Saat Ramadan yang Menentukan

Saat Ramadan yang Menentukan

Ramadan Yang Menentukan

Suaramuslim.net – Ada banyak kebaikan dan keberkahan yang kita jumpai di bulan Ramadhan. Saling berbagi antar sesama, lantunan ayat suci, masjid dan mushala penuh dengan jamaah serta program televisi bernuansa religi adalah warna Ramadhan.

Menjadi peluang besar bagi tiap muslim dalam bulan Ramadan untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Baik kapasitas internal maupun eksternal dirinya. Bermuara pada peningkatan untuk kedekatannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Peningkatan internal berupa batinnya semakin terasah sambung dengan Allah subhanahu wa ta’ala semata. Semakin peduli dengan sesama atau lebih humanis. Terhindar dari penyakit hati seperti hasad, dengki, marah dan sombong.

Peningkatan eksternal berupa ritual ibadah semakin nampak dan ritual kemanusiannya semakin kental. Tangannya lebih terbuka untuk memberi. Langkahnya selalu memberikan solusi kepada kepada yang kesulitan.

Kesempatan luas untuk beribadah yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada umat Islam di bulan Ramadhan dapat dimanfaatkan karena kesempatan terbaik tidak akan datang dua kali. Apalagi janji pahala yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di bulan Ramadhan begitu berlipat ganda bagi hamba yang mampu memperbanyak ibadahnya.

Ramadhan kali ini lebih menarik karena ada Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah). Suatu kemenangan bagi bangsa Indonesia jika di bulan yang berkah ini mendapatkan pemimpin-pemimpin daerah yang menjiwai rakyatnya.

Telinga, mata, tangan, kaki dan hati Presiden yang terpilih bisa menyerap jeritan kalangan akar rumput. Siapapun yang terpilih tidak menjadi masalah. Selama masih berpegang dengan Pancasila dan UUD 45. Serta mereka merupakan jasad yang mengusung ruh pembaharuan bagi bangsa Indonesia lewat daerah masing-masing.

Tidak perlu selama Ramadan dipenuhi dengan kampanye hitam. Dan kebetulan di bulan itu masa kampanye pasangan calon. Tidak perlu saling menjatuhkan baik dengan ucapan maupun dengan tulisan. Sudah tidak zaman lagi. Cukup dengan menyampaikan visi misi dan program kerja yang terukur.

Sehingga jika sampai pada taraf seperti di atas, kemenangan bangsa Indonesia di bulan Ramadhan sebenarnya tergantung pada kema­tang­an diri kita dalam memper­siapkan dan menyambut bulan suci. Memulai dengan mentadabburi diri dan memantapkan jiwa untuk menebarkan kemanfaatan. Tidak ada lagi hasutan untuk memanaskan suasana.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajar­kan doa kepada kita. “Allaahumma baarik lana fii rajab wa baarik lana fii Sya’ban wa baallighna fii Ramadhan.” Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab ini, dan berkahilah kami di bulan Sya’ban ini, dan sampaikan kami (panjangkan usia kami) hingga bulan Ramadhan.” Agar menjadi manusia paripurna ketika menemui bulan Syawal.

Suatu harapan tak terlepas adanya rintangan. Fenomena hedonis di masyarakat ketika bulan Ramadhan mendekati penghabisan, merupakan noda hitam ke”fitri”an manusia yang berharap fitri di Idul Fitri. Masjid yang harusnya penuh di akhir Ramadhan menjadi lengang. Tadarus Al Quran yang harusnya semakin kencang menjadi senyap. Uang untuk sedekah tak lagi bertaburan di masjid atau panti anak yatim tapi berpindah ke pusat perbelanjaan.

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim yang baik wajiblah bagi kita untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan bermuhasabah (introspeksi diri) dan bulan tarbiyah (pendidikan). Dengan memuliakan bulan Ramadhan, maka meningkat amal ibadah, kepekaan sosial dan penahanan nafsu terhadap urusan dunia. Sungguh orang-orang merugi yang tidak dapat meraih kemuliaan bulan Ramadhan dan segala amal kita hanya menjadi buih di lautan hilang tanpa bekas.

Salah satu tanda diterimanya ibadah puasa kita adalah beristiqa­mah setelah bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim). “Jika Rasulullah menger­jakan amal kebaikan, maka beliau akan merutinkannya.” (HR. Muslim)

Semoga di bulan Ramadhan tahun ini kita mendapatkan kemenangan. Bukan menjadi yang sebaliknya yakni golongan orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan ampunan Allah subhanahu wa ta’ala selama bulan Ramadhan, sebagaimana disebut dalam doa Jibril dan diamini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya yang belum diampuni oleh Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari).

Oleh: Muslih Marju*
Editor: Oki Aryono

*Pengajar di SD Inovatif Aisyiyah Kedungwaru dan Anggota LSBO PDM Tulungagung.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment