Merajut Kembali Tenun Pendidikan dan Kebudayaan

Merajut Kembali Tenun Pendidikan dan Kebudayaan

Merajut Kembali Tenun Pendidikan dan Kebudayaan

Suaramuslim.net – Pendidikan dan kebudayaan sejatinya dua hal yang tak terpisahkan. Pendidikan merupakan proses penanaman dan pelatihan akan nilai-nilai. Sedangkan kebudayaan merupakan pelaksanaan nilai-nilai dalam bermasyarakat.

Namun pada kenyataannya, selama beberapa kurun waktu negara memisahkannya, sehingga pendidikan dan kebudayaan berjalan sesuai dengan obsesinya masing-masing. Pendidikan seolah dijauhkan dari nilai perilaku.

Pendidikan diidentikkan dengan persekolahan, pendidikan hanya dipersepsikan pada persoalan kognisi, sehingga tak mempedulikan sikap dan perilaku. Apa yang terjadi kemudian? Hasil pendidikan kita terasa kering dari nilai-nilai berkebudayaan.

Banyak orang bersekolah tapi tak terdidik. Banyak pelaku korupsi justru mereka yang mengenyam sekolah tinggi. Pendidikan kita telah tereduksi, hanya tempat menjadi pintar, bukan tempat menjadi baik.

Belum lagi pendekatan pendidikan yang dilakukan guru dan sekolah yang hanya bersifat transaksional materialis. Semakin Anda membayar dalam jumlah yang lebih, Anda akan mendapatkan layanan yang “baik”.

Pendidikan menjelma menjadi sebuah industri. Nilai-nilai yang disemai adalah nilai untung rugi, semangatnya berkompetisi, dan wataknya saling mengalahkan. Sehingga sekolah tak lebih menjadi “sarang” menyemai karakter srigala yang setiap saat siap memangsa.

Pendidikan kita menjelma menjadi kasta-kasta, yang kemudian berdampak pada julukan sekolah favorit, sekolah unggulan, sekolah pinggiran dan sekolah buangan.

Tentu kasta-kasta itu juga memperlihatkan potret penghuninya. Yang jelas untuk sekolah pinggiran dan sekolah buangan, Anda tak akan menemukan putra pejabat dan pengusaha serta orang kaya lainnya yang bersekolah disitu.

Kalau pendidikan di sekolah sudah sangat seperti itu, maka ada baiknya berhentilah sekolah dan mulailah belajar. Karena pendidikan yang seperti itu, bisa dipastikan kering nilai yang ada formalitas pelaksanaan, maknanya menjadi kosong.

Mengintimkan Pendidikan dan Kebudayaan

Penegasan kembali menjadikan kebudayaan berumah kembali bersama pendidikan, merupakan wujud baik dari sebuah niat. Meski dalam pelaksanaannya masih menbutuhkan banyak kritik maupun saran.

Kebudayaan selama tereduksi hanya bermakna wisata, padahal di dalam kebudayaan mempunyai makna yang lebih luas yaitu sebagai miniatur penerapan nilai yang sudah disemai melalui pendidikan.

Memadukan nilai-nilai yang dikembangkan ke dalam bentuk perilaku, sejatinya merupakan pendidikan yang pernah dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantoro. Sekolah sebagai taman bagi siswa. Sekolah menjadi tempat penanaman nilai dan sekaligus sebagai tempat praktek berbudaya dan penerapan nilai-nilai yang sudah didapatkan melalui para gurunya.

Kurikulum pendidikan kita sejatinya sudah mengarahkan para guru untuk melakukan perubahan perilaku. Kurikulum kita memberi penilaian pada sikap ilmu yang didapat, tapi juga menilai sikap perilaku yang dilaksanakan dalam kehidupan yang dialami.

Apakah Bisa Dijalankan?

Segala sesuatu akan menjadi mudah dijalankan, bila niat yang dibuat dalam pendidikan itu jelas. Misalnya pendidikan yang diniatkan untuk menjadikan anak-anak bertanggung jawab, maka pelaksanaan dalam membentuk pribadi bertanggung jawab harus dibuatkan “miles stone” nya dalam mencapai karakter bertanggung jawab.

Merekatkan kembali pendidikan dan kebudayaan, dapat dilakukan sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum 13 saat ini, menetapkan niat yang akan dicapai melalui pencapaian kompetensi. Guru tak hanya bisa dinilai dari sisi kognisi, tapi juga harus dari sisi religinya, sikapnya, pengetahuannya serta penerapannya dalam kehidupan.

Penerapan nilai-nilai seperti itu harus dimaknai sebagai kesadaran menyemai sebuah perilaku yang itu akan menjadi produk budaya masyarakat.

Akhirnya sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan harus disadari bahwa sekolah butuh hal lain agar gagasan baik sekolah tentang hadirnya perilaku berbudaya di masyarakat tidak akan berhenti.

Jadikanlah sekolah kita sebagai taman bagi anak-anak kita. Sehingga proses-proses pendidikan yang dilakukan pastilah akan tampak dalam perilaku anak-anak kita ketika di sekolah.

Konsep pendidikan dan kebudayaan dengan sangat indah dijelaskan oleh Allah dalam Al Qu’an surat Al Ahqaf ayat 15 – 16 sebagaimana berikut :

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a. “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

“Mereka itulah orang-orang yang Kami terima amal yang baik yang mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.”

Selamat Hari Pendidikan Nasional!

*Ditulis di Surabaya, 2 Mei 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment