UNHCR: Pengungsi Rohingya Terus Mempertaruhkan Nyawa untuk Mencari Keselamatan

UNHCR: Pengungsi Rohingya Terus Mempertaruhkan Nyawa untuk Mencari Keselamatan

UNHCR Pengungsi Rohingya Terus Mempertaruhkan Nyawa untuk Mencari Keselamatan
Sebuah foto yang dirilis pada April 2019 memperlihatkan lusinan orang, yang diyakini berasal dari Myanmar, Rohingya, setelah mereka turun dari kapal di pantai dekat Perlis, Malaysia (Foto: Polisi Kerajaan Malaysia via Aljazera)

COX’S BAZAR (Suaramuslim.net) – Pengungsi dari Asia Tenggara, banyak dari mereka adalah anggota minoritas Rohingya Myanmar, terus mempertaruhkan nyawa untuk mencapai keselamatan, menurut sebuah laporan baru PBB, yang juga menyoroti tingkat kematian yang jauh lebih tinggi selama setahun terakhir seperti dilansir Aljazeera, Selasa (1/10).

Laporan yang dirilis pada hari Selasa oleh badan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan satu orang di setiap 69 pengungsi dan pencari suaka yang memulai perjalanan laut tahun lalu di wilayah itu meninggal atau hilang di laut.

Itu naik dari rasio satu dari setiap 81 antara 2013 hingga 2015, di puncak krisis pengungsi dan migran Asia Tenggara di Laut Andaman.

“Selama akar penyebab perpindahan tidak terselesaikan, para pengungsi akan terus merasa harus melakukan perjalanan berbahaya untuk mencari keselamatan bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka,” kata Direktur UNHCR untuk Asia dan Pasifik Indrika Ratwatte dalam sebuah pernyataan.

Dia mengimbau negara-negara di kawasan itu untuk menyediakan “jalur tertib dan aman” untuk mengurangi bahaya bagi para pengungsi dan pencari suaka.

Sementara jumlah keseluruhan orang yang melakukan perjalanan telah menurun, tingkat kematian telah meningkat dan antara Januari hingga Juni tahun ini, 15 lebih banyak orang meninggal ketika mencoba menyeberangi laut dan sungai.

“Namun, laporan yang dikonfirmasi hanya puncak gunung es mengingat sebagian besar mayat tidak pernah ditemukan dan banyak orang hilang tidak pernah dilaporkan,” tulis laporan UNHCR.

Pada tahun-tahun sebelumnya, penyelundup manusia harus disalahkan atas sebagian besar kematian, karena pemukulan, luka tembak atau kekurangan makanan dan air selama perjalanan.

“Tetapi sejak 2018, penyebab utama kematian atau lenyapnya di laut adalah karena kapal dalam kesulitan, dengan banyak kapal tanpa awak profesional dan tidak dibuat atau dilengkapi untuk membuat perjalanan panjang aman bagi para pengungsi,” tambah laporan itu.

Di Asia Tenggara, konflik di Myanmar tetap menjadi faktor dominan yang mendorong migrasi paksa.

Sejak Agustus 2017, lebih dari 740.000 anggota minoritas yang kebanyakan Muslim dianiaya di Myanmar melarikan diri ke negara tetangga untuk menyelanatkan diri dari penumpasan militer brutal di negara bagian Rakhine.

Dalam sebuah laporan pada bulan September, Dewan Hak Asasi Manusia PBB telah memperingatkan bahwa sebanyak 600.000 Rohingya yang tersisa di negara bagian Rakhine Myanmar menghadapi “risiko genosida yang serius.”

Reporter: Ali Hasibuan
Editor: MUhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment