Siap Kembali ke Sekolah Atau Tetap Belajar dari Rumah?

Siap Kembali ke Sekolah Atau Tetap Belajar dari Rumah?

Siap Kembali ke Sekolah Atau Tetap Belajar dari Rumah?
Ilustrasi belajar ibu mengajari anak mengaji. (Ils: Dribbble/@catalyst)

Suaramuslim.net – Tahun ajaran 2019/2020 segera berakhir dalam hitungan pekan. Semua proses yang serba mengejutkan telah dilalui, proses belajar yang tidak biasa. Sebelumnya menghindarkan anak dari gawai, saat ini belajar menggunakannya dengan baik dan benar. Awalnya memberikan pendidikan sosialisasi melalui pendidikan di sekolah, saat ini semua harus kembali menikmati sosialisasi terbaik bersama keluarga.

Tiga bulan bukan waktu yang singkat dalam melalui proses perubahan ini. Bahkan tiga bulan ini adalah waktu yang cukup mendidik kita menjadi pribadi yang baru. Pribadi dengan pemikiran baru, suasana baru, dan kebiasaan-kebiasaan baru.

Pemikiran baru yang lebih positif sebagai efek dari masa pandemi ini di antaranya; kebersihan menjadi faktor utama untuk sehat, pentingnya arti pendidikan keluarga, memahami makna peduli sesama, perlunya menguasai ilmu informasi dan teknologi, cerdas memilih informasi yang bisa dipertanggungjawabkan, dan pemikiran positif lainnya.

Setiap orang berhak memiliki pendapat yang beragam terkait pandemi, yang perlu diperhatikan adalah setiap pendapat harus memiliki dasar informasi ilmiah dan tidak menimbulkan ketakutan di masyarakat. Di sinilah fungsi media untuk bisa membangun dunia informasi menjadi media edukasi.

Hingga saat ini, informasi penetapan tahun ajaran baru sudah resmi disampaikan pemerintah, 13 Juli 2020. Informasi terkait pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah belum diumumkan karena masih dalam kajian dari berbagai sudut pandang.

Oleh karena itu, sekolah-sekolah sudah harus segera melakukan proses persiapan menyambut tahun ajaran baru dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Proses belajar dengan tatap muka atau tetap #belajardirumah, e-learning, daring, dan model pembelajaran berbasis internet lainnya.

Adakah yang perlu kita waspadai?

Perubahan paling signifikan yang dialami semua orang adalah dunia sosialisasi diri. “Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat,” naudzubillah!

Kita berharap, bukan itu proses yang sedang dan akan menjadi dunia baru kita. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar mengharuskan masyarakat agar membatasi diri keluar rumah, berkumpul bersama komunitas, dan lebih disiplin dalam melaksanakan social distancing bisa jadi telah menghadirkan kebiasaan baru. Di rumah saja, cukup dengan gawai, bersosialisasi cukup melalui media sosial, dan lebih banyak berkomunikasi dengan dunia maya.

Semoga kekuatan pengendali dunia teknologi masih berada di tangan kita, hati dan pikiran tetap menjadi kontrol utama. Tetap mendahulukan ibadah utama, menjalin kedekatan dengan Tuhan yang Maha Esa, membaktikan diri kepada orang tua, bermanfaat, dan bermakna bagi keluarga.

Semoga pandemi ini yang mengharuskan semua dilakukan dari rumah, tidak melenakan diri dengan media kecanggihan teknologi informasi melalui pintu “alasan” menyelesaikan tugas-tugas Work From Home (WFH)  atau menyelesaikan tugas #belajardarirumah.

Kewaspadaan kita harus tetap dijaga, untuk tetap menjadi hamba Allah SWT dengan tugas utama “beribadah kepada-Nya” dalam segala aktivitas kebaikan sebagai bekal kita berjumpa di kehidupan kekal nantinya.

“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja).” (Adz-Dzariyat: 56).

Dunia pendidikan (keluarga dan sekolah) memiliki peran yang sangat penting dalam mengawal kewaspadaan ini. Bekal ilmu pengetahuan yang baik dan benar, pendampingan dengan kasih sayang, memahami kebutuhan anak, membuka ruang berpikir kritis dan terbiasa berpikir ilmiah, bisa menjadi modal membangun kesadaran sekaligus melatih sikap waspada.

Tiga modal dasar dalam menghadapi perubahan

Menghadapi kondisi yang sangat memungkinkan terjadinya perubahan dalam kehidupan, khususnya dalam mengawal proses pendidikan anak-anak, bisa kita lakukan dengan tiga modal dasar berikut:

Kehangatan keluarga

Kita sudah membaca banyak referensi tentang efek kehangatan keluarga untuk generasi. Kita tidak pernah menginginkan anak-anak kita mengalami stress, agresif, dan anti sosial bukan? Dengan jalinan kasih sayang dalam segala rupa, perhatian, nasihat yang baik, bimbingan, perhatian, dan suasana harmonis di rumah insya Allah stress akan berubah menjadi rasa perlindungan, agresif akan menjadi sikap aktif dan semangat, dan anti sosial akan berubah menjadi sikap ramah dan menyenangkan.

Menciptakan lingkungan pendidikan di semua sudut kehidupan

Belajar seharusnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Bisa di mana saja, dengan siapa saja, menggunakan semua media yang tersedia di sekitar kita. Yang perlu disiapkan adalah, target dan tujuan pembelajaran dari dua sisi, anak dan orang dewasa (orang tua dan guru).

Jangan pernah meminta anak untuk duduk di kursi orang dewasa. Tetapi, berlapang dadalah untuk bisa duduk bersama mereka, merasakan dinamika perubahan dari sudut pandang yang berbeda, merumuskan kembali tujuan pendidikan yang akan dilalukan secara bersama-sama.

Komunikasi batin dengan doa

Baik jarak dekat, maupun jarak jauh. Berapa banyak kasus anak dan orang tua, hidup di rumah yang sama, tapi sangat kesulitan menjalin komunikasi dengan baik? Berapa banyak kasus anak dengan fasilitas mewah, tetapi tak mampu mengantarkan kesuksesan mereka? Berapa banyak kasus anak yang merasa jauh dari orang tua dan saat dewasa menjadi musuh keluarga?

Jangan sampai ini terjadi pada kita. Amanah harus ditunaikan dengan sempurna, dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Maka, hanya kepada-Nya kita tak boleh lelah meminta.

Hamdiyatur Rohmah
Praktisi Pendidikan dan Parenting SAIM
Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment