekuatan mereka tidak sebanding dengan pasukan Abrahah, mereka pun mengurungkan niat untuk melawan.

Abrahah lalu mengerahkan pasukannya termasuk seekor gajah raksasa bernama Mahmod untuk menghancurkan Ka’bah. Ketika pasukan Abrahah semakin mendekati Baitullah, Abdul Muthalib bergegas menemui Abrahah meminta agar Ka’bah dibiarkan apa adanya. Abrahah dengan tegas menolah permintaan Abdul Muthalib, dan berusaha sekuat tenaga menghancurkan Ka’bah.

Namun anehnya, setiap kali ia menghela gajahnya bergerak ke arah Baitullah (Makkah), gajah itu menolak bergerak dan justru menderum serta menghentikan langkahnya. Sebaliknya, setiap kali tubuh gajah tersebut mengarah ke Yaman, ia segera melangkah cepat.

Pada saat itulah, Allah subhanahu wa ta’ala mengirimkan ribuan burung yang datang membawa batu-batu kecil membara. Pada permukaan tiap-tiap batu itu tertulis nama orang yang akan dibinasakan. Setiap burung membawa tiga butir batu, satu pada paruhnya sementara dua yang lain berada di cengkeraman kaki-kakinya. Sementara ukuran batu-batu tersebut hanya sebesar butiran kedelai atau kacang adas. Setiap orang yang terkena lemparannya pasti langsung meninggal dalam kondisi laksana daun kering yang terkoyak-koyak.

Pasukan Abrahah pun hancur, sementara yang masih hidup segera menemui Nufail bin Habib meminta ditunjukkan jalan ke arah Yaman. Pada saat itu tubuh Abrahah telah terkena lemparan batu kerikil, bersama dengan pasukannya ia melarikan diri dalam kondisi daging tubuhnya yang berjatuhan sedikit demi sedikit. Disusul jari jemarinya yang berjatuhan silih berganti. Ketika rombongan itu sampai di San’a, Abrahah dan pasukannya mati dalam keadaan sangat mengenaskan. Kemudian peristiwa penyerbuan Abrahah dan pasukannya ini disebut Tahun Gajah.

Tahun Gajah juga dikaitkan dengan tahun kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu tahun 571 Masehi. Namun ada pendapat lain yang menyampaikan bahwa Rasulullah lahir pada Senin pagi, 12 Rabiul Awwal bertepatan dengan tahun 570 Masehi. Wallahu a’lam.

Kontributor: Aisy
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment