Merinding! Beredar Pesan UAS untuk Warga Minang Korban Kerusuhan Wamena

Merinding! Beredar Pesan UAS untuk Warga Minang Korban Kerusuhan Wamena

Ustadz Abdul Somad Tabligh Akbar di Koarmatim Surabaya(1)
Ustadz Abdul Somad Tabligh Akbar di Koarmatim Surabaya(1)

PEKANBARU (Suaramuslim.net) – Ustaz Abdul Shomad (UAS) memberikan pesan terkait tragedi di Kabupaten Wamena, Papua. Dalam instagram TV-nya, UAS meminta orang Minang untuk bangkit, karena ia tahu, orang Minang tak pernah kalah.

“Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (Orang) Minang tak pernah kalah. Dari kecil dia sudah tinggal di surau. Tak ada orang Minang yang tak pandai mengaji dan tak pandai bersilat. Siapa guru orang Minang? Alam takambang menjadi guru. Oleh sebab itu apa yang terlihat hari-hari ini, ini kecil bagi orang Minang,” ujar UAS dalam video yang direkam di dalam mobil itu seperti dinukil dari akun resmi Instagramnya.

Dalam video itu, UAS memotivasi orang Minang, yang dulu, penjajah Belanda terbirit-birit lari menghadapi orang Minangkabau. Setelah merdeka, orang Maninjau menjadi ulama, menjadi founding fathers bangsa ini.

“Oleh sebab itu, Minang mesti bangkit. Kau jihad awak kini (ini jihad kita), tapi jihad awak ndak bantuak urang sabalah membaka (tapi jihad kita tidak seperti orang sebelah, membakar), jihad awak manolong (jihad kita menolong). Maka, buatlah posko-posko,” ujar UAS serak.

Adapun selengkapnya, berikut pernyataan UAS yang diunggah dalam akun Instagramnya @ustadzabdulsomad_official.

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Orang) Minang tak pernah kalah. Dari kecil dia sudah tinggal di surau. Tak ada orang Minang yang tak pandai mengaji dan tak pandai bersilat. Siapa guru orang Minang? Alam Takkambang menjadi guru.

Oleh sebab itu apa yang terlihat hari-hari ini, ini kecil bagi orang Minang. Berapa pejuang bangsa ini, lari Belanda terbirit-birit menghadapi orang Minangkabau. Setelah merdeka, orang Maninjau menjadi ulama, menjadi founding father bangsa ini.

Oleh sebab itu, Minang mesti bangkit. Kau jihad, awak kini. Tapi jihad awak ndak bantuak orang sabalah membaka (sebelah membakar), jihad awak menolong. Maka, buatlah posko-posko.

Bangkitkan, tolong saudara-sudara kita, bagi modal, bagi usaha. Kekeluargaan orang Minangkabau akan tetap terjaga. Apa yang dialami beberapa hari hanya membangkitkan semangat persaudaraan orang Minangkabau.

Aga kareba (apa kabar, bahasa Bugis Makassar) saudara-saudaraku dari Makassar. Dulu kalian orang Bugis, orang Makassar pernah dibuang oleh Belanda nun jauh di Afrika Selatan. Tapi apa yang terjadi?

Syekh Yusuf Al Makassary justru mengembangkan Islam (di Afrika Selatan). Dicampakkan di Ceylon, Srilanka, Islam berkembang di Srilanka. Dibuang lagi ke Afrika Selatan, bahkan Nelson Mandela pun memberikan penghargaan untuk kalian.

Ketika saya pernah menyampaikan tausiah di Sidney, di Australia, dibawa oleh sahabat saya untuk melihat bagaimana Islam sampai ke Melbourne, sampai ke Australia, rupanya nenek moyang kalian yang mengislamkan. Padahal cita-cita (nenek moyang) mereka hanya ingin menangkap mencari teripang. Mencari rezeki tapi rupanya mereka tetap berdakwah.

Maka, bangkit wahai saudaraku, orang Makassar, orang Bugis.

Saudara-saudaraku orang Jawa yang ada di perantauan, pribon kabare (apa kabar, bahasa Jawa). Sulit memang, susah, tapi ke mana saja dilihat bumi di Nusantara ini, dulu nenek moyang kalian pernah menyatukan Nusantara. Bahkan kekuasaannya sampai ke Vietnam sana.

Maka, bangkit. Jangan pernah menyerah. Jangan pernah mengalah. Kami dari jauh ikut mendoakan. Saudara-saudaraku di mana pun di Nusantara yang bisa membantu, bantu.

Dengan uang kita. Yang tak bisa (dengan uang), dengan doa. Doakan dari jauh. Mudah-mudahan saudara kita, saya hanya sebut Minangkabau, Makassar, Bugis, dan Jawa karena ini (bangsa) yang paling banyak merantau.

Tapi, suku-suku yang lain, kita adalah Nusantara.

Mudah-mudahan, kita tetap disatukan oleh kebhinekaan. Disatukan oleh Laa ilaha illallah Muhammadar Rasulullah.

Bagi yang seagama, berdoalah, kita disatukan oleh Laa ilaha illallah. Bagi yang tidak (seagama), bersatulah, kita disatukan oleh Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment