Sebuah Mimpi untuk Negeri

Sebuah Mimpi untuk Negeri

Sebuah Mimpi untuk Negeri
Ilustrasi bangsa Indonesia. (Ils: Dribbble/Cahyo Destianto)

Suaramuslim.net – Adakah bermimpi memimpin sebuah negeri adalah sebuah ambisi yang tidak terpuji?

Apakah meminta mandat kekuasaan demi bisa menjadikan sebuah negeri adil dan makmur adalah sebuah kekeliruan dan kehinaan?

Al Quran menjawab pertanyaan–pertanyaan ini dengan sebuah kisah yang Allah SWT nobatkan dengan sebutan Ahsanal Qashash (kisah terbaik) sepanjang masa. Allah SWT bahkan mengkhususkan satu surah penuh untuk menceritakan sendiri kisah yang menakjubkan dan penuh inspirasi ini; ialah Kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam.

Kisah Nabi Yusuf AS menggambarkan pada kita tentang; tidur dan terjaga, kedengkian dan cinta, kejujuran dan dusta, bahagia dan nestapa, penguasa dan hamba, kebebasan dan penjara, kekayaan yang berlimpah dan kekurangan harta, serta kesucian diri dan nafsu yang hina.

Kisah ini diawali dengan cerita Yusuf kecil yang masih belum baligh pada ayahnya tentang mimpinya yang mengherankan; “Ayah, aku bermimpi melihat 11 bintang, matahari dan bulan bersujud kepadaku.” Sementara sang ayah hanya mengatakan; “Anakku, jangan ceritakan mimpimu pada saudara–saudaramu… ”, Hingga pada  akhir kisah ditutup dengan makna dari mimpi tersebut; “Ayah, inilah arti mimpiku dulu …” saat Nabiallah Yusuf AS menjadi pemimpin sebuah negeri.

Jarak waktu antara mimpi Yusuf AS saat diceritakan kepada ayahnya, Nabi Ya’qub AS dengan kejadiannya secara nyata, adalah 40 tahun menurut para ulama, tapi kita sering kali berharap mimpi–mimpi kita menjadi nyata dalam dalam setahun dua tahun atau bahkan sepekan dua pekan.

Bayangkan, 40 tahun dengan fase–fase yang tak mudah dan mengharu–biru, seperti; dibuang ke dasar sumur oleh saudara–saudara sendiri, dijual musafir dengan harga murah, dijadikan pelayan di rumah Aziz Misr, digoda perempuan–perempuan kaya dan cantik, masuk penjara dan lama mendekam di dalamnya. Tentu saja semua ujian itu dijalani dengan ingatan dan kerinduan yang menyesakkan dada pada masa kecil dan keluarganya. Jujur saja air mata saya tak dapat dibendung saat menuliskan paragraf ini terbayang bagaimana sedih dan pilunya alur hidup yang Nabi Yusuf AS jalani.

Jika bukan karena ia adalah manusia pilihan yang pantas menyandang gelar kenabian dengan kesucian yang selangit dan kesabaran yang menggunung, masihkan sepotong mimpi di masa kecil yang ia ceritakan pada ayahnya itu ia yakini kebenarannya? Jika hal itu terjadi pada kita, apakah tidak mudah saja bagi kita untuk mengatakan bahwa mimpi tentang kekuasaan yang dijanjikan itu hanya igauan anak kecil belaka?

Namun Yusuf AS bukanlah kita. Dan kisahnya bukanlah kisah pemuda biasa. Ia adalah gamabaran sebuah ketabahan, kesucian dan kepantasan dalam mendapatkan takdir indah yang telah dijanjikan.

Apa yang Allah SWT takdirkan untukmu tidak akan tersalah pada selainmu, meskipun seluruh dunia berkonspirasi untuk mengalihkannya darimu. Begitu pun sebaliknya, apa yang Allah SWT gariskan tidak untukmu  tidak akan pernah menjadi milikmu meski seluruh dunia mendukung dan membantumu untuk meraihnya.

Kisah ini pun mengajarkan tentang arti sebuah mimpi meskipun ia berasal dari seorang anak kecil, agar kita tidak pernah memandang sebuah mimpi sebelah mata karena ia bisa jadi adalah kebenaran yang datang dari Allah SWT, bahwa hidup yang kita jalani pun sering kali berawal dari mimpi–mimpi masa kecil yang telah kita lupakan.

Lihatlah bagaimana sebuah negeri bisa selamat dari bencana kelaparan bertahun–tahun lewat mimpi anak kecil nan jauh di ujung kampung, lalu mimpi 2 pelayan di dalam penjara, dan mimpi seorang raja di atas singgana.

Saya percaya negeri sebesar nusantara pun bisa Allah SWT selamatkan dengan kuasaNya dari bencana dan malapetaka yang mengancamnya lewat mimpi orang–orang yang dipilihNya dari hamba–hambaNya.*

*Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment