Suaramuslim.net – Suatu ketika, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kabarkan kepadaku tentang suatu amalan, bila aku lakukan maka aku akan masuk surga?” Belia pun menjawab, “Berilah makan (orang yang lapar), sebarkanlah salam, sambung hubungan kekerabatan, salatlah diwaktu malam, di mana orang-orang sedang tidur. Niscaya kamu masuk surga dengan selamat.” (HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Abid Dunya)
Pada hadis itu disebutkan bahwa salah satu amalan yang bisa mengantarkan orang muslim ke surga adalah memberi makan (orang yang lapar). Memberi makan di sini bisa dalam bentuk apa saja misalnya memberi makan secara langsung atau dalam bentuk traktiran makan baik untuk orang yang mampu atau miskin.
Syekh Yusuf al-Qardhawi –berdasarkan surah 68 ayat 19-33—dalam “Hukum Zakat” (1991: 50-51) bahkan menyebutkan bahwa memberi makan orang miskin adalah realisasi iman. Makanya, saat penduduk neraka Saqar ditanya oleh Golongan Kanan (Ahli Surga) mengenai sebab mereka dijebloskan ke dalam neraka salah satunya adalah tidak memberi makan orang miskin. Mengingat betapa besar anjuran ini, ada keutamaan-keutamaan yang diperoleh bagi orang yang biasa memberi makan.
1. Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki bertanya mengenai amalan terbaik, lalu dijawab oleh Rasulullah, “Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang dikenal ataupun tidak.” (Bukhari dan Muslim).
Pada hadis lain disebutkan, “Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah membahagiakan orang muslim, membantu kesusahannya, mengatasi kelaparannya dan melunasi hutang-hutangnya.” (Shahih Jami’)
2. Menjadi sebaik-baik manusia. Ahmad bin Hanbal meriwayatkan sabda Nabi, “Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang memberi makan kepada orang lain.” Maka tidak mengherankan jika di kalangan sahabat, memberi makan sudah menjadi kebiasaan.
3. Mendapat pertolongan dari Allah. Saat Nabi Muhammad pulang dari Gua Hira dalam kondisi ketakutan, Khadijah sebagai istri salihah mengingatkan, “Allah tidak akan mencampakkanmu.” (HR Bukhari, Muslim). Maksudnya Allah akan menolong beliau.
Mengapa beliau mendapat pertolongan? Karena beliau melakukan beberapa amalan luhur yaitu: menyambung silahturahim, membantu orang kesusahan, memberi harta bagi orang yang membutuhkan, menjamu tamu dan menolong pembela kebenaran.
Termasuk dalam kategori menjamu tamu dalam bahasa Arab adalah memberikan makan kepada tamu. Karena itu adalah termasuk dari penghormatan kepada tamu. Dan itu sudah menjadi kebiasaan Rasulullah sejak sebelum diangkat menjadi Nabi.
Dan masih banyak keutamaan lain yang menunjukkan bahwa memberi makan (termasuk mentraktir) adalah amalan luhur yang berpahala besar.
Berikut adalah contoh dari Nabi. Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu bercerita bahwa pada suatu hari ia sedang duduk di rumah. Tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat. Beliau memberi isyarat kepadanya untuk mengikuti beliau. Rupanya, ia diajak pergi oleh Rasulullah. Berjalanlah keduanya hingga sampai ke rumah salah seorang isteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di dalamnya Jabir diajak makan. Saat Nabi bertanya kepada istrinya apa yang bisa dimakan, dikeluarkanlah: tiga buah roti lalu dihidangkannya ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau ambil sebuah, lalu diletakkannya dihadapan beliau, kemudian diambilnya sebuah lagi lalu diletakkannya di hadapan Jabir. Sesudah itu yang ketiga dipatahkan, separuhnya diambil oleh beliau dan separuhnya lagi diletakkannya di hadapan Jabir. Setelah itu Nabi bertanya lauk. Karena hanya ada cuka, maka roti itu dimakan dengan cuka (HR Muslim).
Kisah ini menunjukkan bahwa memberi makan atau mentraktir orang makan adalah salah satu kebiasaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apalagi, amalan ini mengandung banyak keutamaan, salah satunya adalah bisa mengantarkan orang menuju surga. Selamat mengamalkan dan mencoba. Kemudian gapailah surga.