Peranan MPASI pada 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk Kecerdasan Anak

Peranan MPASI pada 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk Kecerdasan Anak

Peranan MPASI pada 1000 Hari Pertama Kehidupan untuk Kecerdasan Anak
Ilustrasi balita.

Suaramuslim.net – 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak dimulai sejak dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Masa ini adalah masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak sekaligus masa kritis yang menentukan masa depannya kelak. Oleh karena itu, nutrisi di masa ini hendaknya dipersiapkan dengan baik. Ibu hamil diharapkan memperhatikan asupan nutrisi yang dikonsumsinya saat mengandung. Pun saat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Lantas dilanjutkan dengan masa pemberian MPASI sejak anak berumur 6 bulan sampai 2 tahun.

Terpenuhinya nutrisi berkaitan erat dengan tumbuh kembang anak

Dalam buku ‘Diary Pintar Bunda Menyusui dan MPASI’ tulisan dr Zuhrah Taufiqa, M. Biomed disebutkan bahwa tidak terpenuhinya nutrisi selama masa ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak di masa depan. Yakni, anak akan memiliki daya tahan tubuh rendah, kecerdasan rendah dan produktivitas kerja rendah. Agar anak cerdas dan tidak terhambat  tumbuh kembangnya, persiapkan masa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dengan pemberian makanan pendamping yang tepat.

Pemberian MPASI menentukan kecerdasan anak di masa depan

Kriteria MPASI yang baik menurut World Health Organization (WHO) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah tepat waktu, gizi seimbang, aman dan higienis serta tepat cara pemberian. Tepat waktu artinya MPASI diberikan sejak anak berumur 6 bulan, tidak kurang atau lebih dari usianya. Gizi seimbang artinya menu MPASI mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin-mineral, serat, air dan lemak tambahan. Aman dan higienis bisa diperoleh dari olahan bahan pangan lokal yang ada di sekitar kita dan dimasak sendiri di rumah. Sedangkan tepat cara pemberian mengacu pada tekstur dan porsi MPASI yang disesuaikan dengan tahapan usianya.

Jika pemberian MPASI dilakukan secara tepat, maka berat badan anak akan meningkat setidaknya sesuai dengan kenaikan minimal tiap bulannya. Sebaliknya, pemberian MPASI yang tidak tepat, seperti porsi yang tidak sesuai dengan usia anak atau kandungan nutrisi yang kurang lengkap dan beragam, akan berdampak pada berat badan anak. Jika berat badan anak tetap dan tidak mengalami kenaikan tiap bulannya, anak berpotensi mengalami gagal tumbuh (growth faltering).

Gagal tumbuh adalah kondisi di mana berat badan anak tidak sesuai dengan kenaikan minimum, berat badan anak tetap atau bahkan turun dibandingkan grafik pengukuran sebelumnya. Gagal tumbuh yang dibiarkan inilah yang pada akhirnya dapat mengarah pada Stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurang gizi kronis sehingga anak lebih pendek dari usianya.

Stunting mempengaruhi tingkat kecerdasan anak

Dalam buku ‘Diary Pintar Bunda Menyusui dan MPASI’, dr Fiqa juga menyebutkan sebuah penelitian yang didasarkan pada skor IQ (Intelligent Quotient) yang dilakukan terhadap anak-anak di Jamaica usia 6-24 bulan dengan kelompok Stunted dan Non-Stunted. Pemantauan dilakukan pada kedua kelompok sejak usia tersebut hingga mereka berusia 17-18 tahun.

Hasil menunjukkan bahwa malnutrisi pada anak, baik kelebihan ataupun kekurangan gizi, di masa 1000 Hari Pertama Kehidupan berpengaruh terhadap kualitas hidup mereka dalam jangka pendek dan jangka panjang. Anak terbukti mengalami gangguan kemampuan kognitif dan pendidikan. Hal tersebut berpengaruh pada daya tahan tubuh dan produktivitas kerja anak. Meskipun telah dilakukan stimulasi dini berupa kunjungan rumah untuk memperbaiki skor IQ anak, hasil menunjukkan bahwa di usia 17-18 tahun anak-anak yang Stunted tetap memiliki IQ di bawah anak-anak yang Non-Stunted. Maka dari itu, selain memenuhi nutrisi saat hamil dan menyusui esklusif, orang tua terutama ibu sebaiknya benar-benar mempersiapkan masa MPASI dengan baik demi mendukung kecerdasan anak kelak.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment