Yusril Ihza Mahendra Didesak Mundur dari Ketua Umum Partai Bulan Bintang

Yusril Ihza Mahendra Didesak Mundur dari Ketua Umum Partai Bulan Bintang

MS Kaban
Prof Thohir Luth, Ust Moch Yunus, MS Kaban, Tamat Anshory, KH Thoha Yusuf Zakaria, Choirul Jaelani dan Prof Daniel M Rosyid selaku pembicara dalam Silaturrahim Dewan Dakwah Jatim bersama tokoh, ormas, ponpes dan pegiat dakwah di Surabaya, Ahad (30/12/18). Foto: Suaramuslim.net

SURABAYA (Suaramuslim.net) – Forum Silaturahim Dewan Dakwah Islamiyah (DDII) Jatim pada Ahad (30/12/18) di Surabaya bersama pondok pesantren yang tergabung dalam BKSPPI, tokoh masyarakat, ormas Islam, dan cendekiawan muslim merekomendasikan melalui Dr HMS Kaban MSi selaku Ketua Majelis Syuro DPP PBB agar menegur keras Yusril Ihza Mahendra (YIM).

“DDII bersama seluruh keluarga besar merasa berkewajiban mengawal dan menyerukan arah politik umat, khususnya kepada kader Partai Bulan Bintang. Dewan Dakwah selaku wali amanah bersama 27 ormas Islam yang turut membidani lahirnya PBB untuk melanjutkan perjuangan politik Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia, red.)”, tandas H. Tamat Anshory Ismail, ketua Majelis Syuro Dewan Dakwah Jatim.

Sementara itu, HMS Kaban memaparkan bahwa gonjang-ganjing politik di tubuh PBB saat YIM menjadi lawyer pasangan calon Presiden nomor urut 01 belum bisa dipahami secara jernih oleh keluarga besar, simpatisan dan kader PBB kendatipun dalam banyak kesempatan Yusril telah menegaskan kapasitasnya sebagai lawyer, murni profesi, bukan sebagai pimpinan partai.

Prof. Thohir Luth, seorang cendekiawan muslim, mantan Ketua Umum PW Muhammadiyah Jatim yang juga menjadi narasumber mengatakan ia tidak bisa menerima logika YIM.

“Komitmen perjuangan politik harus di depan komitmen profesi. Jika lebih berat kepada komitmen profesi, sebaiknya mundur dan letakkan jabatan politik agar umat tidak risau dengan arah gerak YIM”, ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Chairul Jaelani selaku anggota Majelis Syuro DDII Jatim dan Keluarga Besar PII Jatim. Ia mengutarakan dalam dialek Suroboyoan yang khas, “Jare komitmen profesi, kok gak dibayar, gratis sisan, perilaku profesi sing nggarahi bingung wong akeh”. (Katanya komitmen profesi, kok gak dibayar, gratis juga, perilaku profesi yang bikin orang banyak bingung, red).

Panelis lain, Prof. Daniel M. Rosyid, guru besar ITS Surabaya berpandangan bahwa memang ada ‘grand design’ untuk melakukan upaya depolitisasi dan deislamisasi terhadap kelas menengah terdidik agar jauh dari nilai-nilai dan ideologi Islam.

Pada kesempatan yang sama, MS Kaban menyampaikan seribut apa pun, seriuh apa pun PBB harus tetap utuh.

“Puluhan tahun saya mengenal YIM selaku pribadi yang tetap konsisten dalam perjuangan,” pungkasnya.

Sumber: Rilis Humas Dewan Dakwah Jatim
Editor: Muhammad Nashir

Like this article?

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on WhatsApp
Share on Telegram

Leave a comment