Tawakal dalam Persepektif Al Quran dan Hadits

Tawakal dalam Persepektif Al Quran dan Hadits

Tawakal dalam Persepektif Al Quran dan Hadits

Suaramuslim.net – Seorang muslim sangat perlu memahami konsep tawakal karena orang yang bertawakal-lah yang dicintai Allah swt.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159)

Dan berikut beberapa ayat Al Quran yang berkaitan dengan tawakal.

 وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya: “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Anfal: 61)

وَ لِلّٰہِ غَیۡبُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اِلَیۡہِ یُرۡجَعُ الۡاَمۡرُ کُلُّہٗ فَاعۡبُدۡہُ وَ تَوَکَّلۡ عَلَیۡہِ ؕ وَ مَا رَبُّکَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ
Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (QS. Hud: 123)

قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين

Artinya: “Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS. Al Maidah: 23)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159)

Sementara dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Nabi saw. bersabda kepada seorang Arab Badui yang membiarkan untanya berkeliaran: “Ikatlah untamu kemudian hendaklah kamu bertawakkal”.

Dalam riwayat Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah, Nabi Muhammad saw. bersabda: “Berobatlah wahai hamba Allah. Sesungguhnya Allah swt. telah menjadikan penyakit dan obat”.

Berdasarkan ayat Al Quran dan hadits di atas bagwa bertawakal itu tidak menafikkan ikhtiar. Seseorang yang bertawakal kepada Allah dituntut untuk bersungguh-sungguh melakukan sesesuatu secara maksimal sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Setelah itu baru bertawakal kepada Allah.

Hubungan antara tawakal dan usaha

Imam Al Ghazali memberi contoh 6 adab tentang hubungan antara tawakal dan usaha dalam kaitannya dengan harta benda.

  1. Mengunci pintu rumah untuk memelihara harta
  2. Tidak ditinggalkan benda-benda berharga di dalam rumah yang dapat menarik perhatian pencuri.
  3. Ketika keluar dari rumah, hendaklah seseiranv itu menyerahkan keselamatan rumah itu kepada Allah dan dia ridho dengan ketetapan Allah.
  4. Tidak bergunda gulana jika harta bendanya dicuri.
  5. Tidak didoakannga pencuri itu untuk mendapatkan kemelaratan dan musibah karena perbuatan itu membatalkan tawakal
  6. Dia ikut prihatin terhadap pencuri itu karena pencuri itu telah melakukan maksiat dan maksiat itu mendekatkan seseorang pada adzab Allah. Dia bersyukur kepada Allah karena dia berada dipihak yang teraniaya dan bukan yang menganiaya.

Kontributor : M. Ali
Editor: Oki Aryono

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment