Suaramuslim.net – Pendidikan bagi anak bermula dari saat ke dua orang tua menikah. Hubungan ke dua orang tua, kesalihan mereka, dan kesepakatan mereka dalam melakukan kebaikan, memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk sisi psikis dan kecenderungan bagi si anak.
Prophetic parenting sendiri merupakan konsep pendidikan karakter yang menawarkan solusi pendidikan karakter yang diawali dari pendidikan keluarga, bukannya dilakukan di sekolah-sekolah. Hal ini dikarenakan pendidikan yang didapatkan pada awal seorang anak lahir di dunia ini adalah pendidikan yang diterapkan oleh keluarganya.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin sering dijumpai pasangan suami istri lebih senang menggunakan metode pendidikan dunia barat daripada menggunakan metode pendidikan Islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW, empat belas abad yang lalu. Padahal sebagai seorang insan yang selalu mengharapkan surga, Rasulullah seharusnya menjadi teladan dalam setiap langkah, tidak terkecuali dalam mendidik anak.
Rasulullah menjadi contoh seorang pendidik yang sempurna, beliau dapat memposisikan diri sebagai seorang ayah bahkan kakek untuk cucu-cucunya. Dalam setiap langkah beliau, tentulah Al Quran menjadi dasar yang beliau pegang. Bahkan Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ditanya mengenai akhlaq Rasulullah, beliau menjawab “Akhlaq Rasulullah adalah Al Quran.”
Menjadi sebuah penekanan penting bahwasanya dalam prophetic parenting berlaku sebuah proses pendidikan bukan sekadar proses pengajaran. Karena dalam proses pendidikan selain mengajarkan ilmu juga menanamkan nilai-nilai. Rasulullah membebankan tanggung jawab pendidikan anak itu sepenuhnya di pundak orang tua.
Dari Ibnu Umar Rasulullah bersabda: “Masing-masing kalian adalah pemimpin. Masing-masing akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin yang akan dimintai petanggungjawabannya terhadap kepemimpinannya, seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. Wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya, begitu pula pelayan adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. Masing- masing kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya.“ (Muttafaq ‘Alaih).
Metode Mendidik Anak hingga Usia Dua Tahun
Pada saat proses kelahiran, orang tua diharapkan dapat berdoa dan berzikir demi keselamatan sang anak. Pendidikan yang dapat diberikan kepada bayi pada hari pertama kelahirannya dengan cara membayar zakat fitrah, pemberian harta waris, pemberitahuan dan ucapan selamat atas kelahiran si bayi, azan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri, doa dan bersyukur pada Allah, dan menyuapi bayi dengan kurma.
Kemudian, pendidikan awal si bayi dilanjutkan pada hari ketujuh kelahirannya. Di mana orang tua diharapkan dapat melakukan beberapa hal seperti: memberikan nama bayi yang baik, mencukur rambut bayi, aqiqah, dan khitan.
Mendidik bayi juga dapat dilakukan dengan menyusui dan menyapih. Ibu wajib menyusui bayinya yang membutuhkan sentuhan di dadanya, agar si bayi menemukan kebahagiaan, ketentraman, dan gizi yang cukup dari air susu ibunya yang juga disertai dengan kasih sayang.
Metode Mendidik Anak Ala Nabi SAW
Berikut ini, cara mendidik anak ala Nabi SAW, menurut Dr Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid dalam karyanya “Prophetic Parenting, Cara Nabi SAW Mendidik Anak”:
- Menampilkan suri tauladan yang baik.
Orang tua wajib memperhatikan tingkah lakunya, karena mayoritas yang ditiru oleh anak berasal dari kedua orang tuanya. Apabila mereka melihat kedua orang tua berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam kejujuran, demikian seterusnya.
- Mencari waktu yang tepat untuk memberi peringatan.
Hal ini dikarenakan sewaktu-waktu anak bisa menerima nasihat, namun terkadang juga pada waktu yang lain anak justru menolak keras. Apabila orang tua sanggup mengarahkan si anak untuk menerimanya, pengarahan yang diberikan akan memperoleh keberhasilan dalam upaya pendidikan.
- Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk semua anak.
Hal ini bertujuan agar si anak tidak menganggap orang tuanya lebih condong kepada saudaranya, sehingga diharapkan si anak tidak berubah menjadi liar dan penuh kedengkian.
- Menunaikan hak anak.
Terpenuhinya hak anak dapat menumbuhkan perasaan positif dalam diri anak dan mengajarkan bahwa kehidupan tidak hanya menerima, namun juga memberi. Selain itu, anak juga dapat dilatih untuk tunduk kepada kebenaran, dan tidak menjadi orang yang tertutup dan dingin.
- Membelikan mainan untuk anak.
Maksudnya ialah secara seimbang dan tidak berlebihan. Disebutkan bahwa Rasulullah pernah mengakui bahwa mainan memiliki arti penting bagi anak-anak dan adanya kecintaan mereka pada benda-benda kecil yang berbentuk dan memiliki rupa.
Orang tua seharusnya dapat membeli mainan untuk anak mereka sesuai dengan usia dan kemampuan si anak. Tujuannya agar pikiran dan indera anak dapat terangsang dan tumbuh berkembang sedikit demi sedikit.
- Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan
Tujuannya untuk mendorong si anak agar selalu menurut dan mengerjakan perintah, serta mendorong anak agar berinisiatif menjadi orang terpuji. Dengan begitu, anak dapat terdorong untuk meraih kesuksesan.
- Tidak suka marah dan mencela
Metode ini digunakan untuk menumbuhkan perhatian mendalam dan rasa malu pada diri si anak. Jika orang tua sering mencela anak, ditakutkan si anak justru akan memandang remeh segala celaan dan perbuatan tercela sehingga mereka tidak lagi merasa sungkan untuk melakukan perbuatan tercela.