Perjalanan Menimba Ilmu Para Ulama Hadits

Perjalanan Menimba Ilmu Para Ulama Hadits

Perjalanan Menimba Ilmu Para Ulama Hadist

Suaramuslim.net – Perjalanan para ulama hadist sangat tidak mudah. Mereka harus rela berkeliling ke luar negeri mereka untuk belajar dan mengumpulkan hadist. Hampir seluruh usia mereka dihabiskan untuk mengumpulkan hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Terdapat enam imam hadist yang masyhur dengan kitab-kitab haditsnya yang hingga saat ini menjadi acuan bagi umat Islam. Meski demikian,  jarang sekali yang mengetahui perjalanan para Imam hadist dalam mengumpulkan hadist.

Tercatat di berbagai sumber bahwa dalam mempelajari hadist para imam hadist harus meninggalkan negerinya dan menyebar di berbagai negeri untuk mendapatkan ilmu tentang hadist.

Imam Bukhari, Melahirkan Kitab Hadist Terbaik

Imam Bukhari misalnya, Imam Bukhari adalah seseorang yang tak pernah lelah mencari ilmu agama. Pemilik nama asli Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah adalah seseorang yang cerdas. Ia memulai mempelajari ilmu hadits sejak kecil hingga dewasa.

Begitu banyak negeri yang pernah beliau masuki untuk penyebaran Islam.  Negeri-negeri tersebut antara lain, Khurasan dan daerah yang bertetangga dengannya,  Bashrah,  Kufah, Baghdad, Hijaz (Makkah dan Madinah), Syam, Al Jazirah (kota-kota yang terletak di sekitar Dajlah dan eufrat) dan Mesir.

Darinya lahir banyak karya, salah satu di antaranya adalah, Al Jami’ as Sahih (Sahih Bukhari). Imam Az-Zahabi, mengatakan, kitab hadis yang ditulis Imam Bukhari merupakan kitab yang tinggi nilainya dan paling baik, setelah Al Qur’an.

Imam Muslim, Berkeliling Belajar Hadist

Pemilik nama asli Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi telah memulai rihlah dalam rangka menuntut hadits sebanyak dua kali. Rihlah pertamanya adalah rihlah beliau untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 220 hijriah, pada saat itu beliau berjumpa dengan Syaikh Abdullah bin Maslamah al Qa’nabi di Makkah dan beberapa ulama hadits yang lainnya ketika di tengah perjalanan di daerah Kufah. Kemudian kembali lagi ke negerinya dan tidak memperpanjang rihlahnya pada saat itu.

Rihlah kedua yaitu rihlah yang begitu panjang dan lebih menjelajah ke negeri Islam lainnya. Rihlah ini dimulai sebelum tahun 230 Hijriah. Beliau berkeliling dan memperbanyak mendengar hadits, sehingga beliau mendengar dari banyak ahli hadits, dan mengantarkan beliau kepada derajat seorang imam dan kemajuan di bidang ilmu hadits.

Beberapa negeri yang menjadi tujuan beliau kala itu adalah, Khurasan dan daerah sekitarnya,  Ar Ray,  Iraq (Kufah, Bashrah dan Baghdad), Hijaz (Makkah dan Madinah, Asy Syam), dan Mesir.

Imam Abu Daud, Mencari Hadist Sejak Remaja

Ketika menelisik biografi imam Abu Daud, akan muncul paradigma bahwa semenjak kecil beliau memiliki keahlian untuk menimba ilmu yang bermanfaat. Iman Abu Daud adalah salah satu Imam yang sering berkeliling mencari hadits ke negeri-negeri Islam yang ditempati para Kibarul Muhadditsin, beliau mengadakan perjalanan (Rihlah) dalam  mencari ilmu sebelum genap berusia 18 tahun.

Adapun negeri-negeri Islam yang beliau kunjungi adalah, Iraq, Baghdad merupakan daerah islam yang pertama kali beliau masuki, yaitu pada tahun 220 hijriah, Kufah(221 H),  Bashrah, Syam (Damsyiq, Himsh dan Halb), Al Jazirah (Haran, dan mendengar hadits dari penduduknya, Hijaz). Ia juga mendengar hadits dari penduduk Makkah, mendengar hadits dari penduduk Baghlan, Ar Ray dan Sijistan.

Salah satu karya Imam Abu Dawud yang terkenal adalah Shahih Abu Dawud. Kitab ini memuat 5.274 hadis, termasuk yang diulang.  Sebanyak 4.800 hadist yang tercantum dalam kitab itu adalah hadist hukum. “Di antara imam yang kitabnya masuk dalam Kutub as-Sittah,  Abu Dawud merupakan imam yang paling fakih,” papar Ensiklopedi Islam.

Kitab tersebut juga dikenal sebagai kitab hadist yang berisi hukum-hukum, yang juga sangat direkomendasikan oleh para ulama.

Imam At Tirmidzi, Melahirkan Kitab Jami’ At Tirmidzi

Pemilik nama lengkap Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin adl Dlahhak atau yang lebih dikenal dengan Imam Tirmidzi ini memulai aktifitas mencari ilmunya setelah menginjak usia dua puluh tahun.

Imam At Tirmidzi keluar dari negerinya menuju ke Khurasan, Iraq dan Haramain dalam rangka menuntut ilmu mencari dan mempelajari ilmu hadits kepada para ulama hadits. Setelah pengembaraannya, imam At Tirmidzi kembali ke negerinya, kemudian beliau masuk Bukhara dan Naisapur, dan beliau tinggal di Bukhara beberapa saat.

Negeri-negeri yang pernah beliau masuki adalah,  Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah,  dan Ar Ray.  Perjalanannya dalam menimba ilmu hadits membuahkan salah satu kitab yang masyhur hingga kini. Kitab karya Imam At Tirmidzi dikenal dengan nama Jami’ At-Tirmidzi.  Karya tersebut mengandung 3.959 hadist, terdiri dari yang sahih, hasan, dan dhaif.

Imam Nasa’i, Ulama Hadist Pengarang Kitab Sunan Al-Mujtaba

Imam Nasa`i memulai menuntut ilmu lebih dini, ia melakukan perjalanan ke Qutaibah bin Sa’id pada tahun 230 hijriah, ketika beliau berumur 15 tahun.  Imam Nasa`i mempunyai perjalanan ilmiah cukup luas, beliau berkeliling kenegeri-negeri Islam, baik di timur maupun di barat, sehingga beliau dapat mendengar dari banyak orang yang mendengar hadits dari para hafizh dan syaikh.

Di antara negeri yang beliau kunjungi adalah Khurasan, Iraq (Baghdad, Kufah dan Bashrah), Al Jazirah (yaitu Haran, Maushil dan sekitarnya), Syam, Perbatasan (perbatasan wilayah negri islam dengan kekuasaan Romawi), Hijaz dan Mesir.

Ilmu hadits yang didapatkan oleh imam yang berasal dari Turmeknistan ini dirangkum dalam kitab yang berjudul Sunan An-Nasa’i atau dikenal dengan nama Sunan Al-Mujtaba.

An-Nasa’i menyusun kitab itu setelah menyeleksi hadist-hadist yang tercantum dalam kitab yang juga ditulisnya berjudul As-Sunan Al-Kubra  yang masih mencampurkan antara hadist sahih, hasan, dan dhaif. Sunan An-Nasa’i  berisi 5.671 hadist, yang menurut Imam An-Nasa’i adalah hadist-hadist sahih.

Bahkan,  dianggap sebagai kitab yang sedikit memuat hadist dhaif.  Hingga sebagian ulama ada yang meyakini kitab itu lebih baik dari Sunan Abi Dawud dan Sunan At-Tirmizi. Tak heran jika, para ulama menjadikan kitab ini rujukan setalah Sahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim.

Imam Ibnu Majah, Mengumpulkan 4 Ribu Hadist Lebih

Ibnu Majah memiliki nama lengkap Muhammad bin Yazid bin Mâjah al Qazwînî. Ibnu Majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negeri tempat tinggalnya Qazwin.

Kemudian ia mengadakan rihlah dalam rangka menuntut ilmu.  Ibnu Majah mengitari negeri-negeri Islam yang menyimpan mutiara hadits.  Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain, Khurasan, Ar Ray,  Iraq (Baghdad, Kufah, Wasith dan Bashrah), Hijaz (Makkah dan Madinah), Syam(damasqus dan Himsh), dan Mesir.

Dari perjalanannya tersebut, lahirlah kitab Sunan Ibnu Majah yang berisi 4.341 hadist. Sebanyak 3.002 hadist di antaranya terdapat dalam Al-Kutan Al-Khasah dan 1.339 hadist lainnya adalah hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah.

Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment