Tauhid dan Penjagaan Allah

Tauhid dan Penjagaan Allah

Menemukan 4 Karakter Hebat pada Nabi Yusuf AS
Ilustrasi pria berdoa (Foto: ruangmuslimah.co)

Suaramuslim.net – Manusia seringkali berangan-angan berbuat kebaikan setelah melakukan kejahatan atau kemaksiatan. Namun mereka tak sadar bahwa kemaksiatan justru memberi jalan untuk terus berbuat maksiat dan menutup jalan melakukan amal kebaikan. Karena perbuatan maksiat membuka peluang untuk perbuatan maksiat lainnya, dan menutup jalan kebaikan.

Perbuatan maksiat membuat manusia gelisah sehingga menutup gerakan untuk melakukan amalan kebaikan. Sementara perbuatan baik yang didasarkan pada nilai-nilai tauhid yang kuat bukan hanya memudahkan melakukan amalan kebaikan, tetapi akan menutup jalan perbuatan maksiat.

Kisah perjalanan hidup Nabi Yusuf bisa menjadi rujukan atas liku-liku kehidupan di atas. Kesabarannya dalam menjalani kehidupan yang sulit sejak kecil maupun saat di penjara merupakan kualitas diri yang unggul.

Adapun terlepasnya dari jeratan perzinaan yang dirancang oleh majikan perempuannya, merupakan karunia Allah karena Nabi Yusuf berpegang teguh pada nilai-nilai tauhid.

Kejahatan Menutup Jalan Kebaikan

Apa yang menimpa Nabi Yusuf saat kecil, ketika mengalami rencana pembunuhan saudara-saudaranya, merupakan contoh empirik bagaimana sekelompok manusia yang berkeinginan akan melakukan amalan kebaikan setelah melakukan amalan keburukan. Allah mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya:

“Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik.” (Q.S. Yusuf: 9).

Niat jahat saudara-saudara Yusuf untuk membunuh Yusuf dilatarbelakangi oleh adanya rasa iri dengki atas perlakuan istimewa ayahnya terhadap Yusuf sehingga mereka ingin menyingkirkan Yusuf. Dengan tersingkirnya Yusuf, maka perhatian sang ayah kembali kepada mereka yang selama ini fokus ke Yusuf.

Namun tindakan menyingkirkan Yusuf bukan membuat mereka berbuat baik sebagaimana rencana awalnya. Mereka tidak memperoleh simpati dari sang ayah karena perbuatan mereka terbaca sehingga mereka pun tidak bisa melakukan amalan kebaikan.

Hal ini menjadi konsekuensi bahwa perbuatan jahat akan memperoleh timbal balik berupa balasan setimpal atas kejahatan yang telah dilakukan.

Menjadi tabiat umum manusia bahwa ketika telah melakukan kejahatan, di dalam batinnya akan tersimpan kekhawatiran dan tertutup jalan untuk melakukan amal kebaikan. Karena perbuatan baik akan menghasilkan berbagai kebaikan, sementara perbuatan jahat bukan hanya akan menutup jalan pintu-pintu kebaikan tetapi justru akan membuka jalan untuk melakukan amal keburukan.

Nilai Tauhid Mencegah Kejahatan

Allah menyelamatkan manusia yang berpegang teguh pada nilai-nilai tauhid, sehingga bisa terjaga dari perbuatan yang menjerumuskan diri dalam kemunkaran.

Al-Qur’an menggambarkan kisah Nabi Yusuf yang bisa terbebas dari belenggu kemaksiatan dan bisa selamat dari perbuatan maksiat. Hal ini merupakan karunia Allah dan berpegang teguhnya Nabi Yusuf terhadap nilai-nilai tauhid.

Allah menggambarkan hal itu sebagaimana firman-Nya:

Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih. (Q.S. Yusuf: 24).

Tidak mudah apabila seseorang mengalami situasi seperti yang dialami Nabi Yusuf, karena situasi dan keadaan yang sangat memungkinkan untuk berbuat maksiat.

Di sisi lain, perempuan yang dihadapinya memiliki paras yang lebih cantik dari perempuan biasa karena istri seorang pejabat penting. Namun nilai-nilai tauhid yang dipegang teguh, membuat Nabi Yusuf terselamatkan dan tergerak lari dari perbuatan zina.

Adapun bukti Nabi Yusuf bertauhid bisa dilihat dari keteguhannya dalam mendakwahkan nilai-nilai tauhid saat di penjara. Hal ini tertulis dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa, Mahaperkasa? (Q.S. Yusuf: 39).

Keteguhan Nabi Yusuf dalam berpegang pada nilai-nilai tauhid inilah yang nantinya mengantarkan dirinya menjadi orang penting di Mesir.

Perbuatan-perbuatan mulia Nabi Yusuf, seperti bersabar di dalam penjara, dan keberhasilan menakwilkan mimpi salah seorang yang ada di dalam penjara. Dengan perantara orang inilah Nabi Yusuf bisa menakwilkan mimpi seorang raja hingga mengantarkannya menjadi orang paling berkuasa di Mesir.

Dengan berkuasa di Mesir itulah yang membuat Nabi Yusuf berjumpa dengan ayah dan keluarganya yang telah berpisah sejak kecil. Ayahnya (Nabi Ya’kub) demikian sedih hingga matanya buta karena memikirkan hilangnya Yusuf ketika kecil.

Allah mempertemukan keluarga besar Nabi Yusuf di Mesir. Pada saat itu, Nabi Yusuf di puncak kekuasaan yang memiliki wewenang yang begitu luas hingga mempertemukan seluruh keluarganya.

Allah memberi kebaikan dan kebahagiaan yang besar kepada Nabi Yusuf karena kesabarannya dalam menjalani berbagai cobaan. Di antaranya sabar saat dibuang ke sumur dan sabar menjalani kehidupan di penjara. Dan yang tak kalah pentingnya, Nabi Yusuf sangat kuat berpegang teguh pada nilai-nilai tauhid hingga bisa terlepas dari jeratan zina yang dirancang oleh majikan perempuannya.

Puncak kenikmatan yang diperoleh Nabi Yusuf ketika berhasil menyatukan dan mempertemukan seluruh keluarganya di satu tempat yang berkah, yakni Mesir.

Surabaya, 8 Juni 2021

Dr. Slamet Muliono Redjosari
Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya

 

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment