Merawat Asa Menyeimbangkan Rasa

Merawat Asa Menyeimbangkan Rasa

Merawat Asa Menyeimbangkan Rasa

Suaramuslim.net – Setiap kita pasti mempunyai harapan, karena harapan adalah bagian dari motivasi hidup yang lebih baik. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Harapan menyangkut masa depan.

Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Sehingga terwujudnya harapan bergantung pada sikap dan kepribadian kita pemilik harapan.

Mengapa Manusia Berharap?

Sebagai mahluk sosial, manusia tak bisa dijauhkan dari lingkungan sosialnya. Mereka butuh bergaul dan bersosialisasi. Hal itu dilakukan karena manusia butuh berkembang dan hidup lebih baik lagi. Harapan ibarat sebuah lukisan. Di dalam harapan orang membayangkan sesuatu yang dianggap baik dan membahagiakan. Sehingga ketika manusia sedang melukiskan harapannya, ada energi motivasi yang berupaya membantu mewujudkannya.

Berharap merupakan bagian dari upaya merangkai cara agar apa yang disebut dengan tujuan hidup yang baik dan membahagiakan bisa dicapai. Berharap akan menggerakkan kognisi manusia untuk mencari cara mewujudkan apa yang diimpikan menjadi sebuah kenyataan.

Butuh Orang Lain

Sebagai mahluk sosial, manusia dalam perkembangannya tentu membutuhkan orang lain. Orang lain bisa dijadikan sebagai sebuah standar dalam merangkai dan mewujudkan harapannya. Ada kerjasama yang harus dibangun untuk mewujudkannya.

Suatu saat dalam benak kita ingin mempunyai tempat tinggal yang nyaman. Situasi nyaman yang Anda gambarkan akan menyangkut kebutuhan Anda terhadap lingkungan dan orang-orang yang akan ada di sekitar Anda.

Hal lain yang berkaitan dengan harapan adalah tentang anak-anak. Bagi mereka yang belum dikaruniai keturunan, tentu berharap akan mendapatkan keturunan yang baik dan menyenangkan. Bagi mereka yang sudah dikaruniai keturunan, akan berharap anak-anaknya tumbuh dengan baik, menjadi anak yang menyejukkan mata dan berhasil dalam menjalani hidupnya.

Dalam hal karir, tentu juga orang berharap bisa sukses. Sukses yang dimaksud merupakan sebuah ukuran yang dibuat dirinya sendiri dengan membandingkan diri dengan apa yang sudah dicapai oleh orang lain.

Nah.. Dalam menyusun harapan, diharapkan manusia menyadari keterukurannya. Keterukuran itu berkaitan dengan kemampuan diri mencapainya serta kemampuan diri menjalin dukungan dengan orang lain agar harapan kita bisa terwujud.

Dibutuhkan Kecerdasan Memahami

Ketidakmampuan kita melepaskan diri dari ketergantungan dengan ikatan sosial yang ada, merupakan sebuah peluang bahwa kita mesti bergaul dengan orang lain. Setiap orang harus dipahami sebagai pribadi yang unik dan berbeda. Kemampuan memahami keunikan dan perbedaan itulah menjadi syarat mutlak dalam merenda harapan kita.

Mengasah kepekaan kita terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain, merupakan satu hal penting dalam membangun relasi di tengah keunikan dan perbedaan yang ada. Mengasah kepekaan itu berkaitan dengan sikap apa yang harus kita tampilkan, ucapan apa yang harus kita suarakan dan rangkaian kata seperti apa yang harus kita tuliskan sehingga yang kita lakukan tidak akan berbeda dengan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Melakukan olah rasa dan olah pikir merangkai kata merupakan cara kita merawat hubungan dengan orang lain. Setiap kita pasti tidak ingin mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari orang lain, karena itulah kita juga tidak boleh memperlakukan orang lain dengan tidak baik.

Kemampuan dialog dengan diri merupakan hal penting yang harus dimiliki kalau kita mengharapkan sukses di tengah orang lain. Dialog dengan diri itulah yang akan menjadikan setiap orang berhati-hati dalam bertindak dan bertutur, karena menyangkut rasa orang lain dan harapan yang akan diwujudkan.

Akhirnya dalam merenda harapan, setiap orang mesti harus berpijak pada kenyataan. Kenyataan itu berkaitan dengan kemampuan kognisi menempatkan pikiran pada posisi yang benar. Misalnya berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki dan langkah apa yang sudah disusun. Tidak boleh memaksakan kehendak, karena pemaksaan kehendak akan menjadikan orang lain merasa tidak nyaman yang berpotensi menjauh dari rencana kita mewujudkan harapan.

Selain itu yang harus disemai dalam upaya mewujudkan harapan, manusia harus tetap realistis melihat kemampuan diri dan performance diri. Tidak bisa kita ingin jadi dokter lalu memasuki fakultas hukum. Segala sesuatunya harus sesuai dengan jalur yang seharusnya ditempuh. Semua harus berjalan di atas sunnatullahnya.

Sikap dan perilaku kita akan menentukan sejauh mana kita sukses dan gagal dalam mewujudkan harapan. Semoga saja Allah membimbing sikap kita menjadi sikap yang menyenangkan.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Terjemah QS. al-Maidah: 2)

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. (Terjemah QS. al-Baqarah: 177)

*Ditulis di Surabaya, 20 April 2018
*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment