Suaramuslim.net – Ingin menjadikan buah hati sholeh dan sholehah? Mari perhatikan dulu asupan yang Anda berikan kepada mereka. Bukan hanya masalah kandungan gizi dan lainnya, lebih dari itu yang terpenting adalah kehalalan dan toyib tidaknya. Karena hanya dari Makanan yang halal dan toyib yang akan membentuk pribadi manusia yang bertakwa.
Pentingnya barang halal
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al Mu’minun ayat 51 yang artinya :
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Menurut Ibnu Katsir, pada ayat ini Allah memerintahkan para rasul agar makan makanan halal dan beramal saleh, sebab makanan halal merupakan pembangkit amal saleh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyeru para sahabat dengan membacakan firman Allah yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki-rezeki baik yang telah kami karuniakan kepadamu…. (Al Baqoroh :172).
Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan seorang lelaki yang bepergian jauh hingga penampilannya menjadi kusut lalu ia menengadahkan kedua tangannya ke langit sambil berkata, “Ya Rob, Ya Rob”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dahulu ia diberi makan dari makanan yang haram, maka mana mungkin permohonannya dikabulkan”. (HR. Muslim)
Ibnu Rajab menjelaskan pada hadist ini terdapat isyarat kalau suatu amalan tidak diterima dan tidak berkembang kecuali dengan makanan halal. Sesungguhnya memakan makanan haram dapat merusak dan menjadikan amalan tidak diterima. Oleh sebab itu, pastikan semua makanan kita yang halal dan baik, jauh dari syubhat dan keragu-raguan.
Ketika Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang rahasia agar ibadah dan doa-doanya cepat dikabulkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengajarinya tentang syarat, rukun atau kekhusyukan dalam beribadah, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perbaikilah apa yang kamu makan, hai Sa’ad”. (HR. Thabrani)
Wahai ayah, bawalah harta yang halal
Sang pencari nafkah, khususnya para ayah, jika ia bergelimang harta haram dan menafkahi keluarganya dengan harta tersebut sebenarnya tidak hanya menghalangi ibadah yang ia lakukan, tetapi juga menghalangi ibadah dan masa depan anak-anak serta istrinya.
Ayah seperti itu secara sengaja membuat ibadah dan doa anak-anaknya tertolak. Sebab, ia menjadikan tubuh mereka tumbuh dari harta yang haram.
Maka, marilah berhati-hati terhadap makanan yang kita makan. Pastikan para ayah selalu membawa nafkah yang halal dan toyib ke rumah-rumah mereka. Dukung dengan pemahaman yang seirama tentang hal ini bersama keluarga.
Bila seorang ayah mendapat rezeki dari cara yang halal, hasil yang halal menggunakannya dan memberikannya kepada keluarga dengan cara yang halal pula maka insyaallah kualitas amal ibadah seorang ayah menjadi sangat luar biasa, juga dengan istri dan anak-anaknya. Wallahu a’lam.
Penulis: Aisy*
Editor: Oki Aryono
*Script writer dan audio editor