Tantangan keluarga konjugal saat ini dan solusinya

Tantangan keluarga konjugal saat ini dan solusinya

Cara Mendidik Anak Menjadi Cerdas dan Mandiri
Ilustrasi keluarga muslim. (Ils: Dribbble/@Abdul Rokhman As Syukur)

Suaramuslim.net – “Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga.” (Penggalan lirik lagu Keluarga Cemara, sebuah sinetron terkenal TVRI di era 90-an).

Keluarga adalah entitas terkecil sebuah bangsa yang juga bisa mencerminkan kondisi wajah sosial kemasyarakatan.

Seiring berubahnya zaman, seluruh elemen di alam dunia pun turut berubah, semua beradaptasi pada perubahan tersebut. Manusia, alam bahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia pun bertransformasi.

Beberapa masalah itu sama saja dengan masalah di masa lalu, hanya namanya saja yang berlainan. Namun ada pula masalah yang benar-benar baru, sehingga kita tidak mudah mengenalinya sama sekali.

Apabila alam berubah, zaman berubah dan masalah berubah, maka cara kita menghadapi masalah sudah selayaknya juga berubah. Termasuk juga masalah yang dihadapi sebuah keluarga, sebuah rumah tangga. Rumah tangga sebagai entitas terkecil yang paling merasakan bagaimana masalah kehidupan bertransformasi dari waktu ke waktu.

Pergeseran budaya, pola pikir dan struktur ekonomi masyarakat dalam era disrupsi berdampak pada kearifan dan resiliensi keluarga dalam mengelola dan mengatasi problematika dan konflik rumah tangga.

Dalam struktur keluarga tradisional, peran dari Keluarga Besar (Extended Family) sangat memengaruhi Keluarga Batih (Nuclear Family) dan Keluarga Conjugal (Conjugal Family).

Istilah Extended Family seringkali digunakan untuk mengacu pada keluarga batih berikut keluarga lain yang memiliki hubungan baik dengannya dan tetap memelihara dan mempertahankan hubungan kekerabatan tersebut.

Extended Family tentu saja memiliki keuntungan tersendiri.

Pertama, Extended Family banyak ditemukan di desa-desa dan bukan pada daerah industri.

Kedua, Extended Family mampu mengumpulkan modal ekonomi secara besar. Namun, proses pengambilan keputusan dalam Extended Family sangat berbelit-belit dan potensi konflik antar anggota keluarga sangat tinggi.

Kondisi kekinian, keluarga konjugal (conjugal family) terlihat lebih otonom, dalam arti tidak memiliki keterikatan secara ketat dengan extended family. Keuntungannya adalah, meminimalkan potensi konflik antar anggota keluarga. Namun, terlihat lebih individualis.

Ghazwul Fikri

Dengan semakin individualisnya antar keluarga konjugal, ditambah perkembangan media sosial dan kecepatan internet yang semakin cepat, menambah banyak permasalahan baru, mulai dari ekonomi hingga pada akhlak antar anggota keluarga konjugal.

Menurut Imam Al Ghazali akhlak adalah suatu sifat baik seseorang yang bersamaan dengan akhlak yang baik. Sebaliknya, sifat tidak baik cenderung memiliki akhlak tercela.

Sabda Rasulullah, Mukmin yang paling sempurna imanya adalah yang paling bagus akhlaknya. (Riwayat At-Tirmidzi).

Artinya, akhlak mulia muncul dari iman yang sempurna. Akhlak dan iman fondasi kehidupan. Makanya, ada peribahasa Arab, bergaul dengan tukang minyak wangi, kita akan ikutan wangi. Sebaliknya, bergaul dengan tukang pandai besi, kita akan kecipratan apinya. Karena akhlak dan iman itu seperti satu koin, ya berteman wajib pilah pilih.

Akhlak yang semakin rusak, salah satu penyebabnya adalah, semakin hilang rasa malu di diri insan yang ada di dunia ini.

“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.”

Rasa malu semakin menipis, adalah bagian dari ghazwul fikri.

Apa itu ghazwul fikri?

Ghazwul fikri merupakan strategi terbaru musuh-musuh Islam menyerang Islam tidak lagi menggunakan senjata, berhadapan (face to face) melainkan menggunakan pemikiran. Sebagaimana pepatah menyatakan bila ingin menghancurkan Islam, hancurkan dulu para perempuannya, tumbuhkan keluh kesah, hilangkan rasa malu dan keinginan untuk hedon, karena perempuan itu tiang negara.

“Jika perempuannya baik, baiklah negara, dan jika mereka bobrok, bobrok pulalah negara. Mereka adalah tiang; dan biasanya tiang rumah tidak begitu kelihatan. Namun, jika rumah sudah condong, periksalah tiangnya. Tandanya tianglah yang lapuk.” Kata Buya Hamka di bukunya Buya Hamka Berbicara tentang Perempuan.

Mengutip Imam Mawardi dalam kitab Adabud Dunya wad Din yang mengatakan, untuk menghancurkan suatu bangsa dan negara adalah dengan menghancurkan akhlak generasi mudanya.

Kejayaan suatu bangsa negara terletak pada akhlaknya. Jika akhlak sebuah bangsa itu baik, maka akan baik juga bangsa. Sebaliknya, jika akhlak sebuah bangsa itu buruk, maka akan buruk bangsa dan negara tersebut.

Sejarah memberikan cermin yang sangat besar tentang peristiwa hancurnya Dinasti Roma, yang disebabkan kerusakan akhlak penduduknya dari akar rumput hingga pejabat.

Generasi medsos berbasis video saat ini, telah melanda siapapun yang bisa tampil secara gratis dan instan. Hal-hal yang dahulu tidak dilakukan oleh perempuan dan anak-anak di depan kamera, saat ini semakin mudah ditemukan dan kalau tidak mengarah ke konsumerisme, juga mengarah ke hedon. Konten-konten yang diumbar, semakin lama semakin hilang urat malu.

Jika demikian, maka menanglah para musuh-musuh Islam dalam melemahkan iman kaum perempuan dan para muda.

Apa yang bisa dilakukan Forhati?

1. Penguatan iman dan akhlak keluarga konjugal sejak sedini mungkin.

2. Bersama-sama dengan elemen bangsa yang lain, untuk memperkuat adab, karena adab mendahului Ilmu. Syaikh Sholeh Al ‘Utsaimin berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.” Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya.

Adab secara bahasa artinya menerapakan akhlak mulia. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan:

“Al-adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinsikan, adab adalah menerapkan akhlak-akhlak yang mulia.” (Fathul Bari, 10/400).

3. Penguatan adab, amal dan ilmu dari kaum perempuan sedini mungkin.

4. Senantiasa berdoa dan berdzikir.

Doa dari Rasulullah agar senantiasa diberi akhlak yang mulia:

اللَّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalingkannya kecuali Engkau.” (Riwayat Muslim No. 771 dari Ali bin Abi Tholib).

Doa lainnya:

أسأل الله أن يرزقنا الأدب وحسن الخلقِ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar mengaruniakan pada kami adab dan akhlak yang mulia.”

Momentum 1 Muharram 1444 H ini, menjadikan kita semua dan Forhati kembali menguatkan pilar keluarga. Karena inilah kontribusi terbesar kita untuk bangsa dan negara serta untuk umat secara luas.

Semoga kita semua diberi kekuatan, kesabaran dan kemudahan dalam menjalani semua ini. Aamiin.

Salam Takzim
Alfiah Sufiani
Koordinator Presidium MD Forhati (Forum Alumni HMI Wati) Surabaya

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment