Prabowo dan Dukungan Islam Garis Keras

Prabowo dan Dukungan Islam Garis Keras

Prabowo saat berpidato politik di atas panggung, saat kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Delta Sidoarjo, Ahad 31/3/19. (Foto: Wirawan/Suaramuslim.net)

Suaramuslim.net – Pernyataan terbaru Mahfud MD tentang dukungan Prabowo berbasis kelompok Islam radikal membuat media sosial ramai. Pandangan ini, disadari atau tidak, semakin membelah masyarakat, karena basis pendukung calon presiden dipetakan ke dalam kelompok radikal dan moderat. Apa yang dikatakan Mahfud ini seolah menjadi babak lanjutan atas gagalnya sejumlah narasi kubu 01 dalam meruntuhkan opini publik terhadap Prabowo.

Kalau sebelumnya, para pendukung ideologi khilafah bersarang di pihak Prabowo, sehingga Prabowo dinarasikan dan diidentikkan sebagai pendukung ideologi garis keras. Maka saat ini pernyataan Mahfud MD, seolah menegaskan bahwa Prabowo didukung kelompok radikal. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa wilayah-wilayah yang memenangkan Prabowo adalah Islam garis keras.

Pandangan Mahfud MD ini seolah menyimpulkan bahwa memilih Prabowo karena ada kesamaan ideologi (radikal), tanpa mengaitkan ketidakpuasan masyarakat terhadap Petahana. Petahana di mata masyarakat pemilih dianggap gagal dalam memimpin bangsa. Jokowi dianggap gagal dalam mengemban amanah sebagai presiden, sehingga mereka menjatuhkan pilihan mereka terhadap Prabowo. Prabowo dipilih bukan karena mendukung Islam radikal tetapi karena Prabowo dinilai memiliki narasi besar untuk membangun bangsa dan negara.

Prabowo dan Basis Garis Keras

Reaksi masyarakat kembali bergejolak setelah Mahfud mengatakan bahwa kemenangan Prabowo terdapat di wilayah yang diidentifikasi sebagai basis kelompok Islam radikal. Mahfud menunjukkan wilayah-wilayah Jawa Barat, Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan sebagai contoh basis kelompok Islam garis keras. Meskipun Mahfud mengklarifikasi bahwa garis keras yang dimaksud merupakan sebuah kefanatikan dan kesetiaan yang tinggi, dan penggunaan istilah garis keras bukan hal yang dilarang. Dia mengilustrasikan bolehnya orang mengatakan Jokowi menang di daerah PDIP dan Prabowo di wilayah hijau.

Namun publik menangkap pernyataan Mahfud sebagai representasi dukungannya terhadap kubu 01. Publik menganggap bahwa Calon presiden 01 dinilai gagal dalam meraih simpati rakyat dalam Pilpres 2019. Pendukung Prabowo beranggapan bahwa pernyataan Mahfud dinilai sebagai upaya untuk mencari celah yang ujung-ujung mendiskreditkan Prabowo. Ujung dari narasi ini adalah menegaskan bahwa bahaya apabila menetapkan Prabowo sebagai presiden Indonesia. Dasar pikirannya, Prabowo dikelilingi kelompok Islam garis keras sehingga berbahaya bagi kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Reaksi masyarakat terhadap pandangan Mahfud tak terbendung, dan justru memberi umpan balik untuk menyerang balik mantan ketua Mahkamah Konstitusi ini. Salah satu serangan terhadap Mahfud dikatakan bahwa wilayah-wilayah basis Prabowo memang garis keras, sebagaimana kerasnya mereka dalam mengusir penjajah Belanda di masa lalu. Bahkan mereka berani mengatakan bahwa anjing-anjing (penjilat) Belanda menyebut penentang Belanda itu sebagai kelompok radikal. Masyarakat ingin mengatakan bahwa Mahfud sebagai representasi penjilat Belanda, karena berani menyebut wilayah pendukung Prabowo berbasis garis keras.

Bahkan para pendukung Prabowo ini menantang balik dan membanggakan moyangnya yang berani melawan penjajah Belanda dengan gagah berani tanpa menjilat sedikit pun. Mereka ingin menegaskan sikap perlawanannya terhadap siapapun yang menyebut diri mereka sebagai kelompok garis keras.

Kebohongan Publik dan Beban Hidup

Apa yang disampaikan oleh Mahfud tidak lepas dari konteks politik, di mana suara Prabowo begitu kuat, dan hal itu berbeda dengan narasi dan opini yang dibangun oleh 01. Berbagai upaya kecurangan dan narasi memenangkan 01 sudah terlihat kandas. Bahkan upaya rekonsiliasi dilakukan begitu apik oleh kubu 01, namun hal itu sudah tercium sejak awal, guna melupakan sejarah kecurangan. Ketika upaya rekonsiliasi itu menemui jalan terjal, justru pernyataan Mahfud muncul. Sehingga upaya rekonsiliasi itu semakin sulit terwujud. Opini yang disampaikan intelektual Madura itu sebenarnya ingin menunjukkan pentingnya rekonsiliasi. Namun pernyataan Prabowo didukung oleh basis kelompok garis keras justru membuyarkan upaya rekoniliasi itu.

Dengan adanya pernyataan Mahfud itu justru menguatkan pilihan masyarakat kepada Prabowo, dan semakin menunjukkan bahwa kegagalan Jokowi dalam mengurus negara semakin jelas. Sehingga rezim ini harus dihentikan dari kekuasaannya. Masyaraat sudah Cerdas dalam melihat pemimpin mana yang memiliki visi membangun bangsa dan mana yang berpotensi menghancurkan bangsa.

Mahfud sebagai akademisi tidak seharusnya menyampaikan opini yang justru membelah masyarakat. Kenapa hanya mengatakan Prabowo didukung oleh Islam garis keras, sementara menyembunyikan adanya fakta dukungan terhadap Jokowi yang demikian kuat. Kalua narasi ini dibiarkan liar, maka pendukung Prabowo bisa saja mengatakan bahwa Jokowi didukung oleh Kristen garis keras. Hal ini bukan hanya memperkeruh keadaan, tetapi akan menyulitkan untuk mengadakan rekonsiliasi.

Kalau dikatakan bahwa Prabowo didukung oleh kelompok garis keras, namun kenyataannya, di Tempat Pemungutan Suara (TPS) lingkungan Paspampres dan Kopassus Prabowo juga unggul. Apakah layak dikatakan bahwa Paspampres dan Kopassus merupakan basis Islam garis keras. sekali lagi bias dikatakan bahwa dukungan dan pilihan masyarakat terhadap Prabowo bukan kemenangan kubu garis keras dan kalahnya garis lunak, namun dikarenakan gagalnya Jokowi dalam memimpin negara, sehingga masyarakat tidak berempati padanya. Tidak berempatinya masyarakat kepada rezim ini, di samping karena kebohongan dalam mewujudkan janji-janji politiknya, juga adanya fakta semakin sulitnya masyarakat dalam menanggung beban hidup selama kepemimpinannya.*

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment