Cara Mengajarkan Pendidikan Seks pada Anak

Cara Mengajarkan Pendidikan Seks pada Anak

Cara Mengajarkan Pendidikan Seks pada Anak

Suaramuslim.net – Anak yang tidak mendapatkan pendidikan seks, ternyata mengakibatkan permasalahan yang kompleks di Indonesia. Berdasar atas survey yang dilakukan KPAI per Oktober 2016, sebanyak 157 anak telah menjadi korban seks bebas, 414 anak menjadi konsumen pornografi, bahkan 107 anak telah menjadi pelaku kejahatan seks online.

Begitu kompleksnya permasalahan yang disebabkan oleh penyelewengan aktivitas seks di Indonesia, sehingga setiap tahunnya jumlah pelaku seks maupun korban kekerasan seksualitas dari kalangan anak terus meningkat. Mirisnya lagi, kebanyakan korban kejahatan seksual dan pelaku seks di luar nikah adalah anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah.

Ketidakpahaman orangtua tentang pentingnya mengajarkan pendidikan seks sejak dini tentu menjadi salah satu faktor utama hal ini bisa terjadi. “Orangtua, semestinya memberi pendidikan seks kepada anak,” ungkap Miftahul Jinan, Direktur Griya Parenting Indonesia saat di wawancarai tentang jumlah kasus pedofilia pada anak yang senantiasa meningkat.

Menurutnya, dengan memberi pendidikan tentang seks, anak akan mengerti tentang bahaya seks bebas, juga tentang batasan-batasan anggota tubuhnya yang boleh disentuh orang lain. Hal ini akan mengurangi tingkat pelaku seks bebas dan juga mengurangi jumlah korban anak-anak akibat kejahatan seksual.

Kenalkan Seks pada Anak Berdasarkan Usianya

Berikut ini ada beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak.

Balita (1-5 tahun)

Pada usia ini, bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya cukup mudah, yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ intim miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek. Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orangtua, maka si anak harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orangtuanya.

Dengan demikian, anak-anak bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.

Usia 3-10 tahun

Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawaban-jawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.

Usia Menjelang Remaja

Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.

Usia Remaja

Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.

Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orangtuanya, bukan dari orang lain tentang seks.

Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat.

Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang. Dengan sendirinya anak diharapkan akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari penyimpangan tersebut.

Kontributor: Mufatihatul Islam
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment