Suaramuslim.net – Mendekati masa tahun ajaran baru, muncul beberapa pernyataan berikut ini:
“Sekolah berkualitas pasti mahal, sekolah murah biasanya tidak berkualitas.“
“Jangan cepat memvonis seorang anak yang tinggal dan bergaul di lingkungan yang tidak baik pasti mempunyai perangai buruk dan begitu pula sebaliknya.“
“Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta syaaban thayyibal a’raq.“
Ada banyak pernyataan yang muncul di masyarakat apabila dikaitkan dengan sekolah dan itu tentunya subjektif tergantung dari sudut pandang masing-masing. Fenomena menjelang tahun pelajaran 2019–2020 ini, ada persoalan klasik yang selalu muncul dan dialami oleh sebagian saudara kita. Utamanya bagi mereka yang akan memasukkan anak-anaknya ke sekolah. Banyak hal yang harus diperhatikan sebelum menentukan sekolah mana yang dipilih untuk anak-anaknya.
Seperti pernyataan di atas yaitu: “Sekolah berkualitas pasti mahal, sekolah murah biasanya tidak berkualitas. Jangan cepat memvonis seorang anak yang tinggal dan bergaul di lingkungan yang tidak baik, pasti mempunyai perangai buruk dan begitu pula sebaliknya.“
Dalam menyikapi pernyataan tersebut, kita harus jernih dan tidak terlalu reaktif, karena pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar. Karena kualitas itu tergambar dari kompetensi yang dimiliki oleh anak-anak setelah menyelesaikan pendidikan pada suatu lembaga. Padahal berdasarkan teori, kompetensi anak bukan semata ditentukan oleh apakah sekolah itu berkualitas atau tidak, yang sementara ini parameternya adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua.
Banyak juga kita jumpai di masyarakat anak yang berkualitas yang akhirnya meraih kesuksesan bukan lahir dari sekolah mahal, akan tetapi dari sekolah yang biasa-biasa saja.
Ini menunjukkan bahwa peran sekolah tidak bisa dikatakan dominan untuk membuat anak berkualitas dan sukses, akan tetapi ada faktor lain yang tidak dapat dipandang sebelah mata, yaitu peran lingkungan, baik lingkungan masyarakat terlebih lingkungan keluarga. Selain itu juga ditentukan oleh bagaimana kesungguhan anak tersebut dalam mengembangkan wawasan, bakat dan keterampilan yang dimiliki sehingga mendukung untuk sukses.
Dengan kata lain anak yang bertalenta akan tetap dapat berkembang di mana pun tempatnya (apakah di sekolah biasa atau mahal). Jadi kita tidak bisa memvonis anak yang tinggal di lingkungan tidak baik dan bersekolah di sekolah yang murah, pasti anak itu mempunyai masa depan suram (kita tidak boleh mendahului takdir Allah subhanahu wa ta’ala).
Oleh karena itu, kepada para orang tua, jangan terlalu risau dan memaksakan kehendak untuk memasukkan anaknya pada sekolah yang mahal, masukkanlah anaknya ke sekolah sesuai dengan kemampuan.
Hal yang tidak boleh dilupakan adalah peran orang tua khususnya ibu, untuk melakukan pendampingan sehingga anak tersebut mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara maksimal.
Seperti syair Arab yang berbunyi:
“Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta syaaban thayyibal a’raq.“
Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik. Artinya, ibu adalah madrasah pertama, sebelum si anak berguru kepada orang lain/guru/ustaz.
Ada yang berpendapat bahwa dalam memberikan pendidikan, seharusnya orang tua tidak menjadikan mahalnya biaya sebagai persoalan utama. Pendapat tersebut (mahalnya biaya) adalah wajar. Namun pada sisi yang lain, pengalaman di masyarakat menunjukkan, mahalnya biaya pendidikan menjadi persoalan serius. Seperti misalnya dialami oleh keluarga dengan jumlah anak lebih dari tiga dan dalam waktu yang bersamaan harus masuk sekolah pada jenjang berbeda.
Komponen biaya seolah bukan hanya SPP saja, namun ada komponen lainnya yang harus ditanggung oleh orang tua, misalnya uang pangkal/gedung, daftar ulang/uang kegiatan dan masih banyak macamnya (tiap sekolah berbeda-beda). Untuk itu, kita dapat membayangkan bagaimana pusingnya orang tua dalam menentukan pendidikan bagi anak-anaknya.
Solusi Sekolah untuk Semua
Terhadap persoalan klasik seperti tersebut di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh banyak pihak yang terkait dengan pendidikan, yaitu:
1. Koordinasi dan sinergi harus dibangun antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena tiga tempat tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan untuk lahirnya anak sukses.
2. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama dan untuk semua anak tanpa terkecuali. Oleh karena itu, beri kesempatan anak yang berprestasi dari keluarga yang tidak mampu secara finansial bisa bersekolah di sekolah yang berkualitas (program kemitraan/bina lingkungan).
3. Perlu adanya subsidi silang dalam hal pembiayaan pendidikan.
4. Sekolah harus kreatif dalam menghimpun dana masyarakat (mencari orang tua asuh). Dapat pula dari alumni yang sukses, lembaga-lembaga ekonomi yang ada di sekitar wilayah sekolah atau mengoptimalkan sarana prasarana yang dimiliki untuk terhimpunnya dana.
Pada intinya bukan berarti anak yang tidak mampu harus bebas biaya sekolah. Namun, perlu mekanisme yang mengatur untuk anak-anak yang berkualitas agar berkesempatan sekolah di sekolah yang berkualitas unggul tanpa harus dibebani dengan biaya yang tinggi.
Semoga tulisan ini dapat menginspirasi kita semua untuk mengambil peran sesuai dengan posisi kita masing-masing. Lahirnya generasi berakhlak karimah dan berprestasi merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara keluarga dan sekolah.
Kepada Allah subhanahu wa ta’ala kita kembalikan segala urusan, semoga ikhtiar yang dilakukan dimudahkan dan selalu mendapat rida Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin.**
Penulis: Washil Bahalwan*
*Penulis adalah Ketua LAZIS YAMAS Surabaya sekaligus praktisi pendidikan
**Opini yang terkandung di dalam artikel ini adalah milik penulis pribadi, dan tidak merefleksikan kebijakan editorial Suaramuslim.net