Strategi Bisnis di Balik Kisah Nabi Nuh

Strategi Bisnis di Balik Kisah Nabi Nuh

Strategi Bisnis di balik Kisah Nabi Nuh
Ilustrasi bumi dan perkembangan algoritma internet.

Suaramuslim.net – Terkisah Nabi Nuh ‘Alaihissalam, yang diuji dengan umat yang sukar diajak tuk beriman. Terkabar ilahi akan hadirnya banjir bandang. Nabi Nuh AS kemudian membangun kapal di atas gunung nan tinggi. Semua orang mengejek, mencela, bahkan menganggap gila. Tak hanya ummatnya, anaknya pun tak sanggup ia selamatkan.

Banjir besar pun datang. Menyapu peradaban. Kecuali mereka yang beriman. Yang memilih menaiki bahtera harapan. Itulah sejengkal kisah peradaban. Dihadirkan agar diambil pelajaran.


Kali ini saya tidak pada posisi membahas kisah Nabi Nuh sebagai seorang ulama. Karena memang Saya tidak pakar dalam hal tersebut. Namun izinkan hamba nan bodoh ini mengambil ibroh bisnis dari kisah Nabi Nuh.

Kisah Nabi Nuh dan kapalnya mengusik pikiran saya semalaman suntuk. Bagaimana kisah Nabi Nuh ini berkesuaian dengan apa yang terjadi dalam dunia bisnis sekarang: disruption atau penggilasan.


Di tahun 1990an, santer terdengar isu tentang perkembangan dunia telekomunikasi. Isu santer itu bernama Global System for Mobile-Communication atau yang disingkat dengan GSM. Ada isu besar, bahwa ada teknologi yang membuat manusia tak lagi berkomunikasi via kabel. Teknologi ini membuat manusia bisa terhubung secara nirkabel.

1. Telkom sebagai raksasa telekomunikasi sedang menikmati indahnya pembayaran tarif telepon fix line. Dengan bersumber dari pembayaran telepon rumah, Telkom sedikit terbuai, namun tidak untuk beberapa orang yang meyakini “Banjir Bandang” akan datang. Banjir Bandang itu bernama GSM.

Sejak 1993, mereka bergerak mendirikan bakal calon anak perusahaan yang berteknologi GSM. Dan di 1995, berdirilah Telkomsel.

Membangun Telkomsel di 1995, ibarat membangun Kapal di atas gunung. Tidak sedikit pesimisme dan cibiran berdatangan dari mereka yang tidak “mengimani” banjir bandang GSM. Itulah kabar burung yang Saya dengar dari para pendiri Telkomsel di generasi pertama. Mereka seakan orang-orang aneh dalam sejarah.

Di tahun awal-awal pendiriannya, Telkomsel cukup terseok menghadirkan layanan. Pelanggan pun masih sangat minim. Maklum, tekonologinya masih belum merata.

Sejarah berlalu, banjir bandang pun terjadi. Arus GSM mengalir keras ke peradaban. Perangkat mobile phone menyesaki saku-saku penduduk Indonesia. Peradaban telepon rumah seakan ditinggalkan. Sebagian dipertahankan untuk sekadar syarat pencairan kredit bank.

Kini, konon Telkomsel memasok mayoritas pendapatan Telkom Group. Perusahaan yang dahulu dicibir ini mendadak menjadi “Bahtera Nuh” bagi perusahaan raksasa telekomunikasi Indonesia. Selamat.


Sejalan dengan cerita Nabi Nuh, teknologi GSM ini hadir bersamaan dengan teknologi internet, surel dan kerabatnya. Sebuah perusahaan jasa pengiriman nasional yang tak bisa saya sebutkan namanya, entah bagaimana, tidak begitu mengimani kabar hadirnya “Banjir Bandang” Teknologi.

Kini perusahaan tersebut bertahan walau berat. Andai perusahaan tersebut sempat membangun “Bahtera Nuh”-nya, Saya yakin, keadaan perusahaan tersebut tak akan seperti saat ini.

Aset-aset perusahaan tersebut kini mulai menua dan tak terawat. Model bisnis mereka kini mulai direvolusi menjadi payment gateway dan ekspedisi barang. Walau terseok, mereka tetap bertahan. Persis seperti kampung pasca banjir : recovery-nya berat.


Ada beberapa hal yang dapat kita petik ambil pelajaran :

  1. Banjir Bandang Pasti Datang

Dalam dunia yang terus bergerak, perubahan adalah hal yang pasti terjadi. Yang jarang disadari adalah… perubahan yang terjadi akan berdampak seperti banjir bandang.

Perhatikan hal berikut ini,

Anda berbisnis di industri kapal feri. Sebuah moda angkutan laut jarak pendek. Biasanya menghubungkan pulau antar selat. Apa yang terjadi jika pemerintah berhasil membangun jembatan atau terowongan bawah laut? Banjir bandang.

Anda berbisnis jualan pulsa, bagaimana jika suatu hari dunia terkoneksi internet, sehingga orang tidak perlu lagi membayar pulsa untuk berkomunikasi? Banjir bandang.

Anda memiliki bisnis kursus bahasa inggris, bagaimana jika suatu saat, ada platform edukasi bahasa Inggris yang tidak lagi membutuhkan kehadiran fisik peserta didik? Banjir bandang.

Bisnis apa pun yang kita lakukan hari ini, tidaklah lepas dari ancaman banjir bandang. Karena begitulah dunia terus berubah

  1. Bangunlah Bahtera Nuhmu

Banjir Bandang adalah keniscayaan, namun hal itu bukanlah ancaman ketika Anda berhasil membangun Kapal diatas gunung. Seperti Telkom yang berhasil membangun Telkomsel, Seperti Trans Grup yang berhasil memodifikasi malnya menjadi wahana rekreasi, karena mereka menyadari. Bahwa orang tidak akan lagi datang ke mal untuk berbelanja, namun untuk rekreasi. Dan biarkan impulse buying sebagai trigger-nya.

Apakah Anda sudah membangun kapal Nuh Anda?

  1. Yang menghina hanya akan tenggelam

Lihatlah kisah Nabi Nuh, mereka yang menghina akhirnya larut bersama banjir bandang.

Ini persis seperti kesadaran Kodak akan kamera digital. Mereka mentertawakan konsep kamera digital yang tidak memiliki film didalamnya. Kodak mentertawakan kapal Nuh yang dibangun Canon. Dan sekarang kodak tenggelam dalam “kekufurannya”

Begitulah Nokia, yang mentertawakan Android, ketika Nokia sangat mengagung-agungkan Syimbiannya. Dan akhirnya mereka harus tenggelam bersama kesombongannya. Begitu pula Blackberry terhempas banjir bandang. Kita hilang bak tertelan bumi.

Begitulah biro-biro travel yang tidak move on ke perilaku digital. Mereka harus gigit jari melihat Traveloka melahap hampir seluruh market share penjualan tiket mereka. Mereka tenggelam bersama banjir bandang perubahan.


Semoga Allah melindungi Saya, Anda dan kita semua, dari Banjir Bandang yang tak kuasa kita atasi.

Dan semoga Allah menuntun Saya, Anda dan kita semua, agar mampu membangun Bahtera Nuh yang seharusnya.

Rendy Saputra
Saudagar Hijrah Camp

Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment