Suaramuslim.net – Perkembangan industri gula di Indonesia di satu sisi meningkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat, namun di sisi yang lain berdampak buruk pada kesehatan manusia itu sendiri.
Asap dan debu yang berasal dari pabrik gula berpotensi menimbulkan pencemaran udara yang mengganggu kesehatan warga sekitar. Beberapa penyakit akibat limbah pabrik gula seperti infeksi saluran pernafasan, iritasi mata, sembab paru, bronchitis menahun, dan sebagainya.
Limbah gas yang meliputi gas cerobong ketel dan gas belerang dioksida (SO2) dari cerobong reaktor pemurnian cara sulfinasi tersebut perlu penanganan seksama agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Selama ini pelaku industri sudah menggunakan sejumlah teknologi yang mampu mengurangi pencemaran udara. Sayangnya selain terdapat kekurangan, harganya terbilang mahal.
Teknologi yang paling umum digunakan untuk mengatasi persoalan pencemaran udara adalah Wet Scrubber. Alat ini menggunakan konsep water spray untuk mengurangi partikel debu dan gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran pada ketel uap. Sayangnya, wet srubber terdapat kekurangan seperti kebutuhan power tinggi sehingga berpengaruh pada biaya operasi, masalah korosi dan pembuangan air yang bisa mencemari lingkungan.
Menanggapi persoalan diatas, sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam projek penelitian berhasil mengembangkan “Waste Filter Tube”. Yaitu sebuah alat pemurnian gas buang hasil pembakaran pabrik. Ketiga mahasiswa dari Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) berasal dari jurusan Teknik Material, Muhammad Syifaut Tamam dan Mar’I Muchammad, sementara Muhammad Farhan Rais Adlian Falah dari jurusan Teknik Mesin.
Inovasi alat pemurnian gas dan cair itu memanfaatkan limbah ampas tebu sebagai karbon aktif. Sehingga mampu mengurangi pencemaran gas buang yang dihasilkan oleh proses produksi pabrik gula secara efektif dan efisien. Waste Filter Tube pada dasarnya merupakan inovasi dari Wet Scrubber.
Dalam industri, alat ini biasa ditempatkan sebelum cerobong asap, sehingga gas buang yang dikeluarkan dapat terminimalisir keberadaanya. Namun kekurangan alat ini tidak bisa menghilangkan bau dari gas buang tersebut serta air yang bercampur dengan gas dan partikel debu dapat mencemari lingkungan.
Inovasi Waste Filter Tube
Sementara itu, inovasi dari Waste Filter Tube menambahkan karbon aktif sebagai modifikasi adsorben yang telah diaktivasi sesuai dengan kandungan gas buang yang kadarnya ingin dikurangi. Alat buatan ketiga mahasiswa ITS itu punya 2 wadah adsorpsi untuk tempat karbon aktif ampas tebu yang terletak di bagian atas dan bawah.
Wadah atas berfungsi untuk mengurangi bau sekaligus kadar gas buang, sedangkan wadah bawah berfungsi untuk menfilter air yang bercampur dengan gas dan partikel debu. Di bagian tengah dari wadah terdapat shower yang berfungsi sebagai water spray.
Salah satu anggota kelompok menjelaskan bahwa proses masuknya gas yang bercampur dengan partikel debu hasil pembakaran pada boiler melalui gas inlet. Setelah itu, gas tersebut akan disemprot oleh air dengan konsep water spray menggunakan shower.
Sedangkan air yang bercampur dengan gas dan partikel debu akan jatuh lalu diadsorpsi dengan karbon aktif dari ampas tebu. “Air yang tercemar itu menjadi bersih kembali dan siap untuk digunakan lagi sebagai air semprotan,” ujar Tamam.
Terakhir, gas dan partikel debu yang masih lolos dari proses semprotan air tadi akan di adsorpsi oleh karbon aktif. Sehingga, bau dan kadar gas bisa berkurang dan gas tersebut di keluarkan melalui gas outlet dengan kondisi yang sudah tidak mencemari lingkungan.
Untuk simulasi pengujian Waste Filter Tube, mereka menggunakan pembakaran buatan berupa ampas tebu yang dapat mewakili pembakaran pada boiler pabrik gula dengan bahan bakar ampas tebu. Selanjutnya, mereka menghitung presentase kadar gas buang pabrik gula berdasarkan data dari salah satu pabrik gula PTPN X, Pabrik Gula Pesantren Baru, Kediri.
Melalui alat Waste Filter tube, mereka berharap gas buang hasil pembakaran tidak mencemari lingkungan. Sehingga pendapatan warga tetap meningkat, dan terbebas dari gangguan kesehatan yang bisa mengancam jiwa warga setempat.
Kontributor: Siti Aisah
Editor: Oki Aryono