Siapakah Lagi Pemuda Zaman Sekarang Ini?

Siapakah Lagi Pemuda Zaman Sekarang Ini?

Siapakah Lagi Pemuda Zaman Sekarang Ini?
(Foto: Gogirl)

Suaramuslim.net – Bicara tentang pemuda, Islam sudah menggarisbawahi bahwa usia itulah usia kecermelangan. Bintang-bintang banyak bertaburan pada masa kejayaan Islam dahulu. Sebut saja Zaid bin Tsabit, yang dalam usia muda sudah menjadi sekretaris Rasulullah. Atau Sa’ad bin Abi Waqqash ketika usianya masih 17 tahun sudah berhasil melepaskan anak panah pertama kali di jalan Allah. Sungguh gemilang usia mereka.

Teringat pesan Hasan Al Banna, bahwa pemuda mestinya memang peran minimal dalam 3 hal. Pemuda sebagai pilar kebangkitan umat, rahasia kekuatan dalam setiap kebangkitan, dan panji dalam setiap fikrah. Sejarah memberi bukti. Bagaimana Imam Syafi’I di usia muda sudah menjadi mufti. Belum lagi cerita tentang menantu Nabi yaitu Ali anak pamannya. Sungguh mempesona kecerdasannya. Pantas saja Umar bin Khaththab pun berkata, “Jika aku sedang mengalami kesulitan, maka yang aku cari adalah pemuda.”

Sekarang, coba tengok kanan dan kiri. Siapakah pemuda zaman sekarang ini? Siapakah yang layak dibanggakan bahwa peradaban Islam pasti kembali bersemi? Ada, ada Iho. Razan Al Najjar, seorang sukarelawan medis yang bergabung dalam aksi The Great March of Return dan gugur dalam aksi tersebut dikarenakan tertembak peluru Zionis Israel. Di usianya yang masih 21 tahun, Razan membuktikan ketulusannya berjuang membela hak-hak Palestina meski harus mengorbankan nyawanya.

Itu di Palestina. Adakah pemuda zaman sekarang ini dari negeri khatulistiwa ini? Ada. Sebut saja Ilal. Ini adalah singkatan dari nama kakak beradik asal Kabupaten Garut. Keduanya berhasil memperolah penghargaan Dai Muda Inspiratif Juni 2018 lalu setelah sebelumnya juga berhasil menyabet juara 1 kompetisi dakwah tingkat Asia. Ilyasa Wijaya Kusuma dan Alyasa Wijaya Kusuma, itulah mereka. Tetap santun meski penghargaan dunia diperolehnya.

Sungguh, bicara tentang pemuda, semestinya pikiran kita langsung bisa menerka. Merekalah usia produktif, usia berdaya guna. As syabab (pemuda) mestinya dekat dengan karya nyata. Bukan hura-hura, nongkrong di jalan menghabiskan waktu sia-sia. Pemilik Facebook saja, masih muda hasil jerih payahnya bisa dinikmati orang sedunia. Lantas, apa karya pemuda Islam? Seharusnya bisa lebih dari itu. Karena sejarah telah bicara, tak ada kata lemah di kamus pemuda.

Tunggu apa? Jangan sampai keburu menjadi tua. Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno berkata, “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Jika sudah menua, perlu kekuatan lebih hanya sekedar melakukan yang kecil. Namun, jika masih muda, menambahnya sedikit akan mampu memberi manfaat yang dahsyat.

Terakhir, nasihat Tan Malaka ini pun seyogianya mampu membakar semangat pemuda Islam di Indonesia. “Cuma manusia pengecut atau curang yang tiada ingin melakukan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat sekarang dan di hari kemudian itu.” Maka, siapakah lagi pemuda zaman sekarang ini?

Kontributor: Henny Puspitarini

Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment