Ramadan Bulan Mengentaskan Kemiskinan

Ramadan Bulan Mengentaskan Kemiskinan

sedekah menyembuhkan penyakit - obat sakit
Ilustrasi berbagi makanan pokok. (Foto: Ist)

Suaramuslim.net – Ramadan sudah memasuki hari ke-16. Pertengahan bulan ini, semakin banyak pedagang yang menjejerkan jualan makanan di pinggiran jalan. Ada gorengan, berbagai rasa es, aneka jajan, dan segala khas makanan ada di sana. Hal yang sama dilakukan pembeli, mereka banyak yang sudah antre sedari siang. Mereka tidak ingin melewatkan berbuka dengan menu yang apa adanya.

Begitupun tingkat masyarakat berbelanja online, iPrice secara konsisten melakukan riset perubahan perilaku berbelanja muslim di Indonesia pada saat Ramadan. Trafik berbelanja daring meningkat hingga 345%. Semarak bulan Ramadan selalu diikuti dengan meningkatnya daya beli masyarakat.

Bagi masyarakat Indonesia, puasa adalah momentum masyarakat untuk meluapkan kegembiraan. Semarak itu, selain bisa dilihat dari pasar swalayan dan mall, juga bisa dilihat dari restoran, kafe, dan di masjid-masjid tempat ibadah.

Puasa menjadi alat pemersatu rindu untuk bertemu, untuk menghilangkan jarak setelah lama tidak berjumpa. Selain itu puasa juga menjadi ajang untuk menghambur-hamburkan uang, ajang memamerkan kemewahan kepada sanak famili, tetangga, dan kepada siapa pun yang ditemui.

Di tengah hiruk pikuk semarak Ramadan, bagaimana nasib masyarakat miskin di Indonesia?

Kemiskinan di Indonesia

Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah penduduk miskin Indonesia pada periode September 2020 mencapai 27,55 juta orang. Data tersebut menunjukkan, kini angka kemiskinan Indonesia kembali menyentuh angka 10,19 persen pada September 2020. Jumlah penduduk miskin Indonesia bertambah 2,76 juta orang bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Seiring dengan peningkatan penduduk miskin, kesenjangan antara si kaya dan si miskin pun juga melebar. Hal itu terlihat dari rasio gini atau tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang melebar menjadi sebesar 0,385.

Angka tersebut meningkat 0,0004 poin dibandingkan dengan posisi Maret yang sebesar 0,381. Posisi gini ratio di Maret pun meningkat 0,005 poin bila dibandingkan dengan September 2019 yang sebesar 0,380.

Berdasarkan laporan BPS, gini ratio di pedesaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,319, naik dibanding Maret 2020 yang sebesar 0,317 September 2019 yang sebesar 0,315. Sementara gini ratio perkotaan pada September 2020 tercatat sebesar 0,399, naik dibanding Maret 2020 yang sebesar 0,393 dan September 2019 yang sebesar 0,391.

Kemiskinan ini diperparah sejak adanya pandemi Covid-19. Banyak masyarakat yang di-PHK, tidak bisa bekerja, sepi pelanggan, dan waktu kerja mereka dikurangi, yang menyebabkan gaji mereka berkurang.

Ramadan Bulan Mengentaskan Kemiskinan

Ramadan yang selalu semarak sejalan dengan meningkatnya gaya hidup konsumtif masyarakat perlu ditinjau ulang. Kemiskinan dan kesenjangan yang kian nampak menjadi alasan mengapa semarak tersebut perlu dipelajari kembali.

Dalam makna Ramadan yang lebih luas, seharusnya ibadah puasa menjadikan masyarakat mengurangi konsumsi mereka sehari-hari. Saat bulan biasa, mereka bisa makan 3 kali dan menghabiskan jajan beberapa kali. Namun saat puasa, karena harus menahan makanan dari pagi hingga Magrib, konsumsi-konsumsi tersebut perlu dikurangi.

Namun logika yang saya kemukakan tersebut bisa saja ditertawakan, sebab selama ini yang terjadi adalah terbalik. Saat berpuasa jutru tingkat konsumsi semakin meningkat. Belum tambahan vitamin dan penyegar lainnya.

Menurut Ali Syariati dalam bukunya yang berjudul Islam dan Sosialisme, puasa adalah bagaimana belajar menjadi orang miskin dan belajar kelaparan. Belajar setara dan merasakan saat tidak punya.

Puasa tahun 2021 di tengah pandemi Covid-19 ini bisa menjadi momen untuk memberikan lebih banyak lagi santunan kepada orang miskin. Di mana saat ini masyarakat harus berjaga jarak, sepertinya dana-dana persiapan untuk buka bersama dengan kawan lama dan membeli banyak pakaian untuk lebaran, perlu dipikirkan ulang untuk dikeluarkan. Dana tersebut bisa dialihkan dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Ramadan ini, saat masyarakat berhasil meramaikan masjid, saat gaya hidup konsumtif meningkat, mungkinkah masyarakat juga bisa meningkatkan dan membagi-bagikan rezeki kepada orang yang kelaparan?

Teguh Imami
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Airlangga

Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan, dapat memberikan hak jawabnya. Redaksi Suara Muslim akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment