Sembilan Langkah Agar Tak Dibenci Allah

Sembilan Langkah Agar Tak Dibenci Allah

Engkau Bukan Ahlinya!

Suaramuslim.net – Jika menggapai cinta Allah adalah impian orang-orang beriman, maka tidak dicintai (dibenci) Allah adalah momok yang menakutkan  bagi mereka. Supaya tak dibenci Allah, Al Quran memberikan sembilan langkah yang perlu dilakukan.

  1. Tak menjadi orang yang melampaui batas.

Dalam surah Al Baqarah (2) ayat 190 disebutkan bahwa Allah tidak suka kepada orang yang “mu’tadiin” (melampaui batas). Dalam tafsir Al-Jalaalain (40) disebutkan bahwa makna dari “mu’tadiin” adalah orang yang melampaui batas yang sudah ditetapkan bagi mereka. Dalam konteks ayat ini adalah jangan melampaui batas dalam berperang. Misalnya dengan membunuh anak kecil, wanita, pemuka agama, membakar pohon dan lain-lain yang dilarang dalam agama.

Bentuk melampaui batas pada ayat lain adalah dalam soal mengharamkan yang telah dihalalkan Allah (QS. Al Maidah [5]: 87) dan dalam masalah berdoa kepada Allah (QS. Al A’raf (7): 55). Maka Allah tidak suka segala yang melampaui batas.

2. Tak berbuat kerusakan atau menjadi orang perusak, baik kepada diri sendiri dan orang lain.

Dengan sangat tegas –sebagaimana tercantum dalam surah Al Baqarah (2) : 205, Al-Maidah (5): 64 dan Al Qashash (28): 77- Allah tak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika seseorang tidak bisa berbuat kebaikan untuk diri sendiri dan sosial, maka minimal dia tidak berbuat sesuatu yang menimbulkan kerusakan agar tak dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

3. Kufur nikmat dan pendosa.

Berdasarkan surah Al Baqarah (2) ayat 276, Allah menyatakan bahwa tidak suka kepada orang yang banyak kufur lagi suka berbuat dosa. Syekh Sa’di dalam Taisiir Kariim al-Rahmaan (2000: 117) menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan kufur pada ayat ini adalah kufur terhadap nikmat-nikmat Allah. Sedangkan “atsiim” (suka berbuat dosa) adalah berbuat sesuatu yang bisa menimbulkan dosa dan sanksi. Kedua karakter itu tak disukai oleh Allah. Maka, orang yang tidak ingin dibenci Allah, harus menjauhi keduanya.

4. Tak menjadi bagian dari orang kafir.

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imran [3]: 32)

Siapakah orang kafir pada ayat ini? Disebutkan dalam ayat yang sama bahwa orang yang berpaling dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka ia adalah bagian dari orang kafir yang dibenci Allah. Dengan demikian, mengikuti Allah dan Rasul-Nya (tidak kafir) menjadi kunci untuk tak dibenci Allah.

5. Tak berbuat zalim.

Menurut surah Ali Imran (3) ayat 57, Allah tidak suka kepada orang yang zalim. Menurut Syekh Al-Jurjani dalam Al Ta’riifaat (1403: 144), perbuatan zalim adalah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Sedangkan menurut istilah syariat adalah suatu ungkapan yang menunjukkan melampau batas sesuatu dari yang “haq” (kebenaran)  menuju kebatilan. Maka, agar tak dibenci Allah, kezaliman menjadi mutlak untuk dijauhi.

6. Tak sombong dan berbangga diri.

Ini bisa dilihat dalam surah  An Nisa (4): 36;  An Nahl (16): 23; dan Al Qashas (28): 76. Pada ayat-ayat tersebut, Allah sangat tidak suka kepada orang yang sombong, tinggi hati, suka berbangga diri. Semua sifat ini hanya layak dimiliki oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Iblis diusir dari surga akibat kesombongannya. Nabi sendiri pernah memberi pengertian mengenai kesombongan. Kata beliau, “Sombong itu, menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim).

7. Tak menjadi pengkhianat.

Pada surah Al Anfal (8) ayat 58, Allah menegaskan bahwa dirinya tidak suka kepada orang-orang yang berkhianat. Menurut Syekh Sa’di bahkan Allah tidak sekadar tidak suka tapi juga murka dan membenci pengkhianat.  Contohnya, pada apa yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam. Mereka berjanji kepada nabi untuk tak berkhianat, namun justru di kemudian membantu orang kafir Quraisy menyerang nabi. Mereka bak musuh dalam selimut.

8. Tidak terang-terangan berkata jelek (QS. An-Nisa [4]: 148).

Syekh Sa’di (2000: 212) menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah:

“Allah membenci orang yang terang-terangan berkata jelek.”

Ini mencakup seluruh perkatan jelek yang berakibat buruk dan membuat sedih seperti: mengejek, menuduh serong, menghina dan sebagainya. Orang yang tak mau dibenci Allah, maka ia harus berkata baik, seperti berzikir dan mengatakan sesuatu yang baik dan lembut.

9. Tidak menjadi orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-An’am [6]: 141).

Syekh Abu Bakar Al-Jaza`iri dalam Aisaar al-Tafaasiir (2003: II/164) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kata “israaf” (berlebihan) adalah melampaui batas yang sudah ditentukan. Maka, segala sesuatu yang melampaui batas ketentuan disebut berlebih-lebihan. Dalam ayat ini misalnya, makan dan minum harus seperlunya jangan sampai berlebihan. Karena Allah tak suka sama perbuatan demikian.

Jadi, agar tak dibenci Allah, perlu menjauhi sembilan poin ini: melampaui batas, menjadi perusak, kufur nikmat, suka berbuat dosa, kafir, zalim, sombong (berbangga diri), berkhianat, berkata jelek dengan terang-terangan dan berlebih-lebihan.

Kontributor: Mahmud Budi Setiawan
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment