Sandiaga: Semoga Petugas yang Wafat Itu Syahid Karena Gugur Saat Melaksanakan Tugas Kenegaraan

Sandiaga: Semoga Petugas yang Wafat Itu Syahid Karena Gugur Saat Melaksanakan Tugas Kenegaraan

Sandiaga Uno saat menyapa pendukungnya, saat kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Delta Sidoarjo, Ahad 31/3/19. (Foto: Wirawan/Suaramuslim.net)

JAKARTA (Suaramuslim.net) – Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno menyebutkan keprihatinan mendalam atas pelaksanaan pemilu 2019 yang menurutnya menorehkan sejumlah catatan yang cukup memprihatinkan.

“Pertama dan utamanya, banyaknya keluarga yang harus kehilangan orang tua dan sanak saudara. Lebih dari 600 petugas penyelenggara pemilu wafat. Lebih dari 3000 orang lainnya dirawat. Semoga yang wafat husnul khatimah, memperoleh status syahid karena gugur di saat melaksanakan tugas kenegaraan,” ujar Sandi saat memberikan sambutan dalam acara Mengungkap Fakta-fakta Kecurangan Pilpres 2019 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Selasa (14/5).

Sandi juga berdoa semoga yang sakit segera disembuhkan dan korban jiwa tidak terus bertambah.

“Dari jumlah korban, dengan pahit kita harus mengatakan bahwa inilah pemilu yang paling banyak memakan korban. Pemilu yang paling mematikan sepanjang sejarah Indonesia. Sebuah pelajaran yang sangat mahal untuk pelaksanaan pemilu akan datang,” lanjutnya.

Selain tentang korban yang berjatuhan, Sandi juga menyoroti politik uang yang diduga terjadi dalam proses pemilu 2019 ini.

“Kita juga mencium aroma politik uang yang sangat tajam. Dari penjuru daerah di tanah air, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur, masyarakat disuguhi banyak cerita bagaimana “tsunami” gelombang amplop politik uang yang dikawal oleh aparat pemerintah bahkan aparat keamanan, telah menghancurkan sendi-sendi demokrasi kita,” tuturnya.

Rakyat, imbuh Sandi, sebagai pemilik kedaulatan telah dibuat terlena, bukannya memilih sesuai hati nurani tapi dipaksa atau setengah dipaksa memilih yang memberikan iming-iming uang.

“Di sana-sini kami mendengar laporan bagaimana kepala desa, aparat pemerintahan dipaksa menggerakkan masyarakat untuk memilih paslon tertentu dengan ancaman tindakan hukum,” urainya.

Namun, ia juga tidak menampik susahnya membawa bukti terjadinya politik uang, selain cerita yang dituturkan relawan.

“Kami harus akui mencari bukti atas praktik politik uang ini bukanlah hal yang mudah, tapi marilah kita jujur mengakui, bahwa praktik-praktik kotor ini memang terjadi, betul?” Tanyanya yang disambut jawaban serentak oleh peserta yang hadir, “Betuuuul.”

Reporter: Dani Rohmati
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment