Reparasi Hatimu dengan Dzikir Kepada Allah

Reparasi Hatimu dengan Dzikir Kepada Allah

Reparasi Hatimu dengan Dzikir Kepada Allah
Ilustrasi kesibukan masing-masing orang di jalan

Suaramuslim.net – Kehidupan dunia yang begitu kompleks diliputi banyaknya warna warni godaan negatif memunculkan gaya hidup yang hedonis, materialistis dan liberal. Liberalisasi kehidupan yang mengarah kepada jauhnya dari Pencipta dan cenderung menghalakan segala cara untuk meraih harapan nafsunya.

Kondisi inilah yang menyebabkan hati selalu galau dan tidak tenang karena hati gersang, kering, tidak tersentuh lagi percikan embun Ilahi. Dan pada akhirnya hati menjadi tidak berfungsi alias mati. Kalau sudah demikian membutuhkan reparasi hati.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Ar-Ra’du ayat 28.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Artinya dengan berzikir membuat hati itu menjadi tenang, bersih dan sehat kembali sehingga membuat gembira dan bergairah penuh semangat beraktivitas positif. Sungguh tidak ada yang lebih besar mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan di hati manusia melebihi berzikir kepada Allah.

Bagaimana bisa tenang dan tenteram hati seseorang sedang istilah hati biasa disebut قلب (qalbu). Dan hati disebut qalbu karena sifatnya yang selalu berubah-ubah: “summiyal qalbu qalban litaqallubihi”. Ini semua karena hati yang selalu berubah ubah itu jika ditempel dengan nama Agung Allah, maka akan jadi tenang.

Sebagaimana diketahui, hati (qalbun), menurut ulama dibagi menjadi tiga macam.

1. Qalbun maridl

Hati yang sakit, yaitu hati yang selalu ‘gundala’ yaitu gundah gulana, karena ‘andilau’ yaitu antara dilema dan galau.

Hati sakit ini adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang dicekam sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan zikir, hikmah dan mauizah. Seperti difirmankan oleh Allah:

لِّيَجْعَلَ مَا يُلْقِى ٱلشَّيْطَٰنُ فِتْنَةً لِّلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَٱلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَفِى شِقَاقٍۭ بَعِيدٍ

“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya.” (QS Al-Hajj: 53)

Hati yang sakit ini seperti cermin retak, yang memantulkan obyek yang terlihat tidak baik. Artinya manusia yang hatinya sakit hanya melihat orang lain itu selalu nampak buruk, tidak ada baiknya.

Ciri cirinya di antaranya adalah;

a. Lemah cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga berefek terhadap lemah iman.
b. Senang berbuat maksiat dan tidak khawatir terhadap adzab-Nya.
c. Lemah dalam membela kebenaran. Bahkan mendukung kebatilan.
d. Perasaannya biasa saja ketika shalat terlambat, bangun Subuh telat, tidak membaca Al Quran atau tidak bisa membaca Al Quran. Wiridannya selalu terlewatkan, santai saja.
e. Senang makan dan berada di tempat yang subhat dan sebagainya.

2. Qalbun Qasiyah

Hati ini sudah mati, tidak ada rasa sama sekali dengan Allah Yang Esa, tidak ada rasa sama sekali dengan Rasulullah. Bahkan sebaliknya suka menentang Allah dan membenci serta suka menghina Nabi Muhammad.

Hati yang mati seperti cermin yang tertutup cairan aspal, obyek apa pun tidak akan terlihat, yang terlihat hanya noda hitam. Manusia yang seperti ini tidak terlihat kecuali keburukannya.

Nabi Muhammad bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat, ‘Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka.’ (QS al-Muthaffifin: 14).” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Ciri cirinya di antaranya sebagai berikut;

a. Sinis bahkan membenci ajaran Islam.
b. Cinta kepada kebatilan dan mendukungnya.
c. Cinta kepada aktivitas yang sia-sia, dan membenci amal salih.
d. Hati model ini sudah tertutup dari ayat-ayat Allah, bergeming dengan kematian hatinya, diingatkan atau tidak mereka sudah tertutup hatinya.

3. Qalbun Salim

Hati ini sehat dan bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat (salim) dari pengabdian kepada selain Allah, dan mencari penyelesaian hukum pada selain rasul-Nya.

Allah berfirman dalam surah Asy-Syu’ara ayat 88-89:

(يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89

“(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Ciri-ciri hati sehat ini di antaranya;

a. Keimanan dan ketakwaan mewarnai hidupnya. Semua yang dilakukan bermuara kepada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

b. Semangat beribadah kepada Allah, bahkan jika ia teledor dengan sedikit amal saleh seperti tertidur sehingga tidak shalat tahajjud atau lupa sedekah padahal di depannya ada yang butuh, maka ia sangat menyesalnya.

c. Semua ibadah yang dikerjakan dengan penuh kesempurnaan dan disesuaikan dengan sunnah-sunnah Nabi.

d. Ketika melaksanakan shalat, seorang yang berhati sehat akan merasakan ketenangan jiwanya serta kenikmatan batinnya.

e. Tidak suka waktu yang terbuang sia-sia kecuali untuk ibadah. Selalu mencari aktifitas yang manfaat untuk agamanya.

Bagaimana Mereparasi Hati yang Sakit Supaya Sehat?

Cara yang paling tepat adalah dengan zikir kepada Allah. “Sesungguhnya segala sesuatu itu ada pembersihnya, dan pembersih hati adalah zikrullah” (Terjemah hadis riwayat Al Baihaqi).

Dalam riwayat lainnya Nabi Muhammad pernah bersabda;

إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ إِذَا أَصَابَهُ الْمَاءُ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا جَلَاؤُهَا؟ قَالَ: كَثْرَةُ ذِكْرِ الْمَوْتِ وَتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ

“Sesungguhnya hati itu bisa korosi sebagaimana besi ketika bertemu dengan air. Kemudian ada yang bertanya kepada Nabi. ‘Ya Rasulallah, lalu apa yang dapat menghilangkan korosi tersebut?’ Rasul menjawab, ‘Banyak mengingat kematian dan membaca Al Quran.” (HR Baihaqi).

Dan sudah cukup apa yang dikatakan Allah bahwa zikir kepada-Nya lebih besar dari segalanya.

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Ankabut: 45).

Zikir kepada Allah meliputi tilawah, shalawat, istighfar dan sebagainya, baik yang berasal langsung dari Nabi maupun yang ijtihad ulama.

Macam-macam zikir;

1. Zikir bil lisan

Yaitu mengucapkan kalimat kalimat thayyibah seperti tahlil, hawwalah, tasbih, tilawah dan sebagainya. Dasar zikir itu ya di lisan karena secara bahasa, zikir adalah mengingat dengan menyebutkan di lisan. Dan banyak dalil yang menunjukkan dasar berzikir itu di lisan. Seperti misalnya dalam surat Al Baqarah ayat 156, bersyahadat dilakukan dengan lisan dan kalimat Nabi dengan lafaz “Man Qala…” artinya “siapa yang berkata.”

2. Zikir bil Qalbi

Artinya ada dua;

a. Berzikir di dalam hati atau membatin.
b. Bertafakkur (memikirkan/merenungi) berbagai ciptaan Allah dan nikmat-Nya dengan penuh keyakinan dalam jiwa.

Memadukan zikir bil lisan wal qalbi, yang dapat mengantarkan kepada tafakkur/perenungan akan kebesaran Allah dengan lebih mendalam dan mantap.

3. Zikir bil Jawarih

Kalau kedua model zikir itu benar terwujud, maka akan melahirkan zikir bil jawarih (semua anggota tubuh ikut berzikir dengan selalu tunduk kepada perintah Allah).

Inilah yang akan menghasilakan qalbun salim, hati yang selamat yang mengantarkan jiwanya mengahadap kepada Allah dengan ketundukan yang sempurna.

Namun demikian, semunya sudah tentu bertahap. Meski hanya zikir di lisan, jika dilakukan secara istiqomah akan melahirkan pula qallbun salim.

وبالتكرير يحصل التقرير و بالتقرير يحصل التنوير

“Dengan amal yang dilakukan berulang, akan menghadirkan kemantapan, dan dengan kemantapan akan melahirkan pencerahan jiwa.”

*Disampaikan Di Radio Suara Muslim Surabaya pada program talkshow Dialog Motivasi Al Qur`an, Kamis 17 Januari 2019 pukul 05.30-06.30 WIB.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment