Suaramuslim.net – Ketakwaan ternyata bisa menjadi harta terbesar yang dimilik seorang mukmin. Dengan takwa, manusia mampu menaikkan level dirinya bertingkat-tingkat.
Ketika Abu Dzar Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah, maka pesan paling pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah takwa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena takwa itu adalah pokok dari segala perkara.” (Tanbihul Ghofilin, Abi Laits As-Samarkindi).
Imam Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al-Bustami, bahwa orang yang bertakwa itu adalah, “Orang yang apabila berkata, berkata karena Allah, dan apabila berbuat, berbuat dan beramal karena Allah.”
Abu Sulaiman Ad-Dardani menyebutkan, “Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang kecintaan terhadap hawa nafsunya dicabut dari hatinya oleh Allah.”
Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa hati, bukan takwa anggota badan.” (Al-Fawaid).
Makna Takwa
Para ulama telah banyak yang memberikan pengertian tentang takwa di antaranya adalah perkataan Thalq bin Habib rahimahullah, beliau mengatakan, “Takwa yaitu melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan ilmu yang datang dari Allah semata-mata mengharap pahala dari-Nya. Dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan ilmu yang datang dari Allah karena takut akan adzab-Nya.” (Sumber: Salafy.or.id)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya. Dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.” (An-Nisa’: 1)
Dan firman-Nya pula, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab: 70-71)
Kedudukan Takwa
Bekal yang terbaik bagi seorang hamba untuk meraih kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak adalah bekal ketakwaan kepada Allah. Sebagaimana telah Allah azza wa jalla jelaskan dalam firman-Nya, “Dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.” (Al-Baqaroh: 197).
Al-Imam As-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat tersebut mengatakan, “Adapun bekal yang sebenarnya yang manfaatnya terus berlanjut bagi pelakunya di dunia maupun di akhirat adalah bekal ketakwaan (kepada Allah azza wa jalla), yaitu bekal untuk kampung akhirat yang kekal yang mengantarkan kepada kelezatan yang sempurna dan kepada kenikmatan yang terus-menerus.
Selain itu, orang yang bertakwa adalah orang yang mulia, karena setiap orang yang bertaqwa maka dia akan meraih kemuliaan di sisi Rabb-nya, sebagaimana telah Allah azza wa jalla jelaskan dalam Al-Qur’an, yang artinya,
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat: 13).
Tujuh Kunci Taqwa
Kunci untuk meningkatkan ketaqwaan sebagaimana yang diambil dari laman dalamislam.com yaitu pertama, dengan memperbaiki sholat kita, dengan sholat yang khusuk dan berkualitas akan mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kita.
Hal kedua adalah dengan mentadabburi Al- Qur’an yaitu dengan cara membaca, memahami, mengetahui artinya kemudian menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ketiga berkumpul dengan orang-orang sholeh, dengan begitu kita akan mendapat pengaruh yang baik dan senantiasa termotivasi serta semangat dalam menjalankan perintah-perintah Allah, sekaligus mereka kelak akan menjadi syafaat buat kita di akhirat.
Keempat, membaca buku- buku Islam akan memberi manfaat serta menambah wawasan buat kita karena ilmu agama yang kita pelajari akan menjadi pondasi keimanan kita.
Kelima, menjalankan perintah Allah secara konsisten dan berusaha untuk senantiasa istiqomah.
Keenam, sering sering bermuhasabah diri, mencari kekurangan diri kemudian memperbaikinya.
Ketujuh, yaitu menjauhi lingkungan buruk termasuk teman-teman yang memberikan pengaruh negatif buat kita dengan begitu kita akan mudah untuk istiqomah.
Langkah selanjutnya yaitu dengan banyak bersyukur, hindari mengeluh, lupakan perkara- perkara yang dapat melalaikan kita yaitu terlalu hanyut dalam urusan dunia. Kemudian, seringlah datang ke majelis ilmu yang nantinya sebagai benteng buat kita untuk menjauhi kita dari perbuatan maksiat. Terakhir yaitu perbanyak dzikir serta melakukan sunnah Rasul.
Kontributor: Yetty
Editor: Muhammad Nashir