Surya Fahrizal: Saya Merasakan Gaza Di Atas Kapal Mavi Marmara

Surya Fahrizal: Saya Merasakan Gaza Di Atas Kapal Mavi Marmara

Suaramuslim.net – Tepat delapan tahun lalu, 31 Mei 2010, armada angkatan laut Zionis Israel menyerang kapal Mavi Marmara yang tergabung dalam armada kemanusiaan Freedom Flotilla. Armada yang terdiri dari enam kapal mengangkut total 688 orang dari 41 negara, akan menyalurkan bantuan kemanusiaan dari berbagai negara ke Gaza, Palestina.

Armada Freedom Flotilla diberangkatkan dari Turki menuju Gaza. Namun pada Jumat 31 Mei 2010, armada angkatan laut Zionis Israel memberhentikan kapal dan menurunkan tentara ke atas kapal terbesar yakni Mavi Marmara, kemudian menembaki para relawan.

Sembilan orang syahid di atas kapal akibat peluru tajam Zionis, dan satu orang lagi syahid empat tahun kemudian setelah mengalami koma yang cukup panjang. Sementara 189 lainnya terluka dan salah satunya adalah Surya Fahrizal, jurnalis yang merupakan warga negara Indonesia.

Suaramuslim.net berkesempatan mewawancarai Surya Fahrizal jurnalis Hidayatullah.com yang kini bekerja di Kantor Berita Turki Anadolu Agency, simak penuturannya!

Bisa diceritakan bagaimana kejadian ketika Anda melihat pasukan Zionis datang dan menembaki relawan yang ada di atas kapal Mavi Marmara?

Kejadian tanggal 31 Mei 2010, kehadiran tentara Zionis sudah bisa dilihat sehari sebelumnya dari kejauhan. Tampak lampu merah di kiri kanan konvoi kapal kami. Konvoi sudah mulai diintai dari kejauhan oleh angkatan laut Zionis.

Lewat tengah malam helikopter militer Zionis Israel bolak-balik melewati kita di atas, dan sejak malam dari helikopter dengan nahkoda sudah menjalin komunikasi agar kapal berbalik arah dan menepi tidak boleh ke Gaza.

Karena tekad sudah bulat kita berusaha terus masuk ke Gaza, saat azan Subuh kapal mulai mendekat dan terlihat jelas, helikopter makin sering mondar-mandir.

Nah selama di kapal kita sholat 5 waktu dijamak, dan setiap shalat ada qunut nazilah, momen serangan yang paling parah dari tentara Zionis Israel berlangsung saat qunut nazilah.

Berapa korban total yang jatuh dari serangan itu?

Sembilan orang korban jiwa dari warga negara Turki, dan empat tahun kemudian satu orang meninggal setelah mengalami koma berkepanjangan.

Korban paling banyak orang Turki karena mayoritas dari sekian ratus relawan di atas kapal memang orang Turki. Yang disasar untuk diserang oleh tentara Zionis adalah mereka yang berada di dek atas dan kebanyakan di sana dijaga orang Turki, dan paling dekat dengan kapten kapal.

Posisi Anda dimana ketika serangan terjadi?

Posisi saya waktu itu terbuka dari atas dan tentara zionis bisa menembak siapa saja yang ada di bawah, dan ketika kapal sudah dikuasai sepenuhnya bisa diborgol satu-satu dan sebagainya.

Pasca serangan, ketika ada WNI yang jatuh sebagai korban yakni Anda, upaya diplomasi apa yang dilakukan Pemerintah Indonesia?

Saya dibawa ke rumah sakit Zionis di Haifa, tiga hari kemudian ada telepon dari Kedubes Jordan yang ada di Israel, itu yang menghubungkan dengan KBRI di Jordan, baru setelah itu bisa memberikan kabar ke publik.

Berapa hari dirawat di Israel?

Sebenarnya bukan Israel, di wilayah palestina yang terjajah lebih tepatnya, saya dirawat di Haifa sekitar enam hari karena akibat tembakan itu ginjal saya pecah dan tulang rusuk saya patah.

Delapan tahun tragedi Mavi Marmara, apa hikmah bagi kita agar perjuangan sepuluh orang yang syahid tidak sia-sia?

Hikmah yang paling jelas terutama untuk kami yang berpartisipasi di Mavi Marmara adalah bagaimana menjaga niat, semoga semua yang ada di kapal baik yang hadir atau yang berperan serta lain dijaga niatnya semata karena Allah.

Kemudian Freedom Flotilla ini adalah upaya yang sulit untuk diulangi lagi, dan kita tahu setelah serangan terhadap Mavi Marmara masalah Gaza bisa semakin terekspos ke dunia. Ia adalah kesempatan langka yang membuat Israel terpojok dan Amerika Serikat malu.

Untuk melakukan upaya itu (seperti Mavi Marmara) untuk kedua kalinya susah diulang, beberapa konvoi laut berikutnya ekspektasinya tidak bisa seperti itu.

Walau waktu itu kita tidak bisa sampai Gaza, tapi Allah kasih Gaza di atas kapal itu, kita merasakan bagaimana kehidupan orang Gaza sehari-hari ditekan Zionis meski di waktu yang singkat, bagaimana yang orang Gaza rasakan selama ini.

Di antara tujuan armada Freedom Flotilla adalah menembus blokade atas Gaza, sampai hari ini Gaza masih diblokade, ikhtiar apa yang bisa kita lakukan kembali?

Ini soal kedaulatan negara, level negara yang harus bermain, pemimpin dunia harus buat desakan, dan sebagai orang awam yang bisa kita lakukan ya doa terbaik. Yang paling tidak bisa didebat adalah bagaimana kita pelihara hubungan baik dengan Allah, kalau kita lupa bagaimana kita bisa sukses membantu Palestina.

Andaikan nanti ada yang membuat aksi serupa seperti Mavi Marmara jangan asal ikut. Waktu itu penyelenggaranya masya Allah bisa diandalkan. Mereka aktivis Islam yang handal, kita tidak menyangka ada orang-orang seperti itu di Turki. Setelah itu saya belum lihat lagi ada koalisi-koalisi yang bisa menyelenggarakan itu.

Pasca tragedi Mavi Marmara, Turki memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, dan beberapa tahun lalu hubungannya normal kembali, ada komentar?

Ini masalah klasik, karena hubungan diplomatik Turki Israel pasang surut, itu warisan sejak era Turki sekuler. Ini qodarullah mau tidak mau harus ada negara Islam yang punya hubungan diplomatik dengan Israel, dan Turki tidak pernah memutus hubungan diplomatik tapi menurunkan kualitas hubungan diplomatiknya. Saat ini Turki juga sedang menurunkan hubungan diplomatiknya setelah aksi di Gaza (Great Return March).

Saya hanya bisa berprasangka baik, walaupun Turki punya hubungan diplomatik dengan Israel saya lihat mereka bisa memanfaatkan itu untuk membantu Palestina, berbeda dengan negara Islam yang lain. Turki lebih tahu cara menggunakan hubungan diplomatiknya, manfaatnya kita lihat dirasakan oleh Palestina, sebab dalam hubungan internasional kita tidak bisa bersikap seperti aksi-aksi di jalanan.

Reporter: Ahmad Jilul Qur’ani Farid
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment