Perjalanan Kita Masih Sangat Panjang

Perjalanan Kita Masih Sangat Panjang

Ilustrasi seseorang berjalan di tengah perbukitan. Foto: Pixabay.com

Suaramuslim.net – Apakah kita mengira kehidupan yang kita lalui saat ini adalah sesuatu yang final? Seakan bahwa kehidupan dunia ini adalah akhir dari segalanya, sehingga kita merasa bebas melakukan apapun tanpa dosa bahkan berani menantang dosa? Dan apakah kita mengira kematian adalah akhir dari segalanya? Setelah kematian tidak ada ada proses apapun? Jika sudah mati ya mati, seakan tidak ada pertanggungjawaban. Padahal semua itu adalah pemikiran yang salah.

Jika diibaratkan dengan sebuah games, maka saat ini kita sedang berada di perjalanan level yang ketiga dari seluruh perjalanan panjang yang telah dan akan kita lalui. Ketahuilah saat ini kita sedang berada di level games yang ketiga yaitu kehidupan di bumi setelah sebelumnya kita telah melalui dua kehidupan yaitu alam roh dan alam kandungan yang dititipkan melalui rahim ibu kita.

Kemudian apabila kita cermati perjalanan hidup yang akan dilalui maka setidaknya ada sebelas level atau dua belas level lagi. Sementara saat ini diri kita masih berada di level ketiga dari total 14 hingga 15 level perjalanan yang akan dilalui manusia dari perjalanan panjang kehidupan.

Perjalanan kehidupan manusia diawali dari kehidupan arwah. Di saat manusia masih berwujud roh di awal penciptaan. Allah memberikan penjelasan:

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (Al-Insan: 1).

Sesuatu yang belum berwujud (alam arwah) dan pada saat itu Allah menciptakan Nabi Adam sebagai manusia pertama di muka bumi. Pada saat itu pula lah Allah telah menciptakan roh keturunan Adam dan dan kemudian mengambil persaksian atas mereka. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi:

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مَسَحَ ظَهْرَهُ، فَسَقَطَ مِنْ ظَهْرِهِ كُلُّ نَسَمَةٍ هُوَ خَالِقُهَا مِنْ ذُرِّيَّتِهِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، وَجَعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْ كُلِّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ وَبِيصًا مِنْ نُورٍ، ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى آدَمَ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ ذُرِّيَّتُكَ

“Sewaktu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungnya. Maka berjatuhanlah dari punggungnya setiap jiwa keturunan yang akan diciptakan Allah dari Adam hingga hari Kiamat. Kemudian, di antara kedua mata setiap manusia dari keturunannya Allah menjadikan cahaya yang bersinar. Selanjutnya, mereka disodorkan kepadanya. Adam pun bertanya, “Wahai Tuhan, siapakah mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah keturunanmu.” (At-Tirmidzi).

Hal demikian Allah jelaskan pula dalam firman-Nya bahwa manusia semenjak awal penciptaan, telah dimintai persaksian dan kesepakatan untuk kehidupan kelak yang akan dilaluinya.

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan).” (Al-A’raf: 172).

Setelah kehidupan roh, kemudian diletakkanlah roh tersebut pada jasad di dalam rahim seorang ibu. Inilah alam kedua yang dilalui setiap manusia sebelum akhirnya berada di muka bumi ini.

Kehidupan di dunia ini bukanlah akhir dari segalanya. Ia bukan realitas yang final, dunia hanyalah tempat berhenti sejenak guna mengumpulkan bekal untuk melanjutkan perjalanan panjang. Setelah kematian, maka kehidupan sesungguhnya dimulai.

Manusia akan mengawali perjalanan panjangnya dari alam kubur, hingga hancurnya alam semesta (kiamat). Dilanjutkan dengan hari kebangkitan, kemudian manusia dikumpulkan dan menunggu di padang mahsyar, lalu pemberian syafaat berupa pengajuan proposal keringanan kepada Allah.

Selanjutnya hisab, kemudian pemberian kitab (bagi yang berbuat baik akan menerima kitabnya dari sisi kanannya). Sementara yang berbuat buruk akan menerima kitabnya dari sisi kirinya.

Kemudian mizan yaitu menimbang segala amal baik dan buruk dan selanjutnya adalah telaga dan kemudian jembatan (shirath). Dan terakhir yang keempat belas dan lima belas adalah surga dan neraka. Jika selamat saat menapaki shirath maka ia akan langsung memasuki surga. Sebaliknya jika termasuk orang yang tidak selamat maka ia akan terjatuh ke neraka.

Seorang muslim maka ia pasti akan memasuki surga. Bagi mereka yang berdosa (zalimun linafsihi), bisa jadi dia akan memasuki neraka terlebih dahulu sesuai dengan beban dosa untuk dibersihkan atas segala dosa dan kesalahannya di neraka sebelum memasuki surga. Sementara bagi seorang yang kafir dan berbuat sirik maka ia akan tinggal di neraka selamanya.

Alangkah beruntungnya seseorang selama di dunia mampu menahan diri dari godaan setan dan selalu mengerjakan kebaikan karena ia akan memperoleh ampunan dan derajat yang tinggi di sisi Allah berupa surga.

Ibarat seseorang yang tersesat di dunia maka ia masih ada kesempatan untuk mencari jalan yang benar. Namun jika tersesat di akhirat maka tidak ada kesempatan untuk kembali. Karena itulah, kerjakan amal ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Jauhi kemaksiatan dan kemungkaran, jangan sekali-kali berani menantang dosa terlebih menantang neraka.

Tidak jarang di saat nafsu menguasai diri, terungkap ucapan, “Neraka pun berani aku tantang,” yang artinya siap dan berani melakukan tindakan yang keluar dari syariat dan berharap masuk surga. Suatu ucapan dan tindakan kesombongan didasari atas kebodohan diri.

Mereka yang bersikap demikian mengira neraka adalah ringan. Padahal paling ringan siksa neraka adalah apabila seseorang berdiri di atas bara api dengan bawah kakinya maka yang mendidih adalah otaknya. Na’udzubillahi min dzalik.

Untuk itu, marilah kita jaga diri dan juga keluarga dari neraka dengan menjalani ketaatan dan kepatuhan atas agama Allah ini agar kelak diri kita diselamatkan Allah dari siksa neraka dan dimasukkan ke surga-Nya tanpa dihisab. Aamiin

22 Juli 2020
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment