Perubahan ruang gunung mengubah takdir air

Perubahan ruang gunung mengubah takdir air

Suaramuslim.net – Kita didatangkan di bumi sebagai khalifah atau pengelola bumi. Untuk bisa mengelola harus tahu tentang semua ciptaan Allah. Tahu ukuran-ukurannya dan tahu hubungan masing-masing ciptaan tersebut dalam satu sistem kesatuan alam semesta sehingga kita bisa menjadi umat yang rahmatan lil ‘alamiin.

Beberapa ayat Allah SWT yang telah menetapkan dan menjaga takdir air (sunnatullah air) bahkan mewanti-wanti air bisa menghilang.

“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (Al Mukminun: 18).

“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya.” (Ar Ra’d: 17).

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Az Zumar: 21).

Ayat-ayat tersebut merupakan pelajaran mendasar tentang sunnatullah siklus air, bahwa ada air yang menetap di bumi sebagai benua es, ada yang meresap dan tersimpan di dalam bumi, ada yang mengalir di dalam tanah, ada yang keluar sebagai mata air, ada yang masuk ke danau, ada yang mengalir di sungai, ada yang masuk ke laut dan ada yang menguap.

Semuanya ada ukurannya. Karena jumlah dan sebarannya maka air merupakan salah satu unsur penting di bumi bagi kehidupan makhluk termasuk bagi kita manusia bahkan bagi alam semesta.

Gusti Allah telah memberi petunjuk bahkan memerintahkan kepada umat manusia yang berakal agar betul-betul paham sunnatullah air tersebut secara teliti dan terukur.

Berapa jumlah air yang bersiklus di suatu kawasan DAS dan atau CAT menjadi ukuran penting untuk pengelolaan air sebab jumlah air yang bersiklus tetap atau merupakan siklus tertutup.

Meneliti dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap, jumlah yang tersimpan dalam tanah, yang mengalir lewat mata air dan yang mengalir lewat lembah sungai, dll, menjadi faktor penting dalam pengelolaan air.

Apalagi Gusti Allah mengingatkan jangan sampai salah kelola, maka air akan hilang.

Manfaat hutan

Secara geologis tanah gunung terbentuk karena adanya proses pelapukan antara iklim, topografi, batuan vegetasi dan waktu.

Iklim khususnya hujan dan panas mempercepat proses pelapukan. Indonesia punya iklim tropis maka tanah yang terbentuk lebih tebal dibandingkan kawasan lainnya.

Seiring dengan bertambahnya waktu, tanah gunung menebal, pohon membesar dan akar-akarnya memegang tanah agar tidak longsor.

Dalam perkembangannya ada simbiosis mutualisme antara tanah gunung, pohon dan iklim yang tidak bisa dipisahkan.

Selanjutnya hutan asli gunung berperan penting dalam siklus air. Keberadaan hutan mampu meresapkan lebih dari 80% air hujan yang turun dan hujan semusim didistribusikan secara proporsional lewat mata air-mata air yang muncul di sekeliling gunung.

Mata air atau sumber ini bisa kita manfaatkan sebagai sumber air bersih dan akan menyuplai debit sungai agar berair selama setahun.

Perubahan lahan hutan gunung menjadi kawasan wisata lengkap dengan hotel dan villanya. Pengembangan wilayah gunung seperti untuk perkebunan, permukiman modern, pertanian musiman, dll, telah merusak sistem siklus air.

Kita telah mengganggu siklus air. Air tidak lagi mau meresap ke dalam tanah tapi lebih dari 80% air mengalir di permukaan dan menjadi air banjir.

Air mengalir sambil membawa tanah (erosi) dan akan diendapkan di bendungan, situ, danau, sepanjang sungai dan badan air lainnya.

Pengendapan dan pendangkalan badan air tak terhindarkan. Oleh karena di bagian hulu tidak ada perbaikan hutan, justru terjadi perluasan penggundulan hutan maka pendangkalan badan air terus terjadi sehingga kapasitas tampung badan air mengecil.

Bendungan/situ/danau akan cepat mengalami penyusutan volume tampungnya. Pendangkalan sungai menyebabkan terjadi banjir di kiri kanan sungai, karena sedimentasi terus berjalan maka banjir di kiri kanan sungai akan terus meluas dan terus meluas areal yang kebanjiran.

Perilaku masyarakat yang bermukim dan membuat rumah di badan sungai akan mengurangi kapasitas tampung sungai sehingga saat air datang, air sungai akan meluap. Ditambah lagi perilaku membuang sampah di sungai ikut mempercepat dan memperparah banjir.

Peringatan Allah

Gusti Allah mengingatkan lewat Al Baqarah ayat 11-12.

“Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”

Dengan alasan pembangunan maka kawasan puncak gunung diubah menjadi kawasan wisata dan pelengkapnya seperti hotel, villa, restoran, dll. Kemudian berkembang menjadi perumahan modern di sekitar wisata. Awalnya yang diubah hanya beberapa hektar menjadi tambah luas.

Seperti pepatah “ada gula ada semut” ada kawasan wisata ada perubahan di sekitarnya. Kawasan di sekitar wisata berubah, hutan dibabati jadi sawah, kebun dan permukiman. Gunung yang dulu penuh hutan menjadi gundul.

Gusti Allah juga memperingatkan lewat Surat Ar Rum ayat 41.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Tapi ayat-ayat itu memang hanya untuk orang yang berpikir sehingga bisa mengambil pelajaran dari ayat kauniyah untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi manusia sebagai khalifah fil ardh yang rahmatan lil ’alamiin.

Sayang selama ini kita tidak pernah diajari tentang itu, kita hanya diajari membaca teks saja sehingga kita tidak bisa mengambil pelajaran dan petunjuk ilmu yang diberikan Allah SWT melalui teks yang terbentang di alam.

Amin Widodo
Peneliti kebencanaan ITS Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment