Ruang Sejarah

Oleh: Yusuf Maulana (penulis “Mufakat Firasat”) Ada banyak kejadian sejarah yang kitab baca atau dengar. Kita terkadang larut hingga menetapkan satu pendapat terkait peristiwa itu. Padahal, pendapat kita acap kali bentukan dari penutur, misalnya guru atau dosen kesayangan. Para pendidik itu pun memetik simpulan kejadian sejarah dari narasi versi Pemerintah; ini sebagian besar dan mudahnya […]

Koloni Prasangka

Oleh: Yusuf Maulana (penulis “Mufakat Firasat”) Sangkaan yang mengawali verifikasi fakta amatlah rentan menyesatkan. Bila penyesatannya tidak berimbas pada kenyamanan warga, bukan masalah. Apalagi diiringi pencabutan pernyataan sangkaan sesat tadi oleh pelaku. Nah, yang merepotkan justru penyesatan yang berkelindan ke mana-mana sebagai (seakan) kebenaran yang valid hingga menjadi acuan menghakimi pihak yang tidak disukai. Kenyataan […]

Menguji Akal Sehat Pasca Teror

KAMMI Kecam Serangan Bom Bunuh Diri di Sejumlah Gereja Surabaya

Akibat teror bom biadab yang beruntun di Surabaya, mulai banyak pihak yang memancing di air keruh, memanfaatkan kesempatan untuk kepentingan politiknya dalam kesempitan teror yang merugikan semua pihak. Yang pro-Jokowi, ada oknum yang berusaha menghantam kelompok-kelompok Islam yang anti-Jokowi, yang anti-Jokowi juga ada oknum yang menyalahkan rezim karena dianggap tidak becus, keduanya sama-sama kurang ajar, […]

Agama Peneror?

bom

Oleh: Yusuf Maulana (Penulis Buku Mufakat Firasat) “Teroris tidak punya agama!” Ungkapan di atas mudah ditemukan saban terjadi kejadian menghebohkan yang memakan korban jiwa, entah berupa pengeboman ataukah kekerasan lainnya. Meski niat di balik ungkapan itu “baik” dan bisa dipahami maksudnya, kalaulah disigi lebih jauh sebenarnya keliru. Tindakan meneror tak selalu lepas dari agama, atau […]

Badai Khawarij

Oleh: Yusuf Maulana (penulis buku Mufakat Firasat) Ada yang meributkan hukum darah nyamuk sampai berdebat sengit seolah persoalan asas. Saat yang sama, kalangan tersebut tak mempersoalkan hukum darah saudaranya yang ditebas; seakan masalah ringan belaka. Demikian kegundahan teramat sangat seorang Abdullah Ibn Abbas kala menyindir lawan debatnya, kalangan Khawarij. Bertandang seorang diri ke markas lawan […]