Santri, Jiwa Qurani dan Perjuangan Umat (1)

Santri, Jiwa Qurani dan Perjuangan Umat (1)

Santri, Jiwa Qurani dan Perjuangan Umat
(Foto: Google)

Suaramuslim.net – “Orang besar adalah dia yang mau berjuang di daerah-daerah terpencil walau hanya mengajar ngaji di surau-surau kecil”. Kurang lebih demikianlah pesan kiai Gontor dalam menggambarkan orang besar menurut beliau. Santri harus tahan banting, mempunyai mental yang kuat disertai dengan keikhlasan yang tinggi. Selain itu juga dilengkapi dengan life skill yang mumpuni sehingga kreatif di setiap tempat ia tinggal. Ia harus mampu bertahan di segala kondisi dan kreatif dalam ketahanan hidup. Karena semua itu akan ia dibutuhkan dalam perjuangannya.

Orientasinya hanyalah ridha Allah subhanahu wa ta’ala bukan materi dunawi. Seperti yang disampaikan Nabi Nuh ‘alaihissalam kepada kaumnya, bahwa dalam surat Hud ayat 29, diceritakan ketika Nabi Nuh menjawab bahwa ia mendakwahkan risalahnya tanpa memiliki kepentingan apapun, beliau hanya menjalankan perintah Allah dan balasan dari Allah lah yang beliau harapkan. Komitmen inilah yang harus juga dipahami oleh para santri. Karena yang demikian itulah orang-orang yang senantiasa diberi petunjuk oleh Allah, yaitu mereka yang senantiasa beramal saleh tanpa mengharapkan balasan (QS Yasin: 21). Bila tidak demikian, seorang santri tidak akan siap berjuang sesuai dengan wasiat sang kiai, selain itu ia juga tidak akan kuat ketika potensinya diperebutkan banyak orang demi kepentingan masing-masing.

Sikap yang disebutkan di atas adalah modal awal perjuangan. Santri harus berjuang dengan segala bekal yang telah ia dapatkan selama menempuh studinya sebagai santri. Kenapa ia harus berjuang? Karena itulah sejatinya seorang santri. Ia harus selalu bergerak. Bergerak dalam kebaikan, bergerak demi menegakkan agama Allah. Bergerak mengamalkan amal ma’ruf dan nahi munkar. Sebagai contoh dan tauladan serta pemberi peringatan bagi umat dalam ketakwaan. Di sinilah letak barokah, sebagai inti dari setiap pahala yang ia dapat. Tanpanya, harta dan kedudukan tidak akan menjadi baik baginya.

Oleh sebab itulah, santri adalah pejuang keberkahan demi dirinya dan umat. Boleh jadi para sarjanawan ataupun ilmuwan dan cendekiawan yang lebih bisa mengemban risalah dakwah ini, akan tetapi belum tentu memahami keberkahan sebagai orientasi perjuangan. Maka menjadi santri yang ilmuwan, cendekiawan, dan sarjanawan adalah pilihan terbaik. Menjadi ulama yang intelek, bukan intelek yang sekedar paham agama.

Perjuangan demi umat sebagai amalan terhadap ayat dari surat Al Baqarah: 143. Yaitu menjadi manusia yang mampu menerjemahkan Islam melalui dirinya kepada sekalian alam semesta. Keilmuannya bukan untuk merubah dunia, bukan pula untuk menyatakan dirinya paling berilmu, namun cukup menyampaikan kebenaran dan risalah Islam sesuai dengan apa yang telah ia pelajari. Karena sesungguhnya ia tidak akan mampu merubah kondisi kecuali bila dengan izin Allah.

Seorang santri hanya cukup berjuang menyebarkan risalah Islam dan menjadikan itu sebagai profesi, sebagai guru yang mendidik dengan metode hikmah dan tauladan yang baik. Sedangkan diterima atau ditolaknya seruan yang ia sampaikan adalah urusan Allah yang mengatur. Oleh sebab itu, kepercayaannya kepada Allah harus kuat. Dan kepercayaan itu terlihat dari keikhlasan dan konsistensinya dalam dakwah.

Santri harus berpikir bahwa materi hanyalah sarana, akan tetapi tujuannya tetap manusia. Manusia haruslah dihargai selayaknya manusia, bukan seperti barang yang diberi bandrol harga-harga berukuran uang. Bukan pula jabatan yang diperebutkan dengan mengorbankan jiwa raga, melainkan ketakwaanlah yang diperjuangkan. Saksinya hanya Allah bukan manusia. Karenanya, santri harus ikhlas dan sederhana, karena bila tidak demikian, tidak akan ada yang mau berjuang di daerah-daerah terpencil di mana tanggung jawab ke-Islam-annya di tangan mereka.

Lanjutan artikel “Santri, Jiwa Qurani dan Perjuangan Umat (2)”

Kontributor: Fuad Muhammad Zein*
Editor: Oki Aryono

*Anggota Ikatan Keluarga Pondok Modern Darussalam Gontor cab. Solo Raya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment