Penolak Kebenaran dan Dorongan Kekayaan Dunia

Penolak Kebenaran dan Dorongan Kekayaan Dunia

Tahapan Dakwah dalam Islam
Ilustrasi lelaki berjalan. (Foto: voa-islam.com)

Suaramuslim.net – Dalam perspektif Al-Qur’an, para penolak kebenaran (orang kafir) karena didorong oleh orientasi duniawi. Dalam konteks beragama, mereka akan mengikuti anjuran agama bila mendatangkan keuntungan atau kekayaan. Oleh karena itu, ketika datang nabi yang memberi nasihat dan arahan hidup maka mereka langsung menuntut kemakmuran duniawi.

Umumnya para utusan Allah hidup dalam kesederhanaan, dan pengikutnya kebanyakan orang yang tak berharta. Melihat realitas ini, para penolak kebenaran secara spontan menolak apa yang diajarkan oleh utusan Allah itu. Karena mengikuti agama ini hanya akan mendatangkan kemiskinan sebagaimana pengikut nabi.

Al-Qur’an menunjukkan keteguhan para utusan Allah yang mendapatkan tantangan umatnya yang menuntut harta kekayaan. Bahkan tidak sedikit yang melihat kesederhanaan utusan Allah itu justru digunakan sebagai bahan ejekan dan penghinaan.

Orang Kafir dan Orientasi Hidup

Al-Qur’an menunjukkan bahwa para penentang utusan Allah memiliki karakter buruk dalam membuat parameter sukses tidak hidup manusia. Mereka memandang bahwa kekayaan menjadi ukuran kebaikan. Termasuk dalam beragama, mereka membuat para nabi dadanya sesak karena mereka menuntut kekayaan ketika datang ajakan untuk menjalankan syariat agama ini.

Keinginan nabi untuk mengajak umatnya masuk ke dalam agama Islam di satu sisi, dan di sisi lain orang-orang kafir mendesak menuntut kekayaan, membuat nabi gelisah. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya:

“Maka boleh jadi engkau (Muhammad) hendak meninggalkan sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan dadamu sempit karenanya, karena mereka akan mengatakan, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya harta (kekayaan) atau datang bersamanya malaikat?” Sungguh, engkau hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah pemelihara segala sesuatu.” (Q.S. Hud: 12).

Cara berpikir yang sempit ini membuat dada utusan Allah sempit. Bahkan mereka juga mengejek dan mengolok-olok utusan Allah sebagai manusia biasa, dan pengikutnya adalah orang-orang yang miskin dan bodoh. Oleh karena itu, ajakan untuk mengikuti agama ini tidak layak karena pembawa agama dan pengikutnya tidak bisa mendatangkan kekayaan yang bisa menjamin kebahagiaan hidup. Hal ini ditunjukkan Allah sebagaimana firman-Nya:

“Maka berkatalah para pemuka yang kafir dari kaumnya, “Kami tidak melihat engkau, melainkan hanyalah seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang yang mengikuti engkau, melainkan orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya. Kami tidak melihat kamu memiliki suatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami menganggap kamu adalah orang pendusta.” (Q.S. Hud: 27).

Sejarah perjuangan Nabi Muhammad menunjukkan bahwa para sahabat kebanyakan orang kurang mampu dan budak yang tak memiliki kebebasan. Bilal bin Rabah, dan Ammar bin Yasir, merupakan contoh sahabat nabi yang menjadi budak namun gigih menjadi pengikut Nabi Muhammad. Hal inilah yang membuat pemuka dan dan tokoh Quraisy, seperti Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, dan Abu Lahab menolak apa yang disampaikan Nabi Muhammad.

Para nabi dan rasul tidak pernah menjanjikan tercukupi dan terpenuhinya keinginan duniawi bagi pengikutnya. Karena nabi sendiri tidak mempunyai gudang kekayaan yang bisa dibagikan begitu saja kepada pengikutnya. Namun Allah akan memberikan kebaikan dan kemuliaan terhadap siapapun yang mau mengikuti apa yang disampaikannya. Allah mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya:

“Dan aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui yang gaib, dan tidak (pula) mengatakan bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat, dan aku tidak (juga) mengatakan kepada orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu, “Bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka. Sungguh, jika demikian aku benar-benar termasuk orang-orang yang zalim.” (Q.S. Hud: 31).

Ketulusan dan Keikhlasan Nabi

Nabi dan rasul merupakan tipologi manusia yang berjuang tanpa pamrih. Mereka hanyalah utusan yang menyampaikan kabar gembira bagi pengikutnya, dan ancaman bagi penentangnya. Utusan Allah itu mendeklarasikan dirinya berjuang tanpa meminta imbalan atau upah. Mereka hanya mengharapkan upah berupa pahala dari Allah, tanpa ada harapan sedikitpun pada manusia, baik berupa popularitas, kekayaan, kedudukan, atau penghormatan.

Utusan Allah rela hidup bersama orang-orang yang dipandang hina, namun mereka memiliki orientasi akherat yang sangat kuat. Allah mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya:

“Dan wahai kaumku! Aku tidak meminta harta kepada kamu sebagai imbalan atas seruanku. Imbalanku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang yang telah beriman. Sungguh, mereka akan bertemu dengan Tuhannya, dan sebaliknya aku memandangmu sebagai kaum yang bodoh.” (Q.S. Hud: 29).

Nabi hanya menjelaskan dan menjamin bagi siapapun yang memiliki orientasi dunia dan fokus untuk mendapatkannya, maka Allah menjamin akan memberikannya secara utuh. Bahkan Allah berjanji tidak akan mengurangi sedikitpun. Hal ini ditegaskan Allah:

“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.” (Q.S. Hud: 15).

Namun Allah tidak akan memberikan bagian sedikitpun ketika di akhirat, dan bahkan mereka akan memperoleh balasan kehinaan berupa neraka dan amalan-amalan kebaikan mereka selama di dunia tidak memperoleh balasan. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:

“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Hud: 16).

Surabaya, 12 Juli 2021
Dr. Slamet Muliono Redjosari
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment