Rangkuman Khotbah Jumat di Masjidil Haram

Rangkuman Khotbah Jumat di Masjidil Haram

Bercita-cita ke Tanah Suci dengan Biaya Minim Haji Backpacker Aja
Ilustrasi jemaah haji menunaikan ibadah shalat di sekeliling Kakbah. (Foto: Aljazeera.com)

Suaramuslim.net – Dalam rangkaian umrah kali ini, saya dan Jemaah berkesempatan mengikuti salat Jumat di Masjidil Haram tepatnya pada Jumat 28 Februari 2020. Khotbah Jumat yang disampaikan khatib saya sarikan kepada pembaca suaramuslim.net sebagai berikut.

Khotbah Jumat Pertama

Tema; Idkholus Surur Lil Akhihil Muslim (membuat senang saudara yang muslim).

Khatib tadi menyatakan bahwa di antara Idkholus Surur, adalah berbuat ihsan dan membantu saudaranya yang lagi kesusahan. Dan beliau menukil hadis yang panjang.

Seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang bernama Abu Hurairah pernah suatu ketika hendak melakukan iktikaf di masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah, namun di dalam masjid itu beliau melihat seseorang yang sedang duduk bersedih di pojok masjid. Sahabat Nabi itu segera mendatanginya dan menayakan perihal kesedihannya.

Setelah mengetahui masalahnya, Abu Hurairah berkata: “Ayo berdirilah bersamaku, aku akan memenuhi kebutuhanmu.” Orang itu berkata: “Apakah engkau akan meninggalkan iktikafmu di masjid Rasul ini hanya demi aku?”

Abu Hurairah kemudian menangis dan berkata: “Aku mendengar penghuni kubur ini (Rasulullah) bersabda:

من مشى في حاجة أخيه كان خيراً له من اعتكاف عشر سنين، ومن اعتكف يوماً (أي مكث في المسجد يوماً) ابتغاء وجه الله جعل الله بينه وبين النار ثلاثة خنادق، كل خندق أبعد مما بين الخافقين الا ما أعظم هذا الفعل وما أحسنه!

“Sungguh berjalannya seseorang di antara kamu sekalian untuk memenuhi kebutuhan saudaranya hingga terpenuhi, lebih baik baginya daripada beriktikaf di masjidku ini selama sepuluh tahun.” (Muslim).

Subhanallah! Sungguh besar sekali nilainya. Padahal amal iktikaf di masjid Nabawi di Madinah Al-Munawwarah nilainya sangat tinggi, yakni seribu kali amalan beriktikaf di masjid-masjid lain di seluruh dunia kecuali Masjidil Haram di kota Makkah yang nilainya 100 ribu kali lebih utama dibandingkan masjid lain, serta Masjidil Aqsha.

Saya tadi berpikir, betapa banyak ulama, kiai, ustaz, tuan guru bisa cepat menjadi kekasih Allah, karena mereka itu selalu memenuhi kebutuhan umatnya, mengajar, membimbing dan melayani konsultasi segala persoalan dan itu jika dilakukan sekali pahalanya setara dengan 10 tahun iktikaf, bayangkan jika dilakukan selama hidup. Hidupnya hanya untuk pelayanan dan pengajaran terhadap umat, betapa besar pahalanya. MasyaAllah.

So… Jemaah umrah, iktikafmu di Masjidil Haram ini akan jauh lebih bernilai jika mendahulukan membantu sesame saudaramu, baik dari aspek ilmu atau finansial.

Khotbah Kedua

Tema: Farhatullah (Kebahagiaan Allah).

Mendapatkan kebahagiaan Allah adalah dengan bertaubat atas segala dosa kepada-Nya. Sang Khatib menukil hadis panjang:

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِى ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِى وَأَنَا رَبُّكَ.أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ

“Sesungguhnya Allah sangat gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu tanah yang luas (padang pasir) kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya. Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa. Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata, ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Ia telah salah mengucapkan karena sangat gembiranya.” (Muslim no. 2747).

Saya tadi berpikir, kita saja senang kalau melihat kebahagian keluarga kita kepada kita. Bayangkan kalau Allah berbahagia dengan kita. Sungguh bahagia sekali kita ini.

Yuk, raih bahagia-Nya dengan bertaubat atas segala dosa kita dengan istigfar yang banyak, terutama di tanah haram ini.

Raih kebahagiaan-Nya di Majidil Haram dan tempat lainnya dengan selalu beristigfar dan taubat kepada-Nya.

Wallahu A’lam

28 Februari 2020

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment