SURABAYA (Suaramuslim.net) – Nenek Sumiati berucap syukur berulang kali, di usianya yang telah genap 107 tahun, dirinya masih diberikan kesempatan dapat menunaikan rukun Islam yang kelima.
Usia Jemaah Calon Haji (JCH) yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 53 ini menjadi JCH tertua di Embarkasi Surabaya.
Keinginan untuk bisa pergi haji telah lama dipendam nenek asal Dusun Bakalan, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang. Pasalnya ia belum memiliki kecukupan uang untuk membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Ia sering berdoa agar di sisa usianya, ia mampu menjalankan ibadah haji ke Baitullah.
Doa pun terjawab. Kedua anaknya yang masih hidup patungan membiayai BPIH nenek Sumiati pada tahun 2016 lalu. Melalui program percepatan usia lanjut, nenek 4 cucu ini akan diterbangkan bersama 449 JCH lainnya menuju Bandara Internasional Jeddah melalui penerbangan SV 5601, Rabu (24/7) pukul 15.00 WIB.
Saat ditemui di Embarkasi Surabaya, kondisi Sumiati tampak sehat. Dengan umur lebih dari satu abad, suaranya pun masih terdengar jelas, meski sangat pelan.
Indera pendengaran dan penglihatannya pun masih normal tanpa menggunakan alat bantu. Ia pun masih mampu berjalan sendiri meskipun sangat pelan dalam jarak dekat.
Dia lantas mengungkapkan kebiasaan hidup sehatnya selama ini. Salah satunya, selalu makan sayuran dan minum air putih.
“Saya makannya kulupan (red: sayuran) dari hasil kebun sendiri. Minumnya selalu air putih. Alhamdulillah selama ini saya hampir tidak pernah sakit,” tutur nenek yang masih rutin menjalankan puasa Senin Kamis hingga usia senjanya ini.
Selain itu, tambah nenek kelahiran 1 Juni 1912 lalu, ia juga rutin melakukan ritual hariannya bangun pagi pukul 03.00 WIB lantas mandi untuk menjalankan salat tahajud sejak usia 30 tahun.
“Alhamdulillah, setiap hari saya bangun jam tiga pagi, lalu mandi. Setelah itu salat tahajud, sekalian nunggu Subuh. Setelah salat Subuh, saya tidur lagi,” tuturnya.
Ibu dari 3 anak ini menambahkan resep hidupnya hingga dapat menjalani usia senjanya masih tetap dalam keadaan bugar.
“Ya selalu sabar, ikhlas, dan rajin berdoa,” tutur nenek Sumiati yang gemar merutinkan membaca bacaan istighfar dan hauqolah ini.
Satu minggu menjelang keberangkatannya menuju Embarkasi Surabaya, janda yang telah hampir 50 tahun lebih ditinggal mati mendiang suami pertamanya ini harus menjalani perawatan selama 5 hari di RSUD Kabupaten Jombang.
Menurut Yatim, putri kedua nenek Sumiati yang menjadi pendamping hajinya, ibunya dirawat di rumah sakit karena HB rendah, sakit di paru-paru dan jantung.
“Ibu hampir seminggu lalu dirawat di rumah sakit. HB nya turun, paru-parunya ada infeksi dan ada masalah jantung. Sekarang sudah bagus,” tutur Yatmi.
Karena kondisinya yang mulai membaik, dokter RSUD pun mempersilakan nenek Sumiati untuk tetap berangkat haji dengan catatan harus dengan pendamping. Dokter pun membekali nenek Sumiati dengan berbagai macam obat untuk jangka waktu 50 hari kedepan.
Untuk menunjang aktivitasnya selama menjalankan ibadah haji, JCH usia lanjut ini memakai kursi roda.
Kini, nenek Sumiati sudah tak memiliki keinginan hidup yang muluk-muluk. Ketika berhaji nanti, ia hanya ingin berdoa agar diberikan keselamatan hidup, anak yang saleh salehah serta meninggal dunia dalam keadaan khusnul khotimah.
Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir