Soal Kasus Qidam, Wasekjen MUI: Polisi Itu Melayani dengan Hati, Bukan Sebaliknya

Soal Kasus Qidam, Wasekjen MUI: Polisi Itu Melayani dengan Hati, Bukan Sebaliknya

Soal Kasus Qidam, Wasekjen MUI- Polisi Itu Melayani dengan Hati, Bukan Sebaliknya
Keluarga Qidam Alfarizki saat menemui DPRD Poso. (Foto: Kiblat.net)

JAKARTA (Suaramuslim.net) – Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain menanggapi kasus kematian Qidam Alfariski. Menurutnya, Kapolri harus segera menjelaskan kepada publik kejadian yang sebenarnya.

“Kapolri perlu segera menjelaskan kepada publik kejadian sebenarnya. Tidak ada yang perlu ditutupi dalam kasus ini. Buka sejelas-jelasnya. Jika oknum Polisi memang bertindak ala Koboy, maka umumkan tanpa perlu merasa malu. Pecat dan hukum dengan hukuman seberat beratnya demi nama baik Institusi Polri,” kata Tengku di akun instagram pribadinya @tengkuzulkarnain.id pada Selasa (14/4).

“Namun jika sebaliknya, oknum Polisi memang sudah bertindak benar dan sesuai Protap, maka bela mereka. Jaga nama baik mereka,” sambungnya.

Ia menekankan bahwa kata maaf dan keterangan yang transparan sedang ditunggu rakyat jika ternyata memang ada kesalahan dalam tindakan.

Menurutnya, jangan berlama lama dengan kasus ini, karena kabar akan menjalar ke mana-mana dan menjadi liar dan merugikan kita semuanya.

“Polisi itu abdi negara. Melayani dengan hati, bukan dengan besi panas. Polisi adalah alat negara bukan Opas di zaman Penjajah Belanda. Institusi Polri terlalu besar dan mahal jika tercoreng oleh ulah segelintir oknumnya,” tuturnya.

Kepada keluarga besar almarhum ananda Qidam al Fariski yang ditinggalkan, lanjut Tengku, kami sekeluarga besar mengucapkan bela sungkawa yang setinggi -tingginya. Ia mengingatkan bahwa takdir Allah tetap mesti berlaku dan tidak ada yang tahu apa rahasia Allah di balik ini semua.

“Jika ananda Qidam tidak bersalah dan dibunuh, maka seluruh dosanya hapus. Dan dia akan masuk ke surga Allah tanpa dihisab sama sekali. Sabar dan tawakkal akan mengobati rasa pedih akibat musibah ini,” pungkasnya.

Qidam Alfarizki Mowance menjadi korban penembakan yang terjadi pada 9 April 2020 bertempat di Desa Tobe Kec. Poso Pesisir Utara Kab. Poso Sulawesi Tengah.

Secara fisik, Qidam meninggal dalam kondisi tidak wajar. Adanya luka jahitan dari paha kiri sampai melewati kemaluan, adanya dugaan luka tusuk pada leher, bahu, dan sekitar rusuk kiri, adanya dugaan patah bagian paha kanan, adanya pembengkakan pada leher yang diduga patah, adanya memar pada belakang leher.

Solidaritas Islam Poso dalam rilis mereka pada Ahad (12/4) meyakini bahwa Qidam Alfarizki Mowance bukan merupakan anggota kelompok mana pun yang dihubungkan dengan teroris.

“Meminta pihak kepolisian dalam hal ini Polda Sulawesi Tengah menarik pernyataan di media yang menyatakan almarhum Qidam Alfarizki Mowance adalah jaringan MIT Pimpinan Ali Kalora, karena korban sama sekali tidak terlibat dalam jaringan apa pun,” ujar Koordinator Solidaritas Islam Poso, Sugianto Kaimuddin.

Reporter: Teguh Imami
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment