Suaramuslim.net – Kita sering kali melabeli anak-anak sekarang sebagai Strawberry Generation. Generasi yang kreatif, indah dalam penampilan, namun mudah hancur atau patah ketika mendapati kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Padahal anak-anak adalah produk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Nah orang tua perlu bercermin lho, Mitra Muslim.
Bercermin atau bertanya kepada diri sendiri sudah cukup tangguh kah kita dalam mendampingi dan membentuk karakter anak? Atau jangan-jangan justru orang tua lah yang menjadi pelaku Strawberry Parenting!
Lalu, apa itu Strawberry Parenting? Mari kita simak penjelasannya!
Kenapa sih kok ada Strawberry Generation? Mungkin itu karena pola asuh orang tua kepada anak. Cara orang tua mendidik anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembang sang anak. Tapi Mitra Muslim anak itu tumbuh bukan hanya tentang pola asuh tapi lingkungan anak juga ikut berpengaruh.
Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dijelaskan bahwa anak yang berusia di bawah 18 tahun adalah tanggung jawab orang tua. Orang tua bertanggung jawab mengasuh anak, memilih teman untuk anak, dan memilih sekolah untuk anak-anaknya.
Ciri-ciri Strawberry Parenting
- Memanjakan anak
Mencintai anak bukan berarti memenuhi semua keinginannya, memanjakannya, tetapi sekaligus belajar menyiapkan anak-anak kita mandiri, sehingga tidak bergantung kepada orang tua.
Di dalam Al-Qur’an juga terdapat larangan untuk kita meninggalkan generasi yang lemah, jadi Mitra Muslim kita boleh menyayangi anak tapi bukan berarti kita memanjakan dan memberikan semua fasilitas.
- Tidak memberi kesempatan anak untuk belajar
Mitra Muslim, kita sebagai orang tua juga harus mengajarkan kepada anak untuk menghadapi konflik dalam kenyataan hidup.
Contohnya, seperti rasa empati, kita atau orang tua pasti tahu bahwa kita memiliki dasar rasa empati dan kita sebagai orang tua harus mengajarkan kepada anak kita dan itu bisa menambah tumbuh kembang anak.
- Ungakapan orang tua kepada anak
Ini yang sering disepelekan orang tua, terkadang secara tidak sadar orang tua sering memarahi anak saat melakukan kesalahan dan membuat anak menjadi takut mencoba hal yang baru. Jadi sebagai orang tua kita harus memberikan kalimat-kalimat positif kepada anak.
- Tidak mengajarkan anak tentang sebuah risiko
Terkadang sebagai orang tua kita sering merasa kasihan kepada anak seperti “ya udah lah namanya juga anak-anak.” Jika seperti itu anak tidak akan belajar dari kesalahannya. Dan segala hal itu pasti ada risikonya.
Jadi itu adalah beberapa hal yang bisa menjadi evaluasi kita sebagai orang tua dalam mendidik anak. Untuk info selengkapnya Mitra Muslim bisa menonton di Kanal Youtube SuaramuslimTV di program Mozaik.