Sedekah di Kala Susah

Sedekah di Kala Susah

Sedekah di Kala Susah
Ilustrasi tangan di atas berbagi kepada tangan di bawah. (Ils: PENS/Elmanita Kirana)

Suaramuslim.net – Sedekah dilakukan di semua kondisi. Bisa di kala senang maupun susah. Tentu akan berbeda nilainya jika bersedekah saat susah. Di mana dia membutuhkan uang untuk makan dan kebutuhan yang lain.

Sedekah tidak berhenti. Sedekah berlaku dalam setiap keadaan. Sedekah hanya dikapling untuk orang kaya. Miskin juga bisa sedekah. Susah juga bisa sedekah. Sehingga tidak ada alasan untuk berhenti dari sedekah kecuali orang bakhil.

Sebuah hadis tentang keutamaan dari bersedekah di saat kepepet. Dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Hubsyi Al Khots’ami, Nabi SAW pernah ditanya tentang sedekah yang paling afdhol dan beliau menjawab, ”Sedekah dari orang yang serba kekurangan.” (HR Nasai)

Saat serba kekurangan dan mau sedekah maka itu keimanan. Memberi dasar keimanan. Jika dengan sedekah itu dia ingin memberikan kemanfaatan kepada hamba yang lain. Maka tidak mungkin dilakukan kecuali dari keimanan itu sendiri.

Cerita orang kaya bersedekah tentu hal biasa. Dalam keadaan senang juga sudah biasa. Jika dalam keadaan miskin dia bersedekah dalam jumlah besar tentu luar biasa. Dalam keadaan susah dia bisa bersedekah tentu luar biasa.

Maka begitu fantastis jika seorang sedekah di kala dia sedang susah betul. Tukang becak, pemulung, pengemis sekalipun. Mereka yang dengan profesi penuh kekurangan masih mau kurban atau menyumbang pembangunan masjid.

Ada sebuah kisah jika Masjid Jogokaryan pernah disumbang oleh tukang becak dari BLT (Bantuan Langsung Tunai). Tukang becak tersebut butuh dengan uang tersebut. Namun, dia tetap bersedekah dan semua diberikan kepada masjid tersebut.

Ternyata keadaan yang serba kurang atau susah masih ada nilai kebaikannya. Baik dalam artian bisa memberi. Baik dalam artian bisa peduli dengan sesama. Baik dalam artian menguji seberapa kesadaran kita kepada Allah.

Allah SWT berfirman, ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, “Kami telah beriman’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al Ankabut: 2-3)

Tidak gratis menyebut diri beriman, jika tidak diuji keimanan tersebut. Tanda keimanan orang yang susah bisa juga dari masih mau sedekah apa tidak. Jika berhenti maka sampai segitu saja keimanannya.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, ”Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham.” Lalu ada yang bertanya, ”Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, ”Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR An Nasai dan Ahmad).

Gambaran pada hadis di atas begitu gamblang. Semakin sempit keadaan dan terus memberi semakin bernilai di mata Allah. Maka satu dirham bisa mengalahkan seratus dirham.

Orang yang serba kekurangan kondisi sudah sempit. Namun, keluasan jiwanya tetap menuntut dirinya untuk berbagi kepada sesama. Memandang bahwa masih ada orang selain dirinya yang lebih membutuhkan daripada dirinya. Apa yang dimiliki dirasakan bahwa orang lain lebih butuh.

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment