Pengaruh Kegagalan Gerakan Rabi’a Mesir pada Dakwah dan Pendidikan

Pengaruh Kegagalan Gerakan Rabi’a Mesir pada Dakwah dan Pendidikan

Pengaruh Kegagalan Gerakan Rabi’a Mesir pada Dakwah dan Pendidikan
Ilustrasi penggulingan militer terhadap pemerintahan yang sah di Mesir. (Foto: eramadina.com)

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Mesir merupakan negara Islam yang sangat popular dalam bidang budaya dan ilmu pengetahuan. Mesir juga negara yang banyak melahirkan tokoh-tokoh berpengaruh di dunia Islam. Sehingga negara ini menjadi perbicangan masyarakat dunia.

Namun pada awal-awal tahun 2011, ratusan ribu pemuda Mesir turun ke jalan untuk menuntut reformasi dan demokrasi untuk sistem pemerintahan di sana serta menuntut pemimpin tertinggi Hosni Mubarak turun dari tampuk kekuasaan. Mereka frustasi dengan sistem pendidikan tinggi yang sangat kekurangan dana dan 40 persen dari lulusan perguruan tinggi tidak terserap oleh pasar tenaga kerja. Dari situlah kemudian lambat laun muncul reformasi pendidikan meskipun persoalan dunia pendidikan seperti sudah menjadi catatan panjang yang tiada henti-hentinya di negara tersebut.

Efek Kekacauan Terhadap Perkembangan Dakwah

Konsultan dan Trainer Majalah Hidayatullah Syekh Muhammad Ramadhan dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Surabaya 93.8 fm (11/01/19) menceritakan, awal waktu terjadi musim semi arab (Arab Spring) dimulai dari Tunisia melebar ke Libya, Al Jazair, Yaman hingga Mesir sesudah jatuhnya presiden keempat Mesir Hosni Mubarak yang menjabat selama 40 tahun. Saat itu, terjadi pemilihan presiden pertama secara demokratis dan muncul Mohammed Mursi sebagai presiden terpilih. Ada perasaan aman dan harapan baru di sebagian besar rakyat Mesir yang sebelumnya terjadi penindasan sehingga menyebabkan ketakutan.

“Ketakutan berangsur hilang setelah kepemimpinan Mubarak di negara berpenduduk terbesar di dunia Arab yang selama tiga dekade diwarnai oleh korupsi, represi politik, dan stagnasi ekonomi,” ujarnya.

Ternyata belum selesai, Ramadhan menjelaskan, persekongkolan negara-negara Barat dan Zionis tidak ingin umat Islam bersatu rupanya terus dilakukan. Pada akhirnya menyebabkan kudeta pada bulan Ramadhan 2013 terhadap Presiden Mesir, Mursi, yang sebelumnya terpilih secara demokratis tanpa rekayasa.

“Mursi berkuasa selama satu tahun tiga hari. Ia digulingkan pada 3 Juli 2013 oleh kombinasi protes jalanan dan kudeta militer. Sebulan kemudian, 14 Agustus, ribuan pendukung Mursi turun ke jalan memprotes kudeta. Militer merespons dengan membantai sekitar 1500 pemrotes hanya dalam satu hari. Peristiwa ini kelak dikenal sebagai pembantaian Rabi’a,” jelasnya.

Tidak berhenti di situ, perubahan terjadi akibat jatuhnya Presiden Mursi hingga berefek ke pendidikan dan menyentuh kurikulum serta sikap para pendidik di Al Azhar. Para pengampu kebijakan maupun rektorat harus mendukung kudeta karena menduduki kursi presiden yang berimbas lebih gencarnya proses sekulerisasi.

Kedua, efek kepada masyarakat di antaranya semakin kuatnya kampanye media sekuler, mereka memunculkan citra Islam yang buruk menganggap teroris dan tidak ada bagusnya umat muslim dibanding kemajuan Barat.

Bidang lain yang mendapatkan dampak adalah pergerakan dakwah. Ramadhan mengatakan, kebebasan yang terjadi justru terbalik, masyarakat diberikan kebebasan semua hal namun tidak untuk berdakwah.

“Buktinya adalah ketika krisis Yaman terjadi, jatuhnya presiden Abdullah Shaleh pertama kali yang dihancurkan oleh milisi Syiah Hutsi yaitu Universitas Al-Eman Yaman. Salah satu universitas yang didirikan tokoh ulama besar Yaman Syaikh Abdul Majeed Al-Zindani.

Awasi Munculnya Radikalisme Sekuler

Senada dengan itu, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur Ustaz Muhammad Yunus dalam talkshow Ranah Publik Suara Muslim Surabaya 93.8 fm (11/01/19) mencermati yang terjadi di belahan Timur Tengah adalah sebuah grand design. Hal yang sama dilakukan di Indonesia agar Islam terlihat negatif, bahkan sejak sekitar 30 tahun lalu ditanamkanlah radikalisme sekuler.

“Upaya sistematis ini dilakukan dalam rangka menanamkan pemikiran yang berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi upaya penanganan dari pemerintah belum ada,” ujarnya.

Yunus menyebut, paham sekulerisme, liberalisme dan pluralisme saat ini sudah pada tataran berbahaya, karena pemahaman-pemahaman itu sudah ditanamkan secara sistematis melalui perguruan tinggi yang merupakan tempat pembibitan para ulama.

“Penularan paham itu melalui perguruan tinggi Islam yang menjadi tempat pendidikan ulama dan aktivis dakwah. Para dosen diberikan beasiswa ke universitas di Barat di situlah ada pengaruh radikalisme sekuler. Sehingga saat para dosen kembali ke Indonesia sudah mengalami perbedaan paradigma beragama Islam,” jelasnya.

Yunus mengatakan, worldview keislaman yang berubah menyebabkan mudahnya adu domba antar sesama umat Islam. Oleh karenanya, gerakan 212 memberikan efek yang dahsyat untuk menanamkan kesadaran, kepedulian, dan kebersamaan terhadap umat Islam.

“Karena untuk memahamkan paradigma yang benar dalam waktu singkat sulit sekali. Saya kira, momentum saat ini sangat tepat untuk membangkitkan bagaimana kita memilih pemimpin yang memiliki keberpihakan kepada umat Islam,” paparnya.

Yunus menilai, kondisi saat ini memang menyesakkan dada, namun umat Islam tidak boleh berputus asa. Dahulu Rasulullah SAW mengalami hal yang sama. Pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya, pasukan kecil kaum muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy sekitar 1000 orang.

“Maka, yang harus kita lakukan adalah memantaskan diri agar kita mendapatkan pertolongan Allah swt,” ucapnya.

Menurut Ust Yunus, tantangan dakwah hari ini sangat kompleks. Selain kurangnya pengetahuan, pemahaman dan pengamalan agama di masyarakat, juga menular di masyarakat paham dan aliran menyimpang yang difatwakan sesat oleh MUI.

“Oleh karena itu, dakwah kita harus ke berbagai segmen dan masyarakat, kepada anak-anak, remaja, pengusaha hingga mualaf,” pungkasnya.

Reporter: Dani Rohmati
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment